Di sudut kamar. Calista menangis dengan memeluk kaki dan menenggelamkan kepala diantaranya. Ia begitu takut atas kejadian malam tadi. Bayangan saat Carlos memaksa untuk menjadi pemuas naf su bejat pria matang itu.
Bayangan itu seolah nyata membuat kedua tangan nya bergerak seperti menyingkirkan tangan Carlos. Bahkan dirinya sudah mengguyur seluruh tubuh berharap jejak perlakuan bejat Carlos dapat menghilang. Namun kenyataannya justru membuat semakin mengingat dan semakin membuat Calista jijik pada dirinya sendiri.
Malam tadi. Saat keluar dari lift, Carlos membopong Calista seperti karung. Gadis itu terus meronta namun Carlos tak menggubris. Dibawanya masuk ke dalam kamar Hotel yang sudah di pesan William sebelumnya.
Dihempas dengan kasar tubuh Calista ke atas ranjang. Gadis itu tampak ketakutan, beringsut mundur saat Carlos naik ke ranjang setelah melepas kemejanya.
"Sudah Om katakan jangan dekati Om, Calista!" ucap Carlos membelai pipi Calista.
Calista menggeleng takut, air matanya sudah menetes saking ketakutannya. "Maafin Calista, Om. Calista gak akan dekati Om lagi. Tolong jangan lakukan ini," isak tangis mulai terdengar apalagi Carlos mulai mencium, menjilat, menghisap daerah leher Calista.
"Sudah terlambat. Aku membutuhkanmu, sekarang!"
Calista menggeleng lagi. Tampak sangat jelas ketakutan dari wajahnya. Masa depan, Leon, dan Papi Mami nya terbayang dalam benak. Mencoba berontak berulangkali namun tenaga nya tak sebanding dengan tenaga Carlos.
Sejak malam itu, hidup Calista hancur sehancur-hancur nya. Wajah tanpa ekspresi namun air mata terus mengalir. Sedang Carlos sedang asyik menjaja tubuh Calista.
...****...
Carlos terbangun akibat suara tangis Calista. Matanya terbelalak melihat keadaan gadis itu. Ah, bukan gadis namun wanita muda sedang menangis di sudut kamar.
Masih dengan rasa terkejutnya. Carlos melihat keadaan kamar yang berantakan akibat Calista berontak tadi malam juga pakaian Calista sudah robek tak layak pakai.
Carlos membuka selimut bagian dimana Calista tidur. Rasa terkejutnya semakin jadi ketika matanya melihat bercak darah di seprei putih tersebut.
Ia mengacak rambutnya sangat frustasi. Di pakainya boxer lalu berjongkok di depan Calista. Ketika tangannya menyentuh lengan atas Calista membuat gadis itu terjingkat.
Calista menepis tangan Carlos lalu menjauhkan diri dari Carlos. "Pergi," sentak Calista.
"Maafin Om, Calt. Om akan bertanggung jawab!"
Calista menatap Carlos dengan tajam. Siapapun tahu jika Carlos begitu mencintai istrinya. Media sosial dan Media elektronik sering memberitakan pasangan ini karena kesetiaan Carlos terhadap Nadia walau tidak di karuniai anak.
Calista juga pernah pernah melihat di akun gosip jika pasangan ini sedang mencari rahim pengganti tetapi dibatalkan Carlos karena tidak ingin menyakiti hati Nadia.
"Aku membencimu, Carlos Martinez!" ucap Calista lantang. Dipikiran nya saat ini, Carlos adalah pria berengsek dan munafik. Di luar sana menghumbar rasa cinta kepada istrinya tetapi berlaku bejat di belakang seperti yang sudah dilakukan Carlos padanya.
"Om gak sengaja melakukan itu. Om gak sadar saat melakukan itu padamu," ucap Carlos benar adanya
Calista semakin tersulut emosi mendengar pembelaan Carlos. Sekuat tenaga ia menampar Carlos. "Apa katamu? gak sadar? bahkan kau melakukan itu sepanjang malam tanpa memikirkan keadaanku. Aku menyesal telah mengagumi mu, Pria berengsek!" umpat Calista lalu bangkit mengambil ponselnya.
Tanpa perduli kan tampilannya. Calista memaksakan diri berlari keluar dari kamar yang menjadi saksi duka nya. Ia menepis rasa malunya karena sekarang ini ia hanya memakai bathrobe tanpa dalaman.
Calista masuk ke dalam taksi kebetulan baru saja berhenti, penumpang di dalam baru saja keluar.
"Ke Rumah Susun Cempaka Putih, Pak. Cepat ya!' ucapnya memperbaiki bathrobe lalu menghubungi Anita.
"Nit. Kamu dimana?" tanya nya setelah sambungan telepon terhubung.
"Ya ampun, Calista. Kemana saja kamu? Papi dan Kak Leon nelponin aku."
Calista menghapus air matanya. "Nanti aku cerita. Kamu jawab apa ke mereka?"
"Aku bilang kamu nginap disini. Apa kamu baik-baik saja? apa terjadi sesuatu tadi malam?"
"Aku akan cerita," ucap Calista terisak.
...***...
Masih di dalam kamar Hotel. Carlos menghancurkan setiap barang yang ada di sana. Sungguh ia tak ingin kejadian ini terjadi. Sekelebat ingatan di masa lalu. Dimana saat dirinya gila karena Calista yang masih balita.
Ia menggeleng lalu menarik rambutnya begitu frustasi. Pikiran nya menolak untuk tidak sangkut paut dengan kisah masa lalu namun hatinya menyetujui akan hal itu.
Tapi, ada rasa bangga karena dirinya adalah pria pertama untuk Calista. Carlos menggeleng lagi menepis rasa bangga itu.
"Gimana kalau Calista hamil?" tanya nya pada diri sendiri.
Ponsel nya berdering. Ia yakin itu adalah Nadia, istrinya. Benar bukan?
"Ya, sayang?" setelah berdehem untuk menormalkan rasa gugup tiba-tiba mendera saat mendengar suara lembut Nadia.
"Kamu gak apa-apa kan?"
Carlos semakin merasa bersalah mendengar Nadia begitu mengkhawatirkan dirinya. "Aku gak apa-apa. Maaf aku gak pulang, sayang. Aku sangat kelelahan jadi memutuskan menginap," tentu saja ini adalah jawaban bohong untuk Nadia agar tak mengkhawatirkan dirinya.
"Oh syukurlah. Apa makan siang ini kamu pulang? aku sudah memasak."
Hati Carlos semakin nyeri mendengar suara lembut Nadia. Ia semakin merasa bersalah telah menodai pernikahan mereka padahal selama ini ia bisa menahan hasrat ketika di goda wanita lain. Bahkan ketika para musuh dalam selimut bisnis nyaenaruh obat perangsang seperti yang dilakukan William padanya.
"Aku akan segera pulang," ucapnya lalu memutuskan sambungan telepon.
...****...
"Sekarang kamu bersihkan diri dulu. Pakai bajuku, Calt."
Calista masih terisak selepas menceritakan apa yang terjadi pada Anita. Ia takut dengan masa depan nya. Orang tua angkat dan Kak Leon pasti marah dan kecewa padanya.
Di dalam kamar mandi, Calista kembali menangis ketika melihat jejak percintaannya dengan Carlos. Ia begitu jijik pada tubuhnya sendiri.
...****...
Diluar kamar mandi, Anita menunggu Calista mandi sudah terlalu lama. Puncaknya saat ia memanggil bahkan menggedor pintu kamar mandi tak ada sahutan.
Dalam keadaan semakin panik, Anita memanggil beberapa tetangga untuk membantu mendobrak pintu kamar mandi.
"Calista. Oh Tuhan, apa yang kamu lakukan?" teriak Anita langsung menutupi tubuh Calista yang memerah bahkan lecet dengan handuk.
Warga membantu membopong Calista untuk ke kamar lebih dahulu. Calista memakaikan pakaian sedang salah satu ibu membantu menutupi luka sayatan di pergelangan tangan Calista agar menyumbat darah yang mengalir.
"Tolong panggilkan pinjamkan mobil pak RT untuk membawa sahabat saha ke Rumah Sakit," Isak Anita.
Beberapa saat kemudian setelah sampai di Rumah Sakit. Calista langsung ditangani saat Anita memberi kartu penduduk Calista karena Pihak Rumah Sakit mengenal keluarga Abraham.
"Aku harus menelepon siapa? Ob Edzard atau Kak Leon?" tanyanya kemudian menggeleng.
"Om Ed saja. Kak Leon gak boleh tahu dulu masalah ini," putus Anita.
Anita menghubungi Papi Edzard bila Calista masuk Rumah Sakit karena kecelakaan bukan menceritakan sebenarnya. Ia ingin menjelaskan ketika sudah berada disini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
kasian Calista 😢
2025-04-03
0
꧁✯☞︎︎︎𝘼𝙇𝙒𝙄𝙇☜︎︎︎✯꧂
Gmn ya Reaksi papi Edzard.
stelah tau nanti.
kalo Calista Udh d nodai Carlos
2022-08-17
2
Naviah
ceritanya seru nih
2022-08-05
0