Aku Bukan Rahim Pengganti
Calista tersenyum ketika melihat perpaduan senja dan ikon Kota Jakarta tampak begitu indah. Bangku yang di duduki adalah tempat kesukaan nya ketika hatinya sedang tak baik-baik saja.
Calista Abraham adalah anak sulung dari pasangan Edzard Zeon Abraham dan Pricilla Ivy Alexander. Namun dirinya bukanlah anak kandung dari mereka. Ia hanyalah anak angkat yang dilimpahkan curah kasih sayang yang tak akan ada habisnya.
Orang tua kandung?
Calista tersenyum getir mengingat siapa orang tuanya. Ibunya telah meninggal karena bunuh diri. Bukan hanya sebagai pasien Rumah Sakit Jiwa, namun ibunya juga seorang narapidana.
Sungguh, Calista tak ingin membicarakan ibu kandungnya apalagi ayah kandung yang entah siapa karena kedua orang tua angkatnya juga tidak tahu siapa ayah kandungnya.
Ia hanya berharap, ayah kandung nya adalah pria baik-baik walau tak diberi kesempatan untuk bertemu.
Calista menghela nafas, bangkit dan harus kembali pulang karena akan menghadiri acara Perpisahan Sekolah di salah satu Hotel berbintang di Jakarta.
"Iya, Pi. Ini aku sudah dijalan pulang!" sahut Calista setelah mendapat telepon dari Papi angkatnya, Edzard Zeon Abraham.
Sesampainya dirumah, Calista langsung masuk ke kamar dan bersiap. Ia tampak cantik dengan seusianya yang sedang mekar-mekarnya.
"Mi. Papi kemana?" tanya Calista seraya menuruni anak tangga melihat Mami Ivy tengah membawa beberapa potong brownies dan segelas kopi di atas nampan.
Mami Ivy menoleh mengangkat wajah karena Calista masih di tengah tangga. "Ada di teras belakang. Pamit dulu pada Papi mu yang posesif itu," canda Mami Ivy membuat Calista tergelak.
Calista mengambil alih nampan dari tangan Mami Ivy. "Dimana kedua adikku, Mi?" tanya Calista seraya berjalan menuju teras belakang bersama Mami Ivy.
"Biasa, mereka nonton!"
Sesampainya di teras belakang, Calista menaruh segelas kopi dan sepiring potongan brownies ke atas meja di depan Papi Edzard.
"Pi. Calista pergi, ya."
Papi Edzard melepas kacamatanya, diletakkan ke atas meja bersamaan koran yang tadi dibacanya.
"Hati-hati. Atau kamu di antar Leon saja"
Calista menggeleng. "Gak perlu, Pi. Kak Leon pasti sibuk."
Papi Edzard menghela nafas. "Cepatlah kalian menikah agar aku merasa lebih tenang. Leon juga sudah mapan!"
"Pi. Anak sulungmu ini baru saja lulus SMA. Jangan langsung disuruh nikah. Kamu kira nikah muda itu gampang? kita saja masih sering berantem apalagi mereka?" cerca Mami Ivy sewot.
"Tapi mereka berdua beda, Mi. Leon dan Calista berhubungan dari dulu tanpa kita jodohkan," elak Papi Edzard membuat Calista memutar bola malas.
Begitulah Papi Edzard. Selalu menyuruh Leon untuk melamar dan menikahi Calista agar tak berhubungan oleh pria manapun. Karena Papi Edzard lebih percaya pada Leon.
"Calista masih delapan belas tahun, Pi."
"Sudah bisa menikah, kan?" tanya Papi Edzard membuat Calista segera pamit. Jika tidak maka akan panjang urusan dan ia bisa tak jadi pergi.
Calista pergi naik taksi online menuju ke salah satu Hotel berbintang di Jakarta. Sesampainya di Lobby Hotel, ia menghampiri Anita, sahabatnya sejak Sekolah Menengah Pertama.
"Anita," seru Calista membuat gadis itu menoleh dan terbelalak.
"Calista," Anita langsung girang dan memeluk Calista seperti tak bertemu sekian tahun. Padahal baru dua hari mereka tidak bertemu. Terakhir bertemu dua hari lalu saat menerima kelulusan.
Anita celingukan mencari seseorang di belakang Calista. "Papi kamu gak ikut?"
Calista menggeleng.
"Kak Leon?"
"Enggak, Anita. Malam ini aku bebas," ucap Calista girang.
Anita mengajak Calista menuju Rooftop Hotel. Di sana, ada sebuah Kafe yang sudah di booking oleh seangkatan Calista dan Anita.
Calista menahan nafas ketika terhirup bau menyengat dari minuman beralkohol. Sebenarnya ini perlsta perayaan di luar tanggung jawab Sekolah sehingga minuman terlarang berada di pesta ini.
Calista benar-benar menikmati pesta malam ini. Apalagi ini adalah pertama kali untuknya pergi tanpa ada yang menjaga nya. Tapi ia tetap ingat tak akan mau mencoba minuman terlarang.
...****...
Di Bali.
Carlos dan Nadia sedang bersiap untuk kembali ke Jakarta karena Carlos ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Maaf, sudah membuat kekacauan untuk liburan kita kali ini!" ucap Carlos tulus.
Nadia tersenyum. "Kita bisa liburan kapan saja. Pekerjaan mu harus segera di selesaikan, bukan?"
Carlos memeluk Nadia. "Aku bahagia bisa memilikimu. Terimakasih begitu mencintaiku," ucap Carlos.
Selama ini. Carlos benar-benar telah menjatuhkan hatinya untuk Nadia. Ia sadar, kehidupan rumah tangga bukan melulu masalah anak. Yang terpenting kedua pasangan kita bisa menerima dan bahagia hidup bersama kita.
"Nanti setelah sampai Rumah, istirahat. Jangan tunggu aku pulang. Mungkin akan terlambat," ucap Carlos langsung menggandeng Nadia dan menarik koper, keluar dari kamar hotel.
Pria matang yang begitu mencintai istrinya itu adalah Carlos Martinez. Di usia pernikahan nya dengan Nadia menginjak 14 tahun itu belum juga memiliki keturunan.
Bukan tak ingin, tetapi Carlos lebih menerima apa adanya. Sudah mencoba berbagai cara namun tak juga membuahi hasil. Nadia memaksa untuk mencari rahim pengganti. Namun, Carlos tak ingin berbagia tubuh dengan wanita lain selain Nadia.
Malam hari. Nadia langsung pulang di antar sopir sedang Carlos menaiki taksi menuju salah satu hotel berbintang dimana klien nya tengah menunggu.
"Maaf aku terlambat!" ucap Carlos setiba di Restoran tempat janji bertemu.
"Tidak apa, Carl. Kami juga baru saja tiba karena asyik duduk di Lobby melihat gadis belia berkeliaran," sahut William yang terkenal casanova dan tak ingin menjalani pernikahan.
Carlos terkekeh. "Ingat umur. Segeralah menikah," tegur Carlos.
William berdecak. "Ayolah, Carl. Punya istri itu kita gak bebas. Masalah kekayaanku? aku bisa menyewa rahim untuk mengandung anakku dan di rawat pengasuh. Aku gak mau sepertimu. Dulu kamu sama denganku, tapi kenapa berakhir dengan istri mu yang gak bisa kasih anak?"
Carlos hanya diam seraya mengepalkan tangan di bawah meja. Jika disinggung masalah istri dan anak tentu saja sangat sensitif baginya.
Pembicaraan mereka berhenti ketika pelayan datang membawa pesanan mereka. Usai makan malam dilanjut membahas pekerjaan.
Hingga William permisi ke toilet, tak berapa lama datang. Pelayan datang membawa dua gelas jus buah untuk Carlos dan William.
Carlos tak curiga sama sekali. Ia menerima dan meminumnya. Saat merasakan ada yang aneh pada tubuhnya, ia curiga pada William.
"Butuh wanita?" tanya William menyeringai.
"Kurang ajar kau, Will."
Carlos mulai berkeringat bahkan sudah melepas tiga kancing kemeja yang dikenakan nya.
William menyodorkan kartu akses salah satu kamar President suite pada Carlos.
"Jangan panggil wanita, Will!" pintanya bangkit sebelum melangkah menuju kamar.
"Baiklah. Sepertinya kamu benar-benar bertobat."
Carlos berjalan cepat sambil menahan gejolak. Bahkan ia menghindar untuk bersentuhan pada orang yang berjalan di sekitarnya.
Kalau aku pulang, ini gak mungkin.
Di dalam lift Carlos tak sadar jika ada gadis yang di kenalnya. Ya, dia adalah Calista dan menyadari Carlos sedang tak baik-baik saja.
"Om Carlos kenapa?" tanya Calista menyentuh lengan Carlos yang tampak memerah.
Carlos tersentak lalu menoleh kesamping. "Jangan sentuh Om, Calista."
Calista mengerutkan keningnya apalagi Carlos menjauhi tubuhnya. Ia maju mendekati Carlos lagi. Di sentuh kening Carlos yang berkeringat bertepatan lift terbuka.
"Om... Turunkan aku," pekik Calista.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Lha gak tau aja kamu bapak mertua kamu juga nikah muda Vy,Masih SMA juga..😂😂
2024-08-18
0
Tarmi Widodo
nyimak
2023-09-15
0
ayu nuraini maulina
menjodohkan anknya dg ank shbtnya sndr
2023-09-14
0