"Kamu diantar sopir saja," usul Carlos berulang kali seraya menatap Calista dari pantulan kaca yang tengah menyisir rambutnya.
Calista menggeleng lalu melingkarkan tangan ke leher Carlos dari belakang. "Om yakin datang tanpa Tante Nadia?"
"Bukan nya itu lebih baik?"
Calista dan Carlos saling pandang di cermin. Dua hari lalu, Papi Edzard dan Mami Ivy mengundang makan malam karena acara ulang tahun Malvin dan Malya.
"Om boleh lebih dulu cium aku, asal jangan mau dicium istri Om di tempat yang telah om cium ke aku!" kata Calista lirih ketika pandangan mereka beradu. Jarak wajah kedua nya begitu dekat.
"Maksud kamu?"
"Om boleh menciumku dimana saja, asal bibir Om gak boleh cium bibir istri Om yang lain."
Carlos menimang penawaran dari Calista. Jujur saja, ia ingin sekali mencium Calista saat istri kecilnya ini dalam keadaan sadar bukan curi-curi kecupan ketika dalam keadaan terlelap.
Ia pun memikirkan bagaimana jika menerima tawaran Calista, bagaimana menghindari Nadia bila ingin mencium bibirnya.
Carlos pun berpikir bahwa ia harus adil atas permintaan istri kecilnya ini. Bagaimanapun, Calista masuk ke dalam hidupnya akibat ulah bejat nya yang tak dapat menahan diri.
Calista mengangguk lalu berpindah duduk di pangkuan dan dua tangannya melingkar di leher Carlos. "Ingat, bibir ini sudah milikku. Om gak boleh bohongi aku, Om harus adil untuk turuti permintaan aku!" rengek Calista mengusap bibir Carlos.
Carlos menangkap tangan Calista lalu menaruh di bahunya. Sementara satu tangan nya sudah berada di tengkuk leher Calista, satu tangan Carlos yang lain menahan tubuh Calista agar lebih merapat padanya.
"Aku janji."
Kedua bibir itu beradu kembali. Hati Carlos berbunga kala merasakan sentuhan bibir Calista yang membalas ciuman nya.
Sensasi berbeda kembali dirasa. Gerakan bibir Calista yang masih kaku semakin membuat Carlos merasa bangga karena hanya dirinya yang akan menikmati bibir istri kecilnya.
Sekelebat keliaran Nadia membuat Carlos membandingkan pada istri kecilnya. Nadia yang sudah berpengalaman saat melakukan pertama kali padanya dan Calista yang masih belia, lugu, dan yang terpenting adalah dirinyalah yang pertama dan akan selalu dirinya yang menyentuh Calista.
Calista memukul dada Carlos karena hampir kehabisan stok udara dalam dada. "Om semangat banget. Aku kehabisan nafas," ucap Calista, dadanya naik turun akibat sesak yang mendera.
Carlos terkekeh sembari mengusap bibir Calista yang basah karena ulahnya dengan ibu jari.
"Bibir ini hanya milikku," gumam Carlos masih melakukan hal sama.
Calista dapat melihat tatapan lapar itu mengarah ke bibirnya. Dengan segera ia menghentikan gerakan tangan Carlos di bibirnya.
Ia memaksakan tersenyum lalu mengecup telapak tangan Carlos. "Aku milikmu. Sekarang ayo kita berangkat sebelum terlambat," ucapnya dan diangguki Carlos.
...****...
Calista merangkul lengan Carlos dengan manja. Semua dilakukan agar suaminya ini yakin bahwa dirinya telah menerima pernikahan ini.
Sesampainya di luar gedung Apartemen, Calista menaiki taksi dan Carlos naik ke mobilnya mengikuti taksi istri kecilnya.
Carlos ingin memastikan Calista baik-baik saja dan dalam pengawasan nya.
Di dalam mobil taksi Calista menoleh ke belakang melihat mobil Carlos mengikuti nya. Di usap bibir nya dengan punggung tangan berharap jejak ciuman Carlos hilang.
Hela nafas terasa berat. Mengambil ponsel dan melihat orang suruhan nya mengirim beberapa gambar Nadia sedang liburan.
Senyum menyeringai serta tatapan mata Calista berubah menakutkan. "Carlos. Kenapa kau buta dengan kelakuan Nadia?"
...****...
Calista turun dari mobil taksi terburu-buru membuat Carlos juga melakukan hal sama, takut jika terjadi sesuatu.
Langkah Carlos semakin cepat ketika melihat Calista tersandung. Beruntung ia datang tepat waktu dan dapat memeluk Calista, merelakan tubuhnya yang lebih dahulu jatuh ke lantai.
BRUKK
"Engh," ringis Carlos merasakan punggung nya terasa sakit terbentur lantai teras depan rumah.
Calista sendiri sudah merasa takut. Matanya masih terpejam. Ketakutan akan kehilangan calon anaknya merajai isi kepala membuatnya terisak.
Carlos menepuk-nepuk punggung Calista dengan sayang. "Jangan menangis. Kalian baik-baik saja. Sekali lagi, hati-hati!" ucap Carlos menenangkan.
"Maaf," kata Calista penuh penyesalan. Tadi ia ingin segera menemui Papi Edzard.
"Oh ya ampun," cicit Mami Ivy membuat sepasang suami istri beda usia yang saling tindih itu menoleh dengan rasa terkejut.
Dengan terburu-buru Calista bangkit begitu juga Carlos. Mami Ivy terlihat khawatir ketika matanya menangkap Calista habis menangis.
"Kamu kenapa, Calt?" tanya Mami Ivy khawatir.
"Calista kesandung, Mi. Untung ada Om Carlos," terang Calista langsung membuat Mami Ivy memeluknya.
"Sudah jangan menangis. Kamu harus hati-hati. Ingat ada calon bayi kalian. Masuklah. Papi mencarimu."
"Calista. Kamu sudah menikah, pakaian kamu jangan begini terus. Kasihan suamimu!"
Calista berdecak. "Mami, aku masih muda."
"Aku suka Calista menjadi dirinya sendiri, Vy. Biarkan Calista ingin berpakaian gimana pun!" Carlos membela Calista dan istri kecil nya itu tersenyum memberikan kecupan terbang ke arahnya.
...****...
Carlos dan Ivy melihat Calista masuk ke rumah lebih dahulu. "Apa Calista baik-baik saja?" tanya Ivy.
"Ya. Semoga saja," sahut Carlos lirih.
"Maafkan aku, Vy. Sampai sekarang aku merasa bersalah. Seharusnya Calista masih asyik bermain, jalan-jalan, dan belajar. Tapi karena perbuatan ku semua nya berubah," akui Carlos.
"Apa kakak menyesal menikahi Calista?"
Carlos menoleh kearah Ivy. "Aku gak pernah nyesal. Bahkan sekarang Calista menempati separuh hatiku."
...****...
Di ruang keluarga. Disana sudah berkumpul keluarga Abraham, Alexander, Rodriguez, dan Adiwijaya.
Calista masuk langsung memeluk Papi Edzard dan kedua adik kembar mereka juga memeluknya.
Begitu juga Calista tak lupa menanyakan kabar Ayah Aaron dan Bunda Elena.
"Apa kabar, Kak Leon?" tanya Calista.
Dapat dilihat dari tatapan keduanya memancarkan kerinduan yang sama. Tetapi Calista mencoba untuk terlihat biasa saja.
"Tuan datang sendiri?" tanya Bimo membuat Carlos memutar bola mata jengah.
"Hem." sahut Carlos.
Serangkaian acara sudah terlewati. Sekarang waktu santai sebelum nantinya acara makan malam bersama.
Calista duduk di teras belakang menghindari semua orang. Percaya lah, dibalik keceriaan yang ditunjukkan pasti ada kesedihan yang terlihat jika hanya diwaktu sendiri.
"Hai," sapa Leon mengejutkan Calista.
"Ah, maaf mengejutkanmu!" imbuhnya lagi dan diangguki Calista.
Leon duduk disebelah Calista. "Kamu tambah cantik," tutur Leon.
Calista terkekeh. "Ya. Masih sama kayak biasa, kan?"
Leon ikut terkekeh. "Perasaanku masih sama. Aku berharap kamu masih mau menerima perjodohan ini," ungkap Leon membuat Calista menunduk menatap lantai marmer.
Bila harus jujur, perasaan pada Leon masih sama. Tetapi, semua sudah terlambat. Jika pun sekarang tidak dalam keadaan hamil, Calista tak ingin Leon menanggung noda yang sudah melekat dalam dirinya.
Calista tersentak kala Leon memegang pundak dan mengarahkan ke arah pria muda itu.
"Menikahlah denganku, Calt. Ayo kita buka lembaran baru. Aku gak mau menikah dengan Malya," ucap Leon.
Calista belum mampu mengendalikan diri. Dirinya begitu terkejut hingga mengerjap mata berulang kali.
Wajah Leon mendekat ke wajah Calista. Calista ingin menjauh tetapi tubuhnya di topang oleh Leon.
"Calista," sentak Carlos.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
knp cemburu Carlos... ente sendiri mesraan dgn Nadia kan..
2025-04-05
0
weny
cemburu y om
2022-10-07
1
꧁✯☞︎︎︎𝘼𝙇𝙒𝙄𝙇☜︎︎︎✯꧂
Carlos. gk ush sok galak deh.
Calista gk sewot wm cium istrimu nadia itu.
knpa qm sewot sma Leon Dam CalistA😂😂😂
2022-08-17
0