Sementara itu ibu sedang menunggu seseorang di salah satu Restoran mewah, ia terus melihat jam tangannya.
"Kemana sih mereka, kenapa lama sekali." gumam Wani yang sesekali mengecak chat whatsappnya dan melihat pesannya belum juga terkirim pada orang yang sudah dari tadi di tunggunya.
Wani tersenyum saat melihat chat itu terkirim dan tak lama kemudian masuk pesan balasan.
"Kami sudah ada di depan Restoran xx, kamu ada di mana?" pesan balasan chat tersebut.
"Kamu masuk saja, aku ada di sudut kiri, aku akan melambaikan tangan saat kalian masuk dan melihat kalian," jawab Wani kemudian ia pun melihat ke arah pintu. Ia melihat sahabat lamanya itu yang sudah lama tak dilihatnya.
"Tanti," panggil Wani saat melihat sahabatnya itu masuk ke dalam Restoran tersebut.
Tanti juga mengangkat tangannya saat melihat mereka.
"Wah ... apakah kamu ini Nasya?" tanya wani menyambut mereka dan melihat gadis cantik yang bersamaan sahabatnya itu. Ia yakin jika pilihannya adalah pilihan yang tepat.
Wani menyambut Nasya, memeluknya kemudian berganti memeluk sahabat lamanya itu.
"Bagaimana? Cantika kan putriku? Kamu nggak mengajak Arham ke sini?" tanya Tanti yang melihat Wani hanya sendiri menunggu mereka.
"Iya, tadi dia ada rapat penting di kantor nanti malam saja kamu ketemu dengannya. Kamu pasti merindukan Arham kan, kalian sudah lama tak bertemu. Arham pasti senang bertemu denganmu, apalagi dengan penampilanmu yang begitu cantik, kamu jauh lebih cantik dari terakhir kita bertemu," ucap Wani yang tahu jika Nasya dan Arham pernah menjalin hubungan dan saat itu mereka mengakhiri hubungan hanya karena Arham yang melanjutkan kuliahnya di luar negeri.
Mendengar ucap dari ibu pria yang masih di cintainya itu membuat Nasya sangat senang.
Jujur dia memang sangat merindukan sosok Arham, cinta pertamanya itu.
Nasya yang baru pulang dari luar negeri ingin mengunjungi Arham. Namun, ia mengurungkan niatnya saat mengetahui jika Arham telah menikah.
Nasya sangat senang saat mendapat kabar dari ibunya jika Ibunya ingin menjodohkan mereka.
Mereka bertiga terus mengobrol bersama membahas masalah brand yang sedang digemari kemudian membahas rencana perjodohan mereka.
"Tapi, Nasya. Kamu tak keberatan kan menikah dengan Arham, dia sudah menikah. Kamu tak masalah kan menjadi istri kedua?" tanya Wani berterus terang.
"Istri kedua? Apa maksudmu? Kamu ingin menjadi putriku sebagai istri kedua dari putramu?" tanya Tanti. Ia tak tau jika anak Wani yang ingin di jodoh dengan putrinya ternyata sudah menikah. "TIDAK, mana mungkin kamu melakukan ini padaku. Aku tak setuju jika putriku satu-satunya menjadi istri kedua."
"Walaupun dia istri kedua, aku janji akan memperlakukannya seperti istri pertama.
Menantuku itu tak bisa memberi keturunan kepada Arham. Aku berencana meminta Arham untuk menceraikannya."
"Jadi maksudmu kau ingin menjadikan putriku ini sebagai istri untuk menghasilkan anak buat putramu dan menyingkirkan menantu kamu hanya karena dia tak bisa memberikan keturunan?" tanya Tanti tak percaya apa yang temannya itu pikirkan.
"Untuk apa juga aku memelihara wanita tak berguna seperti itu. Kau tau kan jika Arham adalah putra tunggal ku. Aku tentu saja ingin memiliki cucu darinya dan aku tak akan bisa mendapatkan cucu darinya."
"Apa kau yakin anakku akan bahagia menjadi yang kedua untuk anakmu? Bagaimana jika ia hanya mencintai istri pertamanya dan tak mencintai anakku. Aku tak mau kalian hanya menjadikan anakku sebagai mesin pencetak anak."
"Kamu kok ngomong begitu sih. Bukankah mereka pernah menjalin hubungan di masa lalu. Aku yakin Nasya bisa memupuk kembali cinta mereka, apalagi jika di antara mereka ada bayi yang mengikat hubungan mereka. Aku yakin Arham akan mencintaimu dan berbalik dari istrinya."
"Sebaiknya kamu urus saja perceraian Arham dengan istri pertamanya barulah kita membicarakan kembali Perjodohan ini. Aku tak ingin menjadikan putriku satu-satunya menjadi orang kedua dalam hubungan pernikahan anakmu. Aku ingin anakku menjadi satu-satunya dalam kehidupan suaminya," ucap Tanti menolak.
"Nggak apa-apa kok, Bu. Lagian tante bener, kami dulu pernah menjalin hubungan dan aku yakin bisa menghadirkan kembali cinta kami dan adapun dengan istrinya itu tak masalah buatku, aku rasa aku bisa menyingkirkannya secara perlahan," ucap Nasya membuat Wani semakin menyukai karakter calon menantunya itu, ia merasa melihat dirinya dalam karakter Nasya.
"Baiklah, malam nanti datanglah ke rumahku, kita makan malam bersama." Wani langsung mengundang mereka, ia tak ingin membuang-buang Waktu lagi.
"Tapi Tante, apa sebaiknya kita makan malam di luar saja, aku tak enak dengan istri Arham," ucap Nasya.
"Kamu tak usah mengkhawatirkannya, dia bukan siapa-siapa di rumah. Lagi pula walaupun Arham mengatakan tidak untuk menikah jika Ibu mengatakan iya semua akan berubah menjadi Iya. Jadi kamu tenang saja, aku sudah memilihmu menjadi calon menantuku, Walaupun istri pertama Arham tak setuju dengan pernikahan kalian kau akan tetap menikahkan mu dengan Arham, aku janji akan hal itu," ucap Wani membuat Nasya yang memang masih sangat menyukai Arham merasa mendapatkan kesempatan emas. Ia tersenyum bahagia. Namun, tidak dengan Tanti, ia tak suka dengan rencana mereka. Ia tak ingin menyakiti hati seseorang demi membahagiakan putrinya.
Mereka menghabiskan waktu bersama, sudah lama mereka tak bertemu membuat mereka mengobrol panjang lebar hingga tak terasa waktu berlalu meninggalkan mereka.
Sesuai rencana, malam hari Tanti dan Nasya bersiap-siap untuk pergi ke rumah Arham.
"Nasya. Apa kamu yakin akan menjadi orang ketiga dalam ke rumah tangga Arham? Ibu tak ingin semua itu terjadi, kamu akan disebut sebagai pelakor dan itu sebutan yang sangat hina untuk seorang perempuan."
"Aku tak peduli, Bu. Aku mencintai Arham, lagi pula aku mendapat dukungan dari Tante Wani. Apa Ibu dengar sendiri jika Wanita itu sudah tak bisa memberikan keturunan kepada Arham? Dengan begitu jika kami memiliki anak, anakku akan menjadi pewaris dari kerajaan bisnis mereka."
"Pikirkan baik-baik. Ibu hanya tak ingin kau menyesal nantinya. Jangan hanya memikirkan hal yang indah-indah saja tentang pernikahanmu, coba kamu pikirkan hal-hal yang lainnya yang mungkin saja terjadi karena memilih menjadi yang kedua. Kamu akan dianggap remeh oleh masyarakat, belum lagi bagaimana jika Arham tak menyukaimu dan mempertahankan perasaannya pada istrinya dan hanya menyaingi anak yang kau lahirkan. kamu harus memikirkan semua kemungkinan yang bisa saja terjadi."
"Ibu tenang saja, aku tahu seperti apa Arham, dia akan tunduk pada ibunya. Aku akan memanfaatkan semua itu untuk menggodanya dan menyingkirkan istri pertamanya dari hatinya," ucap Nasya memakai lipstik di bibirnya, ia tersenyum pada dirinya sendiri, ribuan rencana untuk menggait hati sudah tersusun rapi di otaknya.
Tanti hanya menggeleng melihat putrinya, sepertinya putrinya itu sudah tergila-gila pada Arham, apapun yang diucapkan seolah tak didengarkannya.
Iya juga pernah berada di posisi Nasya saat ini, ia menikah dengan seorang pria yang sudah memiliki istri. Bukannya bahagia yang ia dapatkan malah hanya sebuah penderitaan.
Penderitaannya semakin lengkap saat ia harus diceraikan dan membawa Nasya yang masih kecil bersamanya dan kali ini Nasya kembali mengikuti jejaknya, Tanti tidak akan membiarkan putrinya itu hidup menderita seperti apa yang ia alami dulu.
Di kediaman Arham.
Arham yang baru saja pulang melihat Zahra yang sibuk menata makanan di meja makan dengan Bibi.
Ia ingin menegur istrinya itu. Namun, kejadian pagi tadi membuatnya enggan untuk melakukannya.
"Sepertinya Zahra masih marah padaku," gumamnya melihat istrinya itu. Biasanya jika ia pulang Zahra akan menyambutnya dengan senyuman, membawakan tasnya hingga ke kamar dan menyiapkannya air hangat. Dia juga akan menyiapkan pakaiannya, terkadang Zahra akan memijatnya. Pijatan istrinya itu selalu membuatnya tenang dikala ia sedang banyak pekerjaan.
"Arham. Apa yang kamu lakukan berdiri di sana? Ayo cepat mandi, sebentar lagi tamu kita akan datang," ucap Wani meminta putranya itu untuk bersiap-siap kemudian ia menuju ke meja makan.
"Bi, apa semuanya sudah siap?" tanyanya pada Bibi yang sibuk memasak sementara Zahra sibuk menata meja makan.
"Semuanya sudah siap, hanya tinggal menu makanan penutupnya saja, Bu. Ini sebentar lagi akan siap," jawab bibi.
"Ya sudah, kerjakan semua, aku tak ingin ada kesalahan sedikit pun dan Kamu Zahra atur mejanya serapi mungkin, jangan biarkan sisa-sisa makanan jatuh di meja, Ibu tak suka. Kamu jangan bermalas-malasan." Ibu hanya melirik makanan yang ada di meja makan kemudian Ia pun menuju ke ruang tamu. Ia duduk sambil membaca majalah, Wani sudah mendapat pesan jika mereka sebentar lagi akan sampai. Wani sidah tak sabar mempertemukan Nasya dan juga Arham.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
MiraBeauty
semoga ada keajaiban untuk zahra
2022-08-26
0