Sebuah Janji
Pintu kamar terbuka, nampak seseorang terlempar hingga jatuh di ranjang.
"Tidak..., tidak...!!!.",
"Sean, jangan lakukan ini.",
"Aku, mohon jangan!!.",
Nampak seorang wanita memohon pada seorang laki-laki yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Ellyana, bilang kau yang mengenalkan mereka bukan?!.", tanyanya, yang kini sedang menjambak rambut Cellya.
"Itu kejadian sudah lama. bahkan kita, sendiri yang mengenalkan mereka.", jawabnya. raut wajahnya, nampak menahan rasa sakit di kepala karena tarikan di setiap ujung rambutnya.
"Bohong!!...," bentaknya.
Tangannya menghempaskan rambut beserta empunya hingga jatuh tergeletak di ranjang.
Cellya meringis, tapi tak berani menangis. ia tidak ingin Sean semakin terpancing emosi dan menghajarnya ketika mendengar suara Isak tangisnya.
"Berulang kali kau, membohongiku. kau mengatakan, kita saling mencintai sejak kecil, lalu kita bertunangan sebelum aku, kuliah ke London. dan yang terakhir, kau bahkan mengatakan bahwa kita sudah sah menikah dan menunjukkan bukti buku pernikahan pada ku.",
"Sebenarnya, apa mau mu?!.",
"Sedari dulu aku, hanya mencintai Ellyana.", sambungnya.
"Tapi itu semua benar. kisah itu, moment itu, dan akta pernikahan itu. tidak ada yang bohong ataupun di rekayasa. ibu, ayah bahkan kedua orang tua ku sudah menjelaskan dan mengatakan padamu. tidak ada yang membohongimu.", jawab Cellya.
"Oh ya?!.", ucap Sean. ia nampak mendekat kan wajah nya pada Cellya. membuat wanita itu nampak khawatir akan perlakuan selanjutnya yang akan ia terima.
"Aku, membencimu!!.", teriaknya tepat di depan wajah Cellya, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan gadis itu yang kini tengah menangis sedih sepeninggal Sean.
Sean, lelaki yang sudah lebih dari setahun resmi jadi suaminya itu, telah kehilangan ingatannya. Tidak ada yang tersisa, ingatannya hilang begitu saja.
Padahal sebelum pergi ke London, mereka sempat mengikrarkan janji setia, sumpah pernikahan yang di gelar secara khidmat di sebuah gereja.
Hanya ada mereka, kedua orang tua dari para mempelai, keluarga dan kerabat dekat.
Acara sakral itu di laksanakan secara mendadak begitu, Sean di terima di universitas London.
Alasannya, Sean tidak mau meninggalkan Cellya tanpa sebuah ikatan pasti, mengingat mereka akan berpisah lama untuk menempuh kuliah masing-masing.
Juga berjaga-jaga agar Cellya tidak di ambil orang lain.
Selesai ikrar janji suci, mereka hanya menikmati waktu seminggu menjadi suami istri yang sesungguhnya sebelum, akhirnya Sean benar-benar pergi untuk kuliah, menempuh pendidikan sesuai keinginan orang tuanya.
Bila memungkinkan, saat libur semester mereka akan saling bergantian mengunjungi satu sama lain.
Terkadang, Sean yang harus pulang ke Indonesia untuk menemui Cellya sekaligus mengunjungi keluarganya. tak jarang pula, Cellya yang harus terbang ke London untuk melepas rindu pada suaminya.
Namun, semua berubah setelah kecelakaan itu. Sean, tak lagi mengingatnya. bahkan, keluarga nya harus berulang kali mengenalkan diri padanya, agar ia yakin bahwa mereka adalah keluarga.
Emosi Sean tak stabil, mudah marah dan tidak terkendali. ia menganggap saudara kembar Cellya, Ellyana sebagai calon istrinya.
Padahal, bila di perhatikan dengan seksama. mereka bukanlah kembar identik.
Cellya, lebih mirip papanya. dengan pipi tirus, mata coklat di sertai kelopak mata bulat yang indah dan dagu lancipnya.h dan
Sedangkan Ellyana lebih dominan ibunya. pipi yang sedikit chubby, mata biru namun sedikit sayup dengan kelopak mata yang sedikit sipit.
mela
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Cellya beranjak dari ranjang sepeninggal suaminya. deru mobil Sean terdengar jelas keluar dari rumah mereka.
Ia nampak menghela nafas berat dan menghembuskan nya sebelum akhirnya, ia sampai dan berdiri di samping jendela balkon kamarnya.
Percayalah, ini adalah hal biasa baginya. Sean marah dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
Melampiaskan kekesalan dan amarah nya setiap kali, ia merasa kesal dan cemburu terhadap Ellyana.
"Apa dari dulu dihatinya, tidak ada aku?",.
"Ah tidak, percayalah Cellya!!... ia hanya sedang lupa saja.",
"Tidak perlu sedih atau kecewa. semuanya akan membaik seiring berjalannya waktu.",
"Dia akan segera ingat. dan janji kalian untuk memiliki anak-anak yang lucu serta menggemaskan akan segera terwujud.",
"Setelah nya, akan ada banyak waktu untuk di habiskan bersama sampai maut memisahkan.",
Otak dan hatinya bergemuruh. saling bersahutan untuk menenangkan dan menegarkan dirinya, agar tidak mudah menyerah.
Ia nampak tersenyum sekilas sebelum akhirnya, pergi berganti baju dan merapikan diri.
Kini, ia tengah duduk di depan sebuah komputer. ia nampak menyibukkan diri dengan tugas kantor nya yang belum selesai.
Sesekali, ia nampak berganti posisi meluruskan kakinya atau duduk bersila. membuat posisi nya senyaman mungkin di atas kasur nya.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul dua belas malam. ia yang menyadari hal itu, segera menyudahi dan merapikan pekerjaan nya.
Cellya meletakkan semua pekerjaan yang perlu ia bawa besok di atas nakas samping tempat tidur nya. ia begitu cermat dan cekatan.
"Ting tong....
Terdengar bel rumah berbunyi beberapa kali. ia yang sudah bersiap menarik selimutnya segera beranjak dari tempat tidur. keluar dari kamar nya dan berjalan cepat ke arah pintu.
"Ceklek...",
"Maaf, nona. tuan, mabuk berat.", ucap supir pribadi Sean.
"Ya, maaf merepotkan mu.",
"Bisa tolong antar, tuan?!, ke kamar atas?.", sambung Cellya.
"Baik, nona.",
"Terimakasih.",
John memapah sang majikan menaiki tangga menuju kamar Sean. dan seperti biasa, Cellya segera mengambil air hangat di dapur untuk suaminya.
Ini adalah pemandangan biasa. ya, setiap kali mereka bertengkar pasti akan berakhir dengan mabuk nya Sean saat pulang ke rumah.
John baru saja membaringkan tubuh Sean dengan benar di ranjangnya ketika, Cellya masuk dengan membawa segelas air hangat.
"Saya permisi, nona.", pamitnya setelah menyelesaikan tugasnya. membuat Cellya mengangguk dan mengucapkan terima kasih atas bantuan John.
Ia berjalan mendekat, menghampiri suaminya yang tengah terbaring dan sesekali mengigau tidak jelas.
Ia sedikit mengangkat leher belakang sang suami dan menyodorkan gelas berisi air hangat di bibir Sean, agar efek mabuk serta berat di kepala suaminya sedikit mereda.
Namun, tiba-tiba Sean menarik Cellya. membuat air itu tumpah di mana-mana.
"Cellya..., jangan pergi. Ellyana berbohong padaku, dia bilang kau bertunangan dengan si brengsek David, itu.", ucapnya.
Ya, jelas... setiap kali mabuk. nama Cellya yang di ucapkan. awalnya, ia mengira suaminya sudah mengingat semua tentang mereka.
Tapi dokter mengatakan, itu adalah reaksi normal saat seorang amnesia mabuk. itu menandakan, jauh di bawah alam sadarnya, ia mengenali diri dan orang sekitar dengan baik. tapi ketika kembali sadar, maka yang terjadi adalah hal yang berbeda lagi.
"Cellya...", panggil Sean. tangannya masih erat memeluk tubuh Cellya yang berada di atasnya.
"Jangan pergi aku, mohon!.", sambungnya, memelas.
"Aku, sangat mencintaimu. aku, akan segera mengurus sura perceraian dengan Ellyana.",
"Kita akan kembali bersama, ya?!.", sambungnya. membuat mata gadis itu berkaca-kaca. ia mengangguk pelan, yang membuat Sean tersenyum bahagia memandang gadis pujaannya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Nasyla Ulfa
Nasyila ulfa
2023-01-21
0