Not Idiot Princess
Rintik salju turun di kota Sunfu. Suhu udara rendah membuat seorang gadis menggigil kedinginan. Sambil menatap jemari tangannya yang membiru dia bergumam, "aku lupa membawa sarung tangan."
Ditutupnya sebuah buku novel yang telah dibacanya sampai tuntas tersebut. Gadis itu kemudian menghembuskan napas panjang sambil memejamkan mata, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Sekarang ... tanggal berapa, ya?" gumamnya lagi sambil menatap langit-langit. Ia akhirnya mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Raut wajahnya berubah seketika ketika melihat tanggal yang tertera di layar ponsel.
"22 Desember, hari ibu! Oh, tidak. Aku lupa memesan kuenya." Ia bergegas memasukkan beberapa buku miliknya ke dalam tas, lalu pergi meninggalkan perpustakaan.
Beberapa saat kemudian, gadis berambut hitam panjang itu tiba di depan rumahnya. Dia melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati. Jika salah menginjak kemudian terpeleset, kue yang berada di tangannya mungkin akan jatuh dan hancur.
Namun, ketika sampai di depan pintu rumah dia mendengar suara gaduh dari dalam. Untuk sejenak dia berhenti, mendengarkan apa kiranya yang terjadi di dalam sana.
"Cukup, Yah! Ayah bilang Ayah pergi ke kota Luzen untuk urusan bisnis, tapi apa? Ayah bohong padahal Ayah ajak perempuan selingkuhan Ayah itu liburan di sana!"
"B-bu, dengarkan Ayah dulu! Itu semua tidak benar, Bu! Ayah betulan pergi ke Luzen untuk urusan bisnis. Masalah foto itu, perempuan itu menjebak Ayah, Bu."
Ibu menangis sesenggukan. Hatinya sangat hancur melihat foto suaminya bersama perempuan lain. Ia tak bisa menahan rasa sakitnya lagi.
"Yah ... ayo ... kita cerai saja."
Menetes air mata sang gadis setelah mendengar perkataan ibunya. Ia menunduk lemas dengan kue yang hampir jatuh dari tangannya.
"Tidak, Bu! Jangan katakan itu! Apa ibu tidak memikirkan anak kita Yunza? Dia pasti akan sedih!"
Kue yang dipegang Yunza terjatuh ke lantai, suara yang ditimbulkan membuat kedua orang tuanya terkejut. Mereka lantas menghampiri pintu dan membukanya. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat Yunza di sana.
"Y-yunza sayang, masuklah ke dalam. Kenapa hanya berdiri di depan pintu? Di luar sangat dingin," ucap ibu sambil mengulurkan tangannya, menggapai tangan Yunza untuk mengajaknya masuk.
Akan tetapi, Yunza malah menepis tangan ibunya tersebut. "Apa kalian ... akan bercerai?" tanyanya sambil menunduk.
Ayah dan ibu saling menukar pandangan, lalu kembali menatap putri mereka. "Nak, masuklah. Di luar sangat dingin. Kau bisa sakit nanti." Ayah mengalihkan pembicaraan.
Yunza tak bergerak sedikitpun, namun air matanya terus menetes tanpa henti. Memikirkan keluarganya akan berpisah benar-benar membuat hatinya hancur.
Tak lama dia mengangkat kepalanya lalu menatap kedua orang tuanya secara bergantian. Tatapannya dipenuhi harapan. "Ayah ... Ibu ... tolong jangan pisah. Yunza tidak mau keluarga kita berantakan!" pintanya.
Mendengar hal itu, ibu malah memalingkan wajahnya. Dia masih diliputi kekecewaan terhadap suaminya. Bahkan hatinya belum sembuh sedikitpun. "Maaf, Yunza." Hanya kalimat itu yang dia ucapkan.
Yunza mengerutkan alisnya. "Kalau begitu, Yunza pergi dari rumah! Yunza tidak akan pulang sebelum kalian berbaikan!" Dia membalikkan tubuhnya dan perjalan pergi.
"Yunza! Nak!" seru ayah namun ia tak mengejar. Dia lantas menoleh ke arah istrinya. "Bu, Ayah mohon. Ini demi Yunza kita." Pintanya lagi. Namun sekali lagi, ibu hanya membuang muka.
Sampai suara keras di depan sana mengejutkan mereka. Saat itu, mata kepala mereka menyaksikan sendiri bagaimana sebuah mobil hitam melaju sangat cepat di depan rumahnya lalu menabrak Yunza.
"Yunza!" teriak keduanya dengan mata melotot.
Tubuh Yunza terpental ratusan meter dari depan rumahnya. Ia terkapar dengan beberapa tulang patah dan darah yang terus mengalir dari kepalanya.
Dia membuka matanya, yang dilihatnya saat itu hanya keburaman. Suara-suara tak asing terus memanggil namanya, semakin lama semakin pelan sampai ia tak bisa mendengar apapun lagi.
"Ayah ... Ibu ... sakit! Kepala Yunza sakit, semuanya sakit," gumamnya dalam hati. Kemudian matanya tertutup rapat, hanya kegelapan yang menemaninya kini.
Tiba-tiba Yunza merasakan sentuhan hangat di bahunya. "Yunza, bangun! Bangunlah!" Suara itu berulang kali di dengarnya. Semakin lama semakin jelas di telinga.
Yunza perlahan membuka matanya. Sekali lagi, hanya ada kegelapan. "Yunza!" Suara itu terdengar tepat di telinga kanannya, Yunza lantas menoleh.
Namun, sesuatu menghalangi pandangannya. Seperti sebuah kain menutupi wajahnya. Saat Yunza hendak menyingkap kain tersebut, seseorang mencekal tangannya sambil berkata, "jangan dibuka, nanti ayahanda marah."
"Ayah?" tanya Yunza dengan suara lirih pelan.
"Benar. Diam dan patuhlah!"
Yunza pun terdiam dalam keadaan linglung. Dia berusaha mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi. "Dimana ini? Tempat apa ini?"
"Kedua mempelai saling berhadapan dan memberi salam," ucap seseorang entah siapa.
Kursi roda yang Yunza duduki didorong seseorang hingga menghadap ke suatu arah. "Yunza, tundukkan kepalamu pelan-pelan!" perintah itu kembali terdengar. Yunza menurutinya dan membungkukkan kepalanya.
Sorak sorai kemudian terdengar di telinga Yunza.
"Selamat atas pernikahan tuan putri! Selamat Yang Mulia Kaisar!"
"Tuan putri, selamat atas pernikahan Anda!"
Yunza bingung sekaligus terkejut. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, jadi dia menyibakkan kain yang menutupi wajahnya dan membuat semua orang terkejut.
"Pengantin wanita membuka penutup kepala sebelum waktunya." Orang-orang mulai berbincang, memperbincangkan hal yang sama.
Sebuah tempat yang sangat megah. Banyak sekali orang dengan pakaian yang sangat aneh. "Apa ini?" tanya Yunza yang dilanda kebingungan.
Kemudian seorang wanita muncul dari samping kanannya. "Hey! Jangan buka penutup kepalanya!" omelnya.
Yunza tak mengenalnya. Dia menepis tangan wanita itu yang hendak memakaikan kembali penutup kepala. "Yunza! Jangan mempermalukan ayahanda! Kau boleh membuka penutup kepala jika sudah berhadapan dengan suamimu!" omelnya lagi.
"Suami apa?" Yunza lantas bangkit dari tempat duduknya. Kemudian dia melangkahkan kakinya menuruni tangga kecil dan turun dari aula.
"Dimana ini? Ayah dan ibu, dimana kalian?" Ia bergumam dan bersikap aneh, membuat semua orang terheran dan mulai membicarakannya.
"Cukup!" sentak seorang pria dengan suara lantang. Suaranya begitu nyaring, memenuhi seisi aula dan membuat semua orang ketakutan.
Yunza menoleh ke asal suara dan melihat pria tua duduk di singgah sanah dengan ukiran naga. Pria itu menatap tajam ke arahnya. Namun, tak lama seorang pria muda datang dan berdiri tepat di depan Yunza.
"Ayahanda, tolong maafkan adik Yunza. Ia masih belum sembuh, mohon Ayahanda memakluminya," ujarnya.
Pria yang disebut Kaisar itu menghela napas kasar. Dia melambaikan tangannya sambil berkata, "Han Xi, bawa adikmu kembali ke kamarnya. Panggil tabib untuk memeriksanya juga," tuturnya.
Han Xi membungkukkan tubuhnya dan memberi salam. Setelah itu dia memapah Yunza dan membawanya pergi dari tempat ramai tersebut.
Kaisar menoleh ke arah seorang pria yang sedari tadi hanya diam menyaksikan. Pria itu terlihat gagah dan tampan dengan pakaian pengantin berwarna merah dengan ukiran nada di punggungnya.
"Putriku sedang sedikit tidak enak badan. Aku harap, pangeran Lin Jian dapat memakluminya," ucapnya.
Lin Jian menghadap Kaisar, dia sedikit membungkukkan badannya lalu berkata, "tidak masalah, Yang Mulia. Semoga putri Yunza lekas sembuh."
Sementara itu dalam perjalanan menuju kamar, Yunza bertanya-tanya dalam hatinya. "Apa ini mimpi?" Meski begitu, adegan tersebut sepertinya tak asing.
"Kaisar? Han Xi?" Yunza menghentikan langkah kakinya seketika. Matanya membelak sempurna dengan mulut sedikit menganga.
Han Xi menepuk pundak Yunza. "Ada apa, adik? Apa ada bagian tubuh yang terasa sakit? Jika tidak bisa berjalan, kakak akan gendong sampai ke kamar," ucapnya.
Yunza mengangkat kepalanya lalu bertanya, "di mana ini?"
Mendengar pertanyaan konyol tersebut, Han Xi menanggapinya dengan sebuah tawa. "Ada apa denganmu? Adik, kita berada di tempat tercinta kita. Negara Long."
Yunza amat terkejut mendengar jawaban Han Xi. Saking terkejutnya membuat kepalanya sakit, tak lama kemudian dia kehilangan kesadarannya.
"Yunza!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
AbC Home
like
komen
2022-08-18
2
aflanufi
baru mulai baca, ninggalin coretan dulu ah🤭
2022-08-01
3
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘
2022-07-20
4