Zahra yang sudah sampai di tempat kerjanya melihat 4 buah jas yang sudah siap jual yang selama ini dibuatnya. Ia pun menghampiri Ibu Reni dengan membawa keempat setelan jas tersebut.
"Apa aku boleh masuk, Bu?" tanya Zahra yang meminta persetujuan dari Ibu Reni sebelum masuk ke ruangannya.
"Zahra, tentu saja. Masuklah!" ucapnya.
"Ibu ini hasil kerjaku coba Ibu periksa dulu, apakah ini layak jual dan tak mengecewakan pelanggan. Aku takut jika karena hasil kerjaku pelanggan ibu merasa tak puas dengan butik ibu," ucapnya memberikan ke-4 jasnya dan memakaikannya di manakin yang ada di ruangan Ibu Reni.
Ibu Reni memeriksanya dengan teliti, ia tersenyum. Baru kali ini ia melihat rancangan yang begitu detail, jahitannya juga sangat halus belum lagi rancangan yang unik berbeda dari rancangan jas lainnya yang selama ini dikeluarkan oleh butiknya.
"Wah ini sangat bagus. Ya sudah kamu boleh memajangnya di luar, semoga saja ada yang menyukai rancangan mu ini. Ada yang bisa melihat keunikan yang terdapat dari rancanganmu. Ibu akui jas ini merupakan jas terbaik yang pernah ibu lihat, sangat detail," ucap Ibu Rani mengagumi cara kerja Zahra.
Mendengar pujian itu Zahra merasa senang. Ia pun membawa keempat jas tersebut dan memajangnya di etalase menunggu pelanggan yang akan meliriknya, itu akan dijadikan sebagai contoh.
Sepulang kerja Zahra tak langsung pulang, ia menuju ke klinik Nindy.
"Maaf ya aku baru sempat mengunjungi klinikmu setelah sekian lama," ucap Zahra yang kini sudah berbaring untuk melakukan pemeriksaan pertamanya di klinik sahabatnya itu.
"Iya, nggak apa-apa. Aku ngerti kok. Apa kamu datang sendiri?" tanya Nindy yang tak melihat suami Zahra.
"Mulai sekarang aku tak diantar jemput Mas Arham lagi, aku tak mau merepotkannya. Aku sudah bisa pergi ke butik sendiri."
"Itu benar, kamu harus lebih bisa mandiri jangan manja sama laki-laki," jawab Nindy tersenyum melihat sahabatnya itu sambil terus memeriksa kandungannya dengan melakukan USG.
"Bagaimana? Apa ada perkembangan?" tanya Zahra harapan, Ia melihat ke layar.
"Tentu saja, walaupun itu sangat kecil, tapi setidaknya ada sedikit perkembangan yang terjadi di rahimmu dan masih dalam proses penyembuhannya, semoga saja kedepannya akan semakin membaik. Kamu selalu meminum obat yang aku berikan 'kan? Dan juga melakukan beberapa gerakan yang aku sarankan?"
"Tentu saja, aku tak pernah melewatkannya walau seharipun, aku sangat berterima kasih kepadamu Semoga dengan melakukan semua yang Kau ajarkan itu bisa mempermudah semuanya," ucap Zahra yang baru saja melakukan pemeriksaan dan hasilnya cukup memuaskan walau hanya perubahan kecil.
"Ya sudah aku pulang dulu ya. Aku tak ingin jika mas Arham sampai lebih dulu di rumah."
"Ya sudah, hati-hati di jalan," ucap Nindy kemudian mereka pun berpisah. Zahra kembali ke rumah dengan senyum di wajahnya. Ia sangat bahagia mendapat pujian dari Ibu Rini hari ini begitu juga dengan kabar bahagia yang disampaikan oleh sahabatnya Nindy.
Hari-hari Zahra yang biasanya dipenuhi hinaan dan cacian serta kesedihan, air mata. Kini berangsur-angsur mulai berganti dengan canda tawa dan juga rasa bangga akan dirinya sendiri.
Hari berlalu dengan begitu cepat dua bulan berlalu tanpa terasa. Zahra terus aja melakukan pengecekan saat ia terlambat menstruasi. Apakah dia sudah hamil atau belum, walau hanya satu hari telat dari masa jadwalnya.
Zahra bahkan sudah menyiapkan beberapa alat tespek yang disembunyikannya di tempat alat make upnya. Ia tak ingin melakukan kesalahan dengan melakukan pekerjaan saat ia sudah positif hamil.
Seperti bulan ini, ia sudah 3 hari terlambat datang bulan dari jadwal yang semestinya. Zahra pun mengambil tespek yang selama ini disimpannya.
Di kamar mandi, semua sudah siap, tapi ia tak berani melakukan. Ia takut akan kekecewaan.
Dengan tangan bergetar ia mencelupkan alat tespek tersebut. Namun, tubuh terasa lemah saat melihat hanya ada satu garis yang ditunjukkan oleh alat tersebut. Zahra yang belum merasa puas kembali mengambil dua tespek lagi dan hasilnya tetap sama, negatif.
Setetes air mata jatuh tanpa disadarinya.
"Mungkin bulan depan hasilnya akan berbeda," lirihnya menerima kenyataan itu walaupun ia tahu kemungkinan untuk hamil sangat kecil, ia tetap berusaha dan berdoa. Walaupun sudah berusaha untuk ikhlas tetap saja hatinya merasa sakit saat melihat satu garis yang muncul di alat tespeknya.
"Semoga saja bulan berikutnya aku sudah bisa hamil dan mendapat dua garis," gumamnya kemudian kembali menguatkan dirinya.
Saat keluar Zahra melihat Arham baru saja keluar dari kamar.
"Kenapa aku merasa mas Arham belakangan ini semakin menjaga jarak denganku, apa ia tidak tak percaya pada jika aku pastikan bisa memberikan keturunan. Apa jangan-jangan dia ... pasti mas Arham hanya sedang sibuk, tak mungkin ia berbuat macam-macam di belakangku. Jika aku hamil Semua akan kembali seperti semula," ucapnya melihat alat tespek yang menunjukkan tanda negatif, membuang ke tempat sampah kemudian Ia pun kembali mengumpulkan semangatnya.
***
Zahra sudah membuat banyak setelan jas dan semua merasa puas dengan buatannya.
Saat di butik seseorang sedang mencari setelan jas dan pilihannya jatuh pada setelan jas yang dibuat oleh Zahra.
"Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya ibu Reni saat orang itu melihat-lihat hasil kerja Zahra.
"Apa ini ada ukuran lainnya yang sudah jadi?" tanya pria tersebut.
"Maaf, Pak. Jas ini produk baru kami dan hanya ukuran ini yang ada. Jika Bapak menyukai jas jenis ini kami bisa membuatnya sesuai dengan ukuran yang Bapak minta," ucap Ibu Reni bersikap ramah pada pelanggannya.
"Baiklah, aku ingin keempat jas ini, apa bisa diselesaikan dalam 5 hari ini?"
"5 hari untuk 4 jas, Pak?" tanya Ibu Reni lagi terkejut.
"Iya apa tidak bisa?" tanya pria tersebut yang bernama Arga.
"Sebentar Pak Arga, yang mengerjakannya adalah pegawai baru, ia baru beberapa bulan bekerja di sini, tapi kemampuan sangat terampil." Ibu Reni meminta seseorang untuk memanggil Zahra. "Kita tanyakan dulu apakah ia sanggup atau tidak. Apakah dia bersedia atau tidak karena saya tidak berani memberikan rancangan ini untuk dikerjakan kepada pegawai lainnya." jelas ibu Reni.
"Zahra, ini Pak Arga, dia ingin memesan setelan jas yang kau buat. Apa kamu bisa membuat sesuai dengan ukurannya dalam waktu lima hari untuk ke empat jas ini?"
"Jika 5 hari sepertinya sangat sulit, Pak. Aku maksimal bisa mengerjakan dua atau tiga hari untuk satu seperti yang bapak inginkan,"Jawab Zahra.
"Aku akan membayarnya dengan harga lebih jika kau mampu melakukannya," jawab Arga menatap Zahra, dia sudah terlanjur suka dengan jas yang dipilihnya berapapun harga yang harus dibayarnya.
"Apa tak bisa memberi aku waktu sedikit lagi ,Pak," pinta Zahra memberi penawaran.
"Aku ada acara di kantor ku dan aku ingin memakai keempat jas ini di waktu yang berbeda di hari yang sama, sudah tak bisa diundur lagi."
"Jika kau tak mampu, aku akan memesannya di tempat lain."
"Lima hari ya, Pak. Baiklah akan saya usahakan," jawab Zahra mendengar bayaran lebih yang akan diterimanya jika bisa menyelesaikan keempat jas tersebut.
"Apa kamu yakin bisa membuatnya? Jika kamu tak bisa kamu jangan paksakan," jelas Ibu Reni.
"Nggak apa Bu, aku bisa kok, jika perlu aku akan mengerjakannya secara lembur dan aku jamin bapak akan puas dengan hasilnya," jawab Zahra membuat Arga pun setuju.
Arga seorang CEO muda yang tampan dan baik hati. Ia tak akan ragu untuk membantu seseorang jika melihat orang tersebut membutuhkan bantuan. Ia mengenal ataupun tidak orang yang dibantunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
MiraBeauty
wahh jodohnya zahra ini mmmm sweet
2022-08-26
1
Arie
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2022-08-21
0