Dalam hidup pasti terdapat beberapa hal dan kejadian yang mau tak mau harus kita terima secara ikhlas dan lapang dada. Pada saat sedang menghadapinya, hal tersebut memang seringkali terasa berat dan tak tertahankan. Namun, sebagai manusia kita harus berusaha untuk menjalaninya.
"Senyuman yang dilahirkan dengan keikhlasan akan menghindarkan kita dari sifat kebencian dan kedengkian."
Kalimat yang diucapkan Mami Ivy terngiang kembali. Calista tersenyum getir ketika menyadari dirinya belum bisa ikhlas. Memang ia tidak lagi menangis, tetapi masih tak rela melihat kebahagiaan Carlos dan Nadia yang selalu di pamerkan pada media sosial Nadia.
Calista melipat kedua tangan di dada. Menatap keluar jendela dimana gerimis di luar sana menyejukkan hati yang lara.
"Nit. Enak ya jadi kamu," celetuk Calista. Saat ini dirinya tengah berada di rumah kontrakan Anita.
Anita menghela nafas. "Mana ada enak nya aku, Calt. Aku harus kerja paruh waktu. Beda sama kamu," sahut Anita lalu bangkit menghampiri Calista dan memeluk sahabatnya dari samping.
"Semua akan baik-baik saja. Percaya sama aku," percayalah itu hanya kalimat penenang tanpa Anita tahu kedepannya benar-benar baik-baik saja atau bahkan jauh lebih buruk dari hari kemarin dan hari ini.
"Bukankah kak Leon mau nerima kamu, Calt?" tanya Anita karena Calista cerita masalah Leon.
Keesokan hari setelah makan malam itu, Leon menemui Calista. Ternyata Ayah Aaron dan Bunda Elena telah menceritakan semuanya. Bagaimana keadaannya sekarang dan tentang perjodohan itu.
Betapa terkejutnya Calista setelah mendengar pengakuan Leon yang akan menerimanya walau sudah tak suci lagi.
"Menikahlah denganku, Calista. Kita akan hidup bersama di New York dan melupakan kejadian malam itu," ucap Leon tulus menggenggam kedua tangan Calista.
Tanpa diminta, tanpa diundang, tanpa dijemput, air mata Calista kembali hadir membasahi pipi mulus nya. Bagian dalam bibir bawahnya digigit kuat agar tidak mengeluarkan suara tangis lagi.
"Aku sudah gak gadis lagi, Kak!" sahutnya dengan suara bergetar.
"Itu gak masalah. Yang terpenting hati dan hidupmu hanya untuk, kakak."
Calista hanya diam ketika kedua tangan nya di kecup berulang kali oleh Leon.
"Di dunia ini masih banyak yang menerima wanita walau tanpa kesucian itu. Yang terpenting keduanya saling mencintai dan menerima pasangan kita masing-masing."
Calista hanya diam mendengarkan.
"Sama kayak Om Carlos menerima Tante Nadia yang gak bisa hamil sampai sekarang."
Sontak kalimat terakhir Leon membuat Calista menarik kedua tangan nya. Wajahnya berubah datar seraya menyeka air matanya.
"Aku gak bisa kak. Carilah perempuan yang benar-benar mencintai kakak."
"Apa maksudmu? apa kamu selama ini gak cinta sama aku?" cerca Leon.
Calista menggeleng. "Ya. Aku hanya terbiasa sama kamu. Maaf, kak. Carilah perempuan yang cinta sama kamu," ucapnya lalu masuk ke kamar meninggalkan Leon duduk terpaku.
...****...
"Aku gak mungkin sama kak Leon. Mungkin dia menerima, tapi kemudian hari? kami masih sama-sama muda, Anita. Dan itu gak mudah."
Anita angguk-angguk mengerti.
"Nit. Ayo makan bakso," ajaknya membuat mata Anita membola.
"Tumben. Biasa gak suka," cibir Anita karena Calista kurang suka dengan makanan berbentuk bulat penuh kenikmatan itu.
"Aku pengen," serunya langsung menarik Anita padahal hujan belum juga redah.
Sesampainya di Warung bakso, Calista dan Anita memesan semangkuk bakso.
Anita melihat Calista makan dengan lahap membuat semakin terheran."Kamu mau?" tanya Anita melihat reaksi Calista seperti ingin meminta bakso yang ada di mangkuknya sementara bakso milik Calista telah habis.
"Ini habisin," Anita menyodorkan baksonya yang tinggal separuh.
Dengan senang hati Calista menghabiskan bakso Anita. Banyak mereka mengobrol tanpa terasa waktu sudah hampir gelap. Akhirnya Calista mengantar Anita pulang.
Hari ini kedua orang tua nya tengah mengunjungi adik kembarnya menjadikan Calista sedikit leluasa menikmati kesedihan yang tak kunjung usai.
Calista menaiki taksi kembali dan ingin mengunjungi salah satu kafe terkenal.
Calista masuk ke Kafe dan memilih duduk di pojokan. Kafe tersebut berdinding kaca sehingga dapat melihat di luar Kafe. Calista memilih pesan lemon tea.
Ia menghirup udara lalu menghembusnya perlahan. Pesanan nya datang bersamaan dua orang wanita duduk di belakangnya. Sialnya, Calista duduk memunggungi pintu masuk jadi tidak tahu salah satu orang itu bersama siapa.
Ya, Calista mengenal salah satu dari dua wanita itu, Nadia.
"Apa kamu masih inginkan rahim pengganti untuk mengandung anak Carlos?" tanya salah satu wanita itu.
"Entahlah. Tapi aku ingin yang jelek dan gak banyak nuntut apalagi kalau sampai nuntut perhatian Carlos," sahut Nadia membuat Calista menggeleng kepala.
Teman Nadia terkekeh. "Kenapa? kamu takut Carlos berpaling?"
"Jelaslah. Selama ini aku bisa mengendalikan Carlos. Gak akan aku biarkan perempuan lain merebut Carlos apalagi sampai karena anak itu, mereka harus menikah. Aku gak mau di madu."
Calista tersenyum miring mendengar pembicaraan mereka. Matanya menatap ponsel yang sedang merekam pembicaraan mereka.
"Jadi gimana bisa menjadi rahim pengganti? apa Carlos mau meniduri perempuan jelek?"
"Sebenarnya aku gak berminat punya anak. Aku lebih suka begini. Punya anak itu ribet dan jadi beban banget. Tapi, kayaknya sebulan ini Carlos berubah. Aku tahu dia sangat ingin punya anak," suara Nadia terdengar lagi.
Calista tersedak lemon tea setelah mendengar persoalan anak. Kepala nya menggeleng meyakinkan diri bahwa tak akan hamil anak Carlos.
Calista mematikan rekaman di ponsel lalu buru-buru ke meja kasir membayar pesanan kemudian pergi dari sana.
Sedang Nadia baru saja mendapat telepon dari Carlos untuk segera pulang.
...****...
"Bisakah wajah mu berubah seperti biasa jangan datar begitu, Bim?" pekik Carlos menurut duduk di atas ranjang.
"Ya."
Carlos melengos membiarkan Dokter memeriksa keadaannya. "Sudah berapa lama Tuan mengalami mual dan muntah?" tanya sang Dokter.
"Semingguan, Dok."
"Apa Tuan punya istri lagi?" tanya Dokter membuat Carlos melotot namun tidak dengan Bimo.
"Apa kau gila?" sentak Carlos melengos.
"Istrinya memang satu, Dokter. Tapi benihnya ada di ladang yang lain," sindir Bimo membuat Carlos mengerti arah bicara Asisten Pribadi nya ini.
"Ini seperti kehamilan simpatik," terang sang Dokter.
"Maksudnya?" tanya Carlos yang tak mengerti apa yang dikatakan Dokter itu.
"Ngidam bukan hanya dirasakan oleh ibu hamil, suami yang istrinya sedang hamil bisa saja ikut merasakan ngidam. Bahkan bukan hanya ngidam, suami bisa saja merasakan keluhan-keluhan yang biasanya dirasakan ibu hamil. Hal itu disebut dengan sindrom couvade atau sering disebut kehamilan simpatik," terang sang Dokter membuat Carlos menelan saliva.
Lidah Carlos keluh untuk menyangkal bahwa Calista tidak mungkin hamil. Namun, dahulu pernah menemani Ivy ketika hamil tentu saja ia sedikit tahu tentang kehamilan.
"Penyebabnya apa, Dok? kenapa bisa aku yang rasain ngidam?"
Dokter itu tersenyum. "Penyebab terjadinya sindrom couvade belum diketahui secara pasti. Kemungkinannya adalah karena suami sangat berempati kepada istri yang sedang hamil hingga menyebabkan kecemasan. Kehamilan istri bisa saja menyebabkan suami ikut stres dan cemas. Kecemasan berlebih dan stres bisa menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon stres yang disebut kortisol."
Carlos menyeka keringat di dahi semakin merasakan pusing akibat penjelasan sang Dokter. "Tolong rahasiakan dari istriku. Kamu urus semua nya, Bim. Aku pusing," keluh Carlos memilih merebahkan diri.
"Termasuk pernikahan anda dengan Calista, Tuan?" goda Bimo.
"Belum tentu Calista hamil," elak Carlos walau dalam hati ia sangat yakin dan ada kebahagiaan disudut hatinya hingga membuat tersenyum di balik selimut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
biar rasalah klo Carlos yg ngidam... biar jgn nyusahin Calista udah di perkotaan hamil pula...
2025-04-05
0
Qaisaa Nazarudin
Menurut ku ini yg lebih baik,Carlos juga gak mau tanggungjawab kan.. Biar aja dia aampai ke tua gak punya anak, Biar nyesel seumur hidup dia..Tapi pasti Alur outhor gak sesuai dgn Ekspetasi aku..🥹🥹
2024-08-18
0
꧁✯☞︎︎︎𝘼𝙇𝙒𝙄𝙇☜︎︎︎✯꧂
d sini gk Ad yg Patut d salahkn
Yg Slah D Sni Adlah William.
Leon Bukn Tak Cinta sm Calist.
Tpi Calista Sadar Bahwa dia sdh Tk Suci lagi.
2022-08-17
2