Aku Juga Ingin Bahagia ( Pejuang garis dua)
"Maukah kau menikah denganku?" tanya Arham menggenggam setangkai bunga Mawar merah dan juga cincin sambil berlutut di hadapan Zahra.
Zahra membekap mulutnya, ia tak menyangka jika kekasihnya itu melamarnya. Mereka baru 3 bulan berpacaran. Namun, kini ia melamarnya.
Tiga bulan yang membuat Zahra benar-benar jatuh cinta dan tak bisa berpaling lagi dari kekasihnya. Arham terus memanjakannya dan memberikan perhatian lebih.
"Aku berjanji akan menjadi suami yang baik, yang selalu membahagiakanmu. Aku akan menjadikanmu wanita yang paling bahagia di dunia ini," ucap Arham lagi yang masih berlutut di depan Zahra..
"Iya, aku mau jadi istrimu," jawab Zahra penuh rasa bahagia, membuat tepukan tangan dari pengunjung restoran mewah tempat mereka makan malam ikut bahagia mendengar jawaban Zahra yang menerima lamaran Arham.
Ya, saat ini mereka sedang dinner di sebuah restoran mewah, itulah Arham ia selalu membawa Zahra ke tempat-tempat mewah, membelikannya barang-barang mewah dan juga selalu memperhatikannya di setiap saat.
Arham memasangkan cincin di jari manis Zahra, membuat Zahra meneteskan air mata meluapkan rasa senangnya.
"Terima kasih sudah percaya pada cintaku," ucap Arham mengecup punggung tangan Zahra.
Zahra yang tak memiliki siapapun di dunia ini merasa bahagia dengan disematkannya cincin jari manisnya, mengikatnya dalam sebuah hubungan membuat ia merasa memiliki sandaran untuk berlindung.
Selama ini Zahra berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, keahliannya dalam mendesain membuat ia sukses dalam bisnis butiknya. Walau butiknya hanya butik sederhana. Namun, semua itu cukup untuk menghidupi dirinya dan dua karyawan lainnya. Karyawan sekaligus sahabatnya Ranti dan Tere.
Seminggu setelah lamaran Arham pun menikahi Zahra, mereka menggelar pesta sederhana di kota kecil Zahra dan akan melanjutkan resepsinya di kota Arham.
"Ranti, Tere aku titip butik ya, aku akan ikut suamiku ke kota. Maaf jika merepotkan kalian," ucap Zahra sebelum ia berangkat ke kota suaminya meninggalkan butik dan semua kenangannya di kota asalnya.
"Iya, kamu tenang saja. Masalah butik biar kami yang urus, kami akan rutin melaporkan perkembangan butik padamu setiap bulannya," ucap Tere memeluk sahabatnya. Mereka mengantar Zahra ke bandara.
Lambaian tangan kedua sahabat yang mengantar Zahra ke kota suami yang baru dikenalnya selama 3 bulan dan tak tahu seperti apa kehidupan suaminya di kota asalnya. Namun, ia yakin suaminya itu sangat mencintainya dan bisa membahagiakan.
Di kota Arham .
Zahra dibuat tercengang saat mereka sudah sampai di kediaman Arham,
"Mas ini rumah kamu?" tanya Zahra tak percaya melihat rumah megah yang ada di hadapannya.
"Iya, tentu saja ini adalah rumah kita, kita akan tinggal di sini. Oh ya malam ini aku akan mengadakan resepsi pernikahan kita, aku sudah mengundang kerabat dan juga kolegaku. Hari ini kamu istirahat saja aku tak ingin membuatmu kelelahan malam nanti."
Zahra hanya mengangguk mendengarkan apa yang suaminya katakan.
Begitu turun dari mobil, Zahra menggenggam erat tangan Arham, ia belum pernah bertemu dengan orang tua Arham sebelumnya. Arham hanya mengatakan jika ibunya sedang sibuk dan tak bisa menghadiri pernikahan mereka dan menunggu mereka datang ke kotanya.
"Ibu pasti senang menyambutmu," ucap Arham mengusap tangan Zahra yang melingkar dilengannya.
Begitu mereka masuk lagi-lagi Zahra tercengang melihat kemewahan yang ada di dalamnya, rumah itu sangat mewah jauh dari bayangannya. Ia memang tahu jika Suaminya itu adalah orang yang kaya. Namun, ia tak menyangka jika suami yang dinikahinya memiliki rumah sebesar itu.
"Selamat datang! Apakah ini calon menantuku?" tanya Wani, ibu Arham. Ayah Arham sudah lama meninggal dan ia hanya tinggal bersama ibunya.
"Iya, Bu. Ini Zahra istriku," ucap Arham memperkenalkan Zahra pada ibunya.
"Wah kamu cantik sekali, Nak. Arham sangat beruntung memiliki istri secantik kamu. Maaf ya Ibu tak bisa datang ke pesta pernikahan kalian, Ibu benar-benar sedang ada kegiatan lain," ucap Ibu memasang raut wajah menyesal.
"Nggak apa-apa, Bu. Aku mengerti kok mendapat restu dari Ibu aku sudah sangat senang," ucap Zahra yang sadar akan kondisi perekonomiannya bila dibanding dengan Arham.
"Tentu saja ibu merestui hubungan kalian, Ibu tak pernah memilih calon menantu yang penting Arham mencintaimu dan juga kau mencintai Arham itu sudah cukup. Ayo silahkan masuk kamu pasti kelelahan setelah perjalanan.
Wani menggandeng menantunya untuk masuk ke dalam, Zahra merasa sangat bahagia ternyata Ibu Arham sangatlah ramah dan menyambutnya dengan baik.
***
Malam hari pesta megah digelar, semua keluarga besar dan kolega dan rekan bisnisnya juga datang, mereka mengucapkan selamat.
"Bagaimana? Apa kamu suka pestanya?" berisik Arham.
"Aku seperti bermimpi mendapatkan pesta pernikahan semegah ini, aku bahkan tak pernah menyangka pernikahanku akan dirayakan seperti ini. Terima kasih ya, Mas. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu."
Arham tersenyum bahagia mendengar janji wanita yang dicintainya, ia mengecup punggung tangan dan kembali menyapa para tamu undangan yang memberi selamat kepada mereka.
***
Dua bulan setelah pernikahan mereka.
Zahra kembali merasa bahagia saat memegang benda pipih di tangannya.
Yang memiliki dua garis, kemudian ia memegang perutnya.
"Ya Allah terima kasih atas kebahagiaan yang kau berikan, aku hamil. Mas Arham Pasti sangat bahagia mendengar kabar ini," ucap Zahra yang bergegas keluar dari kamar mandi dan menghampiri suaminya yang masih tertidur.
"Mas, aku punya kabar bahagia untukmu," ucap Zahra mencoba menarik selimut Arham.
"Aku ngantuk, beri aku waktu sebentar lagi," gumamnya masih dengan mata tertutup.
"Aku hamil," bisik Zahra ditelinga suaminya membuat Arham yang tadinya masih menutup mata langsung menatap tak percaya pada Zahra.
"Ka-kamu hamil?" tanya Arham memastikan apakah ia tak salah mendengar bisikan istrinya.
Zahra membawa tangan Arham ke perutnya dan memperlihatkan hasil tespek yang menunjukkan jika hasilnya positif hamil.
Arham sangatlah bahagia, ia langsung memeluk istrinya mengucapkan rasa syukur, kebahagiaan kembali dirasakan keduanya.
Wani yang mendengar kabar itu juga sangat bahagia. Wani dan Arham sangat memanjakan Zahra, mereka melayani Zahra dengan sangat baik.
"Zahra kamu nggak boleh makan ini, ini rasanya pedas nggak baik untuk kandunganmu," ucap Wani yang bersikap protektif pada Zahra. Semua diaturnya makanan apa yang boleh dan tak boleh dimakannya.
Zahra mengerti semua itu demi kebaikannya, Ia pun membiarkan suami dan mertuanya menunjukkan rasa sayang mereka padanya, hingga tak terasa kehamilan Zahra berlalu begitu cepat kini mereka menggelar acara 7 bulanan.
"Mas, apa ini tak terlalu meriah? Kita cukup adakan di rumah saja."
"Tidak, Sayang. Ini adalah putra pertama dan cucu pertama di rumah ini, mana mungkin aku menggelar acara pertamanya dengan sangat sederhana," ucap Arham.
"Iya, suamimu benar. Kita harus merayakannya semewah mungkin, ibu akan memamerkan cucu Ibu pada teman-teman arisan Ibu mereka pasti iri pada Ibu, masih banyak dari mereka yang tak memiliki cucu," ucap Wani sambil mengelus perut menantunya dan merasakan gerakan cucunya di dalam sana.
Zahra pun terdiam dan kembali menuruti apa yang mereka inginkan, walau itu terdengar sangat berlebihan. Mereka melakukan itu karena antusias menyambut bayi yang ada di dalam rahimnya. Pikir Zahra.
Acara 7 bulan pun digelar, acaranya tak kalah mewahnya saat acara pernikahan mereka.
"Wah Selamat ya sebentar, lagi kamu akan menjadi seorang nenek," ucap salah satu teman arisan Wani.
"Iya, aku juga tak menyangka akan mendapatkan seorang cucu secepat ini.
Cepatlah menikahkan putramu agar kau juga menjadi seorang nenek," ucap Wani pada temannya yang bernama Desi.
"Semoga saja putraku juga akan segera menikah, aku sudah kesal padanya. Aku sering memperkenalkannya pada gadis-gadis cantik. Namun, tetap saja ia terus saja menolak," keluh Desi.
"Aku doakan semoga jodohnya cepat datang."
"Selamat ya atas kehamilanmu, ini Ibu berikan hadiah untuk bayimu," ucap Ibu Desi memberikan perlengkapan bayi dari merek terkenal.
"Terima kasih, Bu," jawab Zahra mengambil hadiah tersebut dan menyimpannya bersama dengan hadiah lainnya.
Acara malam itu berlangsung dengan meriah dan lancar, Zahra melihat begitu banyak perlengkapan bayi yang diberikan oleh para tamu, begitu juga dengan perlengkapan bayi yang sudah dibeli oleh mertuanya. Kamar yang sudah disiapkan untuk putra mereka kini dipenuhi dengan barang-barang.
"Baik-baik ya kamu, Nak. Coba lihat betapa banyaknya orang yang menyayangimu dan menantikan kelahiranmu," ucap Zahra mengusap perutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
my name
sempurnanya hidup zahra
2024-06-05
0
Anonymous
keren
2024-04-26
0
maulana ya_manna
mampir thor
2022-07-22
0