Kebanyakan orang pernah merasakan susah tidur dan tidur gelisah. Ini bisa ditandai dengan mata yang terpejam dan posisi tidur mana pun rasanya tidak nyaman.
Kondisi ini cukup menyulitkan karena kerap kali bikin kepala pusing dan tidak segar di keesokan harinya.
Ketika tidur gelisah hanya terjadi sesekali, mungkin kondisi itu tidak menjadi masalah.
Tetapi, jika Anda mengalaminya dalam periode waktu yang cukup panjang, mungkin ada baiknya Anda mulai mencari tahu penyebabnya dan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan solusinya.
Calista terus-menerus membolak-balik kan untuk berusaha tenang dan nyaman agar bisa tidur. Terus saja merasa setengah tidur dan tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Calista merasa frustasi memilih duduk di atas ranjang. "Baiklah. Besok kita cari cara agar Papi kamu tidur sama kita, oke."
Ia mengelus perutnya lalu turun dari ranjang, melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian keluar dari kamar mandi, Calista mengecek ponsel ternyata sudah ada tiga panggilan tak terjawab dari Carlos.
Seringai terlihat jelas lalu ia menghubungi Carlos. Kekehan tanpa suara darinya saat panggilan baru saja tersambung langsung diangkat oleh suaminya.
"Apa aku ganggu tidurmu?"
Ingin rasanya Calista tertawa mendengar suara Carlos terdengar setengah berbisik.
"Aku gak bisa tidur. Anak kita pengen dekat sama Papi nya," Calista sengaja berbicara dengan suara manja.
"Aku juga gak bisa tidur. Aku kepikiran kamu."
"Apa Om gak bisa tidur karena habis kangen-kangenan sama istri, Om?" suara Calista sengaja dirubah seperti sedang merajuk.
Dan lihatlah, jawaban dan suara Carlos berubah menjadi takut dan mengelak. Calista tak tahu itu jujur atau bohong.
"Enggak. Aku gak ada ngelakuin itu pada Nadia. Bahkan aku gak ada menciumnya semenjak tadi di rumah mertua hingga sampai rumah. Aku sudah janji padamu, kan?"
"Bohong," suara Calista bertambah terdengar seperti tak percaya dan merajuk.
"Aku sudah jujur, Calt."
"Awas saja kalau Om bohong. Aku gak akan kasih Om cium aku, lagi."
"Jangan, dong. Oh iya, kenapa belum tidur? jangan begadang. Itu gak baik untuk kesehatan kamu dan anak kita."
Calista tersenyum. "Kami gak bisa tidur."
"Maaf. Besok datanglah ke Kantor. Sopir akan menjemputmu."
"Ke Kantor, lagi? Yeee.. Sediain makanan untuk ku ya. Sudah dulu, ya."
"Iya. Lanjut tidur lagi, jangan begadang."
Calista mengangguk walau Carlos tak melihat. "Iya. *Miss you."
"Miss you too*."
Usai teleponan, Calista kembali rendahkan diri memaksakan matanya terpejam dan tidur walau tetap merasa tidak nyaman.
Pagi harinya. Papi Edzard berangkat kerja bersama Malvin dan Malya karena mereka harus kembali ke asrama.
Calista sedang memasukkan Omurice ke dalam kotak bekal. Senyuman nya sedari memasak khusus untuk Carlos terus terpancar di wajah cantiknya.
"Kayak nya lagi senang banget yang mau ketemu suami?" sindir Mami Ivy merasa bahagia melihat Calista yang nampak tidak lagi murung.
Senyuman itu surut. "Ayolah, Mi. Niat utama Calista masih sama. Ini hanya Omurice doang," elak Calista membuat Mami Ivy tertawa.
"Baiklah. Sekarang antar sarapan untuk suami kamu."
Calista mengangguk lalu meninggalkan rumah orang tua angkatnya. Mobil yang menunggu Calista sudah datang.
"Terimakasih, Pak."
"Tidak perlu berterimakasih, Nyonya. Ini sudah menjadi kewajiban saya."
"Nyonya?" tanya Calista bingung.
Sopir itu mengangguk. "Tuan Carlos sudah memberi tahu siapa, Nyonya. Mulai hari ini saya akan menjadi Sopir pribadi, Nyonya!"
Calista berdecak. Padahal ia tak suka harus ada sopir pribadi sama seperti saat tinggal bersama orang tua angkatnya.
"Nama Bapak siapa?"
"Agus, Nyonya."
Beberapa saat kemudian. Calista tiba di Kantor Carlos. Dan bertepatan bertemu dengan Bimo.
"Om," sapa Calista membuat Bimo menunduk hormat.
"Ayolah, Om. Aku ini keponakanmu," ucap Calista sewot langsung berjalan meninggalkan Bimo yang tertawa karena ucapannya sewot.
"Oke-oke. Maaf bumil," kata Bimo ketika baru masuk lift dan hanya ada Calista di dalam sana.
Calista mencebik tanpa menjawab lalu keluar lift setelah terbuka. Ia melewati meja sekretaris Carlos yang menatapnya.
"Tuan Carlos sedang rapat," ucap sekretaris Carlos bernama Dewi.
Calista menoleh kebelakang saat tangan nya sudah menyentuh handle pintu. "Oh."
Masih berdiri di depan pintu, Calista meraih ponsel di saku nya lalu menghubungi Carlos. Tak lama pintu terbuka
"Kenapa harus menelepon kalau mau masuk ke ruangan, Om?" tanya Carlos seolah tak memiliki hubungan apapun pada Calista selain antara om dan keponakan.
"Kata Mbak Dewi, Om lagi rapat!"
Carlos melirik Dewi sesaat lalu mempersilahkan Calista untuk masuk. Benar yang dikatakan Dewi bila Carlos sedang mengadakan rapat.
"Kamu tunggu di sini. Aku selesaikan pekerjaan sebentar," ucap Carlos menuntun Calista duduk di sofa lalu kembali duduk di kursi kebesarannya dan kembali membahas pekerjaan bersama kepala divisi.
...****...
"Maaf, lama!" kata Carlos mendekati Calista melabuhkan kecupan di pucuk kepala istri kecilnya.
Calista tersenyum. "Aku bawain makanan. Aku yang masak loh," seru Calista setelah Carlos duduk disebelah nya.
Carlos menerima kota bekal pemberian Calista dan memakan nya dengan lahap. "Ini sangat enak," pujinya.
"Tapi gak seenak masakan istri, Om."
Carlos menghentikan makan nya. Menatap Calista merasa tak enak. Masakan Nadia memang enak, tetapi masakan itu akan dirasakan apabila dirinya berada di rumah dan Nadia juga di rumah.
Selama ini, Carlos lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dan akan tiba malam hari. Begitu juga Nadia saat ia bekerja maka akan bersenang-senang bersama teman sosialita.
"Masakan kamu gak kalah jauh enak nya. Selama kamu hamil, masakan kamu yang cocok di perut aku."
Carlos menerima segelas air minum dari Calista dan meminumnya. "Terimakasih."
Calista mengangguk. "Om sibuk banget ya?" tanyanya setelah Carlos bangkit dari sofa.
"Lumayan. Apa kamu gak keberatan kalau aku kerja dulu?" tanya Carlos dan diangguki oleh Calista.
"Kamu istirahat saja di kamar," ujar Carlos menunjuk sebuah pintu.
Calista masuk ke dalam kamar. Menelisik kamar pribadi itu yang tak lain juga kamar Calista. Di buka lemari, benar saja disana terdapat pakaian wanita dan juga pria yang tak lain adalah pakaian Carlos dan Nadia.
Puas melihat-lihat isi kamar, ia naik ke atas ranjang. Ikut Carlos ke Kantor termasuk rencananya. Karena Bimo sudah memberi tahu apa saja yang tak pernah dilakukan Nadia selama Carlos berada di Kantor.
Seperti sekarang ini. Nadia tak pernah lagi menemani Carlos bekerja semenjak menikah. Bukankah seorang pelakor akan melakukan apa yang tak dilakukan istri sah.
Matanya mulai terpejam karena malam tadi tak dapat tidur nyenyak. Di tengah kesadaran, ia merasa seseorang yang diyakini itu adalah Carlos naik ke atas ranjang lalu baring tepat di perutnya.
"Iih.. Geli, Om!" pekik Calista saat Carlos mencium perutnya berulang kali.
"Aku rindu kalian," ucap Carlos mendongak menatap Calista dengan mata sayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
sehat dan semangat sll thor...
2025-04-05
0
weny
pgn nengok dede ya om 😜
2022-10-07
0
Maya Indah
senyum senyum sendiri w baca nya hehe
2022-10-05
0