Selesai mandi dan melilitkan handuk di pinggang, Carlos keluar kamar mandi tanpa memerhatikan Calista.
Tanpa rasa malu, Carlos melepas handuk, memakai celana da lam lalu celana pendek berwarna putih dan kaos warna senada pula. Ketika membalikkan badan, ia terkejut atas teriakan Calista.
"Dasar Om gak punya malu," pekik Calista.
Sebenarnya Carlos juga lupa dan terkejut atas
teriakan. Namun segera ia menetralkan diri. Berjalan mendekati Calista.
"Apa sih, Om? Sebelah juga kosong," gerutu Calista karena Carlos duduk di tepi ranjang disisi ia rebahan saat ini.
Carlos menghela nafas panjang. Ia menatap Calista dengan intens walau istri kecilnya itu tak membalas tatapan nya.
Sepanjang membersihkan diri tadi, Carlos sudah bertekad untuk mempertanggungjawabkan segala tentang kehidupan Calista.
"Om lihatin aku kayak mau minta hak suami saja," celetuk Calista.
"Boleh? kata Dokter kemarin, bercinta juga salah satu pengobat setres!" kata Carlos menahan tawa.
Sumpah demi apapun, ingin sekali Calista memaki Carlos setelah ucapan pria itu tadi. "Ingat umur," desis Calista.
Carlos membelai pipi Calista dan mendekatkan wajahnya ke wajah Calista. "Mungkin kamu masih ingat betapa kuatnya aku di atas ranjang pada malam itu," ucap Carlos lirih.
Karena wajah mereka begitu dekat, aroma mint nafas Carlos menerpa indera pencium Calista. Ingatan kejadian malam itu kembali hadir diingatan keduanya.
Selain rasa takut dan penyesalan, mereka masih mengingat bagaimana panas yang tercipta pada malam itu.
"Jangan bahas itu lagi," ucap Calista ketus menutupi rasa gugup mendera secara tiba-tiba.
Carlos mengangguk. "Kamu mau jalan-jalan atau istirahat saja?"
Calista mencebik lalu perbaiki selimut. "Yakin ajak aku jalan-jalan keluar?" tanya Calista.
Carlos mengangguk. "Ayo."
"Gak takut ketahuan sama istri tercinta?"
"Dia gak akan curiga, bukan nya lebih baik istri tua dan muda harus akrab?"
Tangan Calista terkepal, lalu bangkit. "Sampai kapanpun aku gak akan mau akrab dengan istri mu. Lebih baik kamu pergi dari sini!"
Calista berjalan kearah lemari pakaian. Membiarkan tubuh seksi nya di tatap Carlos dengan tatapan lapar.
Dibuka lalu memilih pakaian santai kemudian duduk dihadapan meja rias. Memakai maskara, pensil alis, terakhir lipglos.
"Kamu mau kemana?" tanya Carlos melihat Calista seperti hendak pergi.
"Jalan sendirilah."
"Aku ikut," sela Carlos.
Calista hanya diam saja, ia ingin keluar Apartemen karena merasa bosan tetapi tubuhnya terasa lelah.
Calista menunjukkan tempat sebuah Kafe pinggiran kota Jakarta. Sudah beberapa kali berkunjung kesini karena menurutnya suasana sore hari dan matahari terbenam sangat bagus menurutnya.
"Kamu sering kesini?" tanya Carlos mendudukkan bokong di hadapan Calista.
"Hanya beberapa kali."
Calista menjadi banyak diam sedari tadi. Jangan tanya mengapa. Ini semua karena ia merasa heran atas perlakuan Carlos berubah drastis. Penilaian Calista saat ini adalah perubahan Carlos sekarang seperti menunjukkan perhatian seolah pria itu tak keberatan dengan pernikahan terpaksa ini.
"Malam ini aku menginap di Apartemen. Esok malam aku akan pulang kerumah. Setiap akhir Minggu aku akan datang."
"Terserah. Yang penting setiap aku hubungi, Om harus selalu ada!" ucap Calista ngasal.
Carlos mengangguk. "Setelah ini, aku pulang sebentar."
"Om gak pengen cium peluk aku dulu?" goda Calista.
Carlos menaikkan satu alis, bangkit dan mengecup kening Calista. Perlakuan Carlos membuat beberapa pengunjung memerhatikan mereka.
Calista membuang muka. Ia merasa malu dan merutuki diri bersamaan.
Bodoh. Kenapa si tua tak tahu malu ini menjadi nurut begini sih?
Carlos mengabadikan gambar Calista tanpa sepengetahuan sang empu. Senyuman Carlos terbit.
Gadis kecil yang selalu membuatku gila.
Usai dari Kafe, Calista dan Carlos mampir ke minimarket membeli keperluan Calista. Setelahnya Carlos pamit pulang ke rumah lebih dahulu.
"Calt."
Calista menoleh ketika saat ia mengeluarkan semua belanjaan nya.
"Aku pulang dulu. Hubungi aku kalau ada apa-apa. Nomor ponselku sudah aku catat dan kertasnya di atas nakas."
Calista mengangguk tanpa menjawab. Jujur saja, ia benar-benar merasa seperti istri simpanan sekarang.
"Boleh aku mengusap perutmu?" tanya Carlos tulus setelah keluar dari kamar. Ia baru saja selesai mandi.
DEG
Calista diam terpaku mendengar pertanyaan Carlos. Ia belum menyiapkan diri jika harus bersentuhan kembali dengan Carlos. Tetapi, bukankah ini salah satu rencananya?
Calista mengangguk lalu menuntun Carlos agar duduk di sofa ruang tamu. Sialnya, Calista memakai kaos yang tak menutupi perutnya.
"Beneran, boleh?" tanya Carlos dengan mata mulai memanas dan Calista hanya mengangguk memaksa tersenyum.
Carlos bungkukkan badan agar lebih dekat pada perut calista. Tangan nya gemetar saat hendak menyentuh perut istri kecilnya itu. Rasa bahagia dan haru menjadi satu.
Sesuatu yang begitu diinginkan, dinanti, dan dibutuhkan sebagai pelipur lara ketika penat. Bukan hanya itu, ini adalah kebahagiaan yang sebenarnya.
Di elus perut rata Calista perlahan. Ia takut menyakiti calon anaknya bila mengusap dengan kasar.
"Tidurlah disini dan nikmati komunikasi batin antara ayah dan anak sepuas, Om!" ujar Calista menepuk paha nya.
Carlos menegakkan tubuhnya menatap Calista seakan bertanya 'bolehkah?' dan Calista mengerti langsung mengangguk.
Carlos merebahkan tubuhnya dan kepala tepat di paha Calista. Dari sudut matanya nampak basah karena air mata tak dapat ditahan lagi.
"Kamu mau dipanggil apa sama anak kita?" tanya Carlos.
Percayalah, ini bukan dari rencana Carlos ataupun Calista agar rencana mereka berhasil. Tetapi ini murni seakan ikatan ayah, ibu, dan anak tak bisa terpisahkan.
"Aku mau dipanggil Mami karena panggilan itu yang cocok untuk aku yang masih muda," tutur Calista tanpa akting.
Calista dapat melihat binar bahagia dari mata Carlos. "Sudah malam, sana pulang. Pasti istri Om sudah nungguin," ucap Calista kemudian.
Senyuman sedari tadi tercetak indah berubah surut setelah mendengar ucapan Calista. Carlos memberanikan diri mengecup perut istri kecilnya membuat Calista membeku.
"Papi pergi sebentar nanti akan pulang kesini. Kamu jangan buat repot Mami," ucap Carlos lalu mengecup perut Calista lagi.
"Aku pulang, Calt!" pamit Carlos dan diangguki Calista. Sebelum benar-benar pergi, Carlos menyempatkan membuat susu hamil untuk istri kecilnya.
Calista menatap punggung Carlos hingga hilang dibalik pintu. Bersamaan itu, air mata Calista luruh. Ternyata, menghadapi pernikahan untuk menjadi pihak ketiga sangat sakit.
Selalu menjadi tempat persinggahan bukanlah menjadi tempat sang pemeran utama pulang.
...****...
"Sayang, kamu kemana saja? kenapa ponsel kamu gak bisa dihubungi?" cerca Nadia setiba Carlos di rumah.
Carlos menjadi merasa bersalah langsung memeluk dan mengecup kening Nadia. Dalam hati, ia terus meminta maaf karena kesalahan dibuatnya harus menduakan wanita yang setia menemaninya selama empat belas tahun lalu hingga sekarang.
"Maaf ya. Kamu sudah makan malam?" tanya Carlos.
Nadia menggeleng. "Belum. Aku nunggu kamu," sahut Nadia manja.
Carlos menghela nafas panjang. "Maaf. Ayo kita makan. Mulai sekarang, kalau aku terlambat pulang jangan nunggu aku baru makan ya. Kamu harus jaga kesehatan," tegur Carlos seraya menuntun Nadia keruang makan dan ia duduk di kursi pemimpin makan seperti biasa.
Nadia menyiapkan makanan di piring untuk Carlos kemudian untuknya. "Akhir Minggu kita liburan, ya. Sudah sebulan lebih kita gak liburan. Aku udah pesan tiket dan booking hotel juga."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Emma Stlen
saya nak tanya calista ini arts asal mana ya cantik pulak tu
😊😊😊🙋🙋🙋
2022-10-04
0
꧁✯☞︎︎︎𝘼𝙇𝙒𝙄𝙇☜︎︎︎✯꧂
oho ho ho.
jgn Smpek Carlos mngbaikn Calista Demi Wanita Yg Hanya Butuh Harta Carlos Saja
2022-08-17
0
Naviah
semangat Calista
2022-08-05
0