Sean mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang. setelah beberapa saat mengemudi, ia sampai di pelataran kantor tempat istrinya bekerja.
Sean turun dari mobil, menutup pintu dan menarik nafas. ia memantapkan hatinya sebelum memasuki kantor.
Langkah nya mulai terarah menuju meja resepsionis begitu ia sampai di lobby.
"Permisi.", ucapnya, ketika sudah berada di meja resepsionis.
"Ahh, tuan. Anda lagi?!.",
"Tapi nona Cellya belum datang hari ini.", ucap wanita itu ramah. Sean terdiam mendengar penuturan resepsionis itu.
"Ahh..., asisten Tresya.", wanita itu nampak sumringah memanggil gadis yang sedang berjalan dan bergurau bersama seorang lelaki, saat memasuki kantor setelah menekan tombol absensi karyawan.
Tresya dan Juan mendekat karena resepsionis itu memberi isyarat pada mereka untuk mendekat.
"Ada apa?.", tanya Tresya.
"Apakah ketua design tidak masuk hari ini?!.", tanya resepsionis.
"Aku tidak tahu, dia tidak menghubungi ku sejak pulang.", jawab Tresya polos.
"Cellya sudah pulang?!.", tanya Sean, menatap Tresya. Juan yang melihat itu nampak sedikit aneh.
Tresya menatap pria itu lekat. ia seperti pernah bertemu dengan Sean, tapi lupa dimana?!, dan siapa pria yang sedang berdiri di depannya menanyakan tentang Cellya.
"Kau mencari Cellya?!.", tanya Juan tiba-tiba. Sean mengangguk.
"Ada keperluan apa?.",
"Kenapa tidak langsung ke rumah nya?!. dia sudah pulang tiga hari yang lalu.", ucap Juan. sontak Sean yang sedari tadi menunduk dan bingung, seketika mendongak mendengar pernyataan Juan.
"Ya, begitu selesai tanda tangan dan penyerahan berkas kontrak Cellya langsung pulang. sementara kami, memilih berlibur.",
"Sebenarnya, Cellya juga dapat bonus liburan. tapi, dia bilang harus segera pulang karena suaminya akan berulang tahun.", jelas Juan panjang lebar.
"Ahh..., aku ingat sekarang.", ucap Tresya. ia membuat semua orang menatap nya.
"Bukankah kau tuan Xavier Kamasean?!.",
"Kau pengusaha muda sukses bertalenta itu kan?!.",
"Iya benar. kau suami Cellya kan?!.", ucap Tresya memberondong pertanyaan, dan Sean hanya mengangguk lemah. pikirannya tertuju pada istrinya.
Kemana Cellya?!. temannya bilang dia sudah pulang tiga hari yang lalu.
Bila pesawat nya bermasalah, atau mengalami kecelakaan pasti akan ada berita nya di berbagai media.
Tapi, bukankah temannya mengatakan bahwa dia pulang lebih dulu dan memilih tidak mengambil bonus liburan nya, untuk menyiapkan ulang tahunnya?!
Lantas, kenapa dia tidak pulang?!. kenapa dia tidak datang?!. apakah dia marah?!, tapi marah karena hal apa?!. atau terjadi sesuatu kah padanya?!.
"Lalu kenapa kau mencari nya?!.",
"Apa kalian bertengkar?!.",
"Kau tidak seharusnya bertengkar dengan dia.",
"Meskipun kau pimpinan perusahaan besar dan selalu bersikap tegas. bila dengan Cellya, kau harus sedikit mengalah, tuan.",
"Dia begitu kesusahan menghadapi kehamilannya.",
"Mood ibu hamil memang cepat berubah, tapi kau harus menyadari nya dan lebih banyak mengalah.",
"Percayalah!, dia juga tidak ingin bersikap kasar ataupun tidak perduli padamu.", ucap Tresya panjang lebar, yang malah membuat pikiran dan hatinya berargumen dalam dirinya.
Hamil?. ya, istrinya hamil dan kini tidak di ketahui dimana keberadaannya.
Dia kehilangan kontak istrinya sejak tiga hari lalu, dan kini mengetahui kabar kehamilan istri nya dari orang lain. takdir macam apa ini?!.
Sean mulai merasakan sesak di dadanya, ia berulang kali berusaha bernafas. terdengar helaan nafasnya kasar.
Kepala nya merasa pusing dan pandangan nya memudar seketika.
Sean berjalan tertatih meninggalkan meja resepsionis. ia berjalan keluar dengan memegangi dahinya. luar biasa sakit yang ia rasakan di kepalanya, hingga tak lama kemudian ia terjatuh dan pingsan di lobby kantor.
......................
Ibu Sean berjalan di koridor rumah sakit. ia mempercepat langkahnya dan segera menghampiri John yang sudah lebih dulu berada di sana.
Ya, saat Sean pingsan. Juan mengambil ponsel Sean dari sakunya dan mencari kontak panggilan terakhir.
Ya, beberapa menit sebelum Sean sampai di kantor Cellya tadi. ia sempat mendapat telepon dari John, yang menanyakan berkas kerjasama dengan beberapa perusahaan yang di ambil Sean sebelum Sean sakit.
"Nyonya.", ucap John, lalu segera membungkuk kan badannya memberi hormat.
"Tuan, sedang di tangani. kita hanya bisa menunggu dokter keluar.", ujar John, seakan menjawab pertanyaan di benak ibu Sean.
"Kalian siapa?!.", tanya ibu Sean pada Juan dan Tresya. ya, insiden Sean pingsan membuat mereka mendapatkan perintah untuk ikut mengantar Sean ke rumah sakit.
CEO perusahaan khawatir akan mendapatkan masalah mengingat, Sean, ayah dan juga ibu mertua nya adalah salah seorang yang berpengaruh di dunia bisnis.
Juan dan Tresya tidak di izinkan kembali sebelum Sean sadar dan memastikan bahwa keadaan Sean baik-baik saja.
"Saya Tresya, dan ini Juan.", ucap Tresya, mendekat pada ibu Sean.
Ia pun menceritakan semuanya pada ibu Sean. tentang apa yang sudah mereka ucapkan pada Sean, saat pria itu datang ke kantor mencari istrinya.
Ia sungguh tidak berniat membuat Sean celaka karena, ia dan kekasih nya benar-benar tidak tau jika Sean baru saja keluar dari rumah sakit.
Ia dan Juan hanya mengatakan apa yang mereka ketahui tanpa memprovokasi Sean.
"Kami sungguh minta maaf, nyonya.",
"Kami sungguh tidak tahu.",
"Kami tidak ada maksud untuk memprovokasi emosi tuan Xavier.",
"Kami hanya mengatakan apa yang kami ketahui, dan hanya menjawab pertanyaan sesuai dengan yang tuan Xavier tanyakan.", ucapnya. tangan Tresya terus menggenggam kedua tangan wanita paruh baya itu.
"Tidak apa-apa.", jawab ibu Sean, pelan.
"Terimakasih sudah membawanya ke rumah sakit tepat waktu.",
"Sekarang, kalian bisa pulang dan istirahat.", ucap ibu Sean lebih lanjut.
"Tidak, nyonya.", ucap Tresya.
"Kami tidak di izinkan kembali sebelum memastikan keadaan tuan Xavier baik-baik saja.",
"Izinkan kami tetap disini.", pinta Tresya.
Dokter keluar setelah cukup lama menangani Sean. ibu Sean segera berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri dokter.
"Bagaimana?!.", tanya ibu Sean.
"Seperti nya, tuan muda baik-baik saja.",
"Kita hanya perlu menunggu nya untuk siuman.", jawab dokter.
Seketika ibu Sean nampak merasa lega. wanita paruh baya itu berjalan lemas menuju kursi. Tresya yang melihat hal itu segera membantu ibu Sean untuk berjalan ke kursi tunggu dan duduk.
"Nyonya.", ujar John sembari menyodorkan sebotol air putih yang baru di bukanya untuk majikan perempuannya.
Ibu Sean segera menerima dan meminumnya. nampak ia begitu tenang sekarang.
"Kalian sudah dengar kan?!. dia tidak apa-apa, hanya tinggal menunggu nya sadar.",
"Kalian pulang lah!.",
"Biar John yang mengantar kalian dan berbicara dengan bos kalian.",
"Tidak usah khawatir. John adalah orang kepercayaan kami, bos kalian juga pasti mengenal nya.",
"Selama John yang berbicara, kalian tidak akan mendapat masalah.", ucap ibu Sean.
"John. tolong antar mereka kembali.", perintah ibu Sean.
"Baik, nyonya.", jawab John.
Tresya segera berpamitan pada ibu Sean, begitu juga dengan Juan.
"Terimakasih, nyonya.", ucap mereka bersamaan sebelum pergi meninggalkan ibu Sean.
Ibu Sean tersenyum. "Aku pun, juga sangat berterima kasih.",
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments