"Selamat siang, tuan besar.", sapa John ketika sambungan telfon nya terhubung.
"Saya ingin mengabarkan bahwa, tuan muda masuk rumah sakit hari ini.",
"Saya belum tahu, tuan. tapi, tuan sempat kesakitan sebelum akhirnya pingsan.",
"Baik. saya akan siaga disini. terimakasih.", sambungan telfon berakhir.
POV of Cellya.
"Bu. bisakah ibu menemani Sean di rumah?.",
"Cellya, harus pergi hari ini. ada tender yang harus Cellya selesaikan.",
"Maaf mendadak. Cellya, juga tidak tau. yang Cellya tau, mereka hanya akan melanjutkan kerjasama kalau Cellya sendiri yang menemui mereka.",
"Iya. karena memang ide konsep dari Cellya.",
"Cellya, akan berusaha menyelesaikan pekerjaan itu secepatnya dan segera pulang.",
"Tentu saja Cellya, ingat. sebelum hari H, Cellya janji sudah pulang, bu.",
"Tidak. kami pergi bertiga.",
"Tentu. terimakasih, Bu.", ucapnya sebelum mengakhiri sambungan telefon nya dengan ibu mertua.
Kini ia sudah mengudara menuju Singapura. setelah dua jam sebelumnya ia berkemas sembari menelfon mertuanya.
Di lain sisi...
Ibu Cellya baru saja turun dari mobil. seorang ajudan segera memberi dan mengarahkan jalan untuk nya.
Ya, wanita berusia empat puluh lima tahun itu adalah seorang single parents. ia mengelola perusahaan peninggalan sang suami dan merawat kedua putri mereka.
Namun, ia tidak banyak bekerja keras kini karena, Ellyana sang putri juga membantunya.
Sebenarnya, baik Ellyana ataupun Cellya memiliki kuasa di perusahaan ibunya. hanya saja, Cellya lebih memilih untuk tidak ikut andil dalam mengelola. ia beralasan, ingin fokus merawat Sean untuk saat ini.
Begitu melihat kedua besannya, wanita itu segera mendekat.
"Apa yang terjadi?.", tanyanya setelah memeluk ibu Sean.
"Belum tau. dokter belum keluar.", jawab ibu Sean.
"Tuan Jim, sebaiknya anda kembali ke kantor. biar kami yang menunggu di sini.", ucap ibu Cellya. atau yang biasa di panggil Bu Mariana pemilik perusahaan eksekutif, pada besan lelaki nya.
"Baiklah. kebetulan, saya masih ada meeting di sekitar sini.", ucapnya.
"Sayang, aku pergi dulu. ingat untuk menghubungi ku saat kapanpun.", pamit nya pada sang istri.
"Eemm...., berhati-hatilah dan cepat kembali.", jawab istrinya.
"Terimakasih, besan.", ucap pak Jim. ia nampak membungkuk kan badannya pada Bu Mariana yang segera di balas dengan hal yang sama oleh wanita elegan itu.
"Ayo, kita duduk!.", ajak Bu Mariana pada besan perempuan nya.
Mereka segera beralih dan duduk di kursi depan kamar Sean.
"Jangan hubungi Cellya dulu. aku khawatir, dia tidak fokus di sana.", pinta ibu Sean ( ibu Jenni).
"Eemm.... aku setuju.", jawab Bu Mariana.
"Tapi, aku yakin dia sudah merasakannya.", sambungnya.
"Iya. perasaan nya pasti sudah resah dan tidak enak.",
"Aku tau benar bagaimana menantuku itu.firasatnya begitu kuat", sambung Bu Jenni.
POV of Cellya
Akhirnya, ia mendarat dengan selamat di bandara Changi Singapura (SIN) setelah melakukan penerbangan kurang lebih 1,5 - 2 jam.
Cellya nampak menarik koper kecilnya, begitu juga dengan Juan dan Tresya, dua rekan yang akan membantu nya bertemu dan berbicara dengan kolega perusahaan mereka kali ini.
Mereka bertiga nampak segera menuju mobil yang sudah di siapkan oleh perusahaan cabang di negara ini.
Cellya dan Tresya segera masuk ke mobil sementara Juan di bantu sang sopir memasukkan barang-barang mereka ke dalam bagasi.
Begitu selesai, Juan segera menyusul masuk dan duduk di kursi depan samping kemudi bersama sopir.
...----------------...
Mobil perusahaan cabang terparkir sempurna di pelataran apartemen tempat mereka tinggal selama tugas di sini.
Sopir segera turun dan membukakan pintu untuk mereka. setelah nya, Juan segera membantu menurunkan koper yang segera di sambut oleh pemiliknya masing-masing.
Setelah selesai dengan tugas nya, sopir itu segera pamit undur diri. berganti dengan seorang tour guide yang sudah di siapkan perusahaan juga, mengantar mereka untuk naik ke lantai dua menuju apartemen yang akan mereka tinggali.
"Welcome!!.",
"Nice to meet you.", ucapnya menghampiri Cellya dan kedua rekannya.
"My name is Saleh.", ucapnya mengulurkan tangan.
"My name is Juan.",
"My name is Tresya.",
"And my name is Cellya.",
Mereka memperkenalkan dirinya masing-masing, sebelum berbincang lebih lanjut, sembari berjalan memasuki lift menuju apartemen yang akan mereka tinggali.
POV of Sean....
Dokter keluar dari ruangan tempat Sean di rawat. ibu dan mertuanya segera menghampiri dokter yang memang sudah setahun lebih ini merawat putranya.
"Bagaimana?.", tanya ibu Sean yang segera di jawab isyarat oleh dokter untuk mengikuti ke ruang kerjanya.
Mereka kini tengah duduk berhadapan di ruang kerja dokter.
"Untuk sementara, kita masih menunggu hasil CT scan.",
"Kemungkinan, ada penyumbatan lagi di otaknya. memang belum bisa di pastikan. tapi, mendengar gejala yang timbul beberapa hari ini dari asistennya, kemungkinan itu ada.", ucap dokter menjelaskan.
"Apakah harus operasi lagi?.",
"Dan, apakah ada efeknya?.", tanya mertuanya.
"Saya belum bisa memastikan, nyonya.", jawab dokter.
Kedua orang tua itu saling beradu pandang. ada rasa khawatir di mata dan raut wajah mereka. tapi mereka harus tetap tenang.
"Haruskah memberitahu, Cellya?.", tanya ibu Presdir. yang langsung membuat wajah besannya berubah lebih cemas dan khawatir.
"Dia pasti sedang istirahat setelah penerbangan.", ucapnya setelah cukup lama diam. terdengar hembusan nafas kasar dari ibu Sean, yang membuat ibu Cellya mengalihkan pandangannya ke sekitar.
"Kita tunggu sampai hasil CT scan keluar. baru beri kabar pada Cellya.", lanjut ibu Sean yang segera di angguki oleh besannya.
Seorang pria melangkah mendekat. ia nampak memberi hormat, membungkuk kan badan saat berada di dekat ibu Sean dan ibu Cellya.
"Nyonya, waktunya rapat dengan para penanam saham.",
"Tidak bisakah Ellyana menggantikan ku?.", tanya ibu Cellya.
"Nona, ada pertemuan dengan klien siang ini.", jawab ajudan nya.
Ibu Cellya menoleh, menatap wanita yang duduk di sampingnya.
"Besan, aku.....
"Pergilah!.", sahut ibu Sean.
"Bagaimana denganmu?.", tanya ibu Cellya.
"Dia belum sadar. aku masih bisa beristirahat sambil menunggu dia siuman.",
"Tidak masalah. butik ku sudah ada yang menghandle.", ucapnya.
"Baiklah, aku pergi dulu. jika ada sesuatu, jangan lupa menghubungi ku.", ucap ibu Cellya. ia lantas mengambil tas nya dan segera beranjak meninggalkan ibu Sean.
Ajudan ibu Cellya nampak memberi hormat pada ibu Sean sebelum pergi.
POV of Cellya
Gadis itu nampak sedikit frustasi dengan pekerjaannya. ia nampak melemparkan berkas ke meja tamu, kemudian menggeser laptop dan meletakkan kepalanya di meja.
"Kenapa?.", tanya Tresya sembari meletakkan tiga gelas jus dan camilan di meja.
"Lihatlah berkasnya.", jawab Cellya singkat.
Tresya mengambil tumpukan kertas itu dan membacanya. nampak kekasihnya, Juan juga ikut membaca di samping Tresya.
"Ahhh .... ini hanya salah pengetikan urutan. aku akan membereskannya.", ucap Juan setelah ia faham.
"Nah!!!... masalah nya sudah selesai. biar Juan, yang mengerjakan nya.",
"Kau, bumil. istirahatlah!.", ucap Tresya. sembari menyodorkan segelas jus pada Cellya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments