Makan siang kali ini terasa begitu hambar. Padahal istrinya, Nadia masih sama melayani dan menemani dirinya ketika makan.
"Apa masakanku gak enak kali ini?" tanya Nadia membuat Carlos tersentak dari lamunan setelah mendengar pertanyaan Nadia.
"Ah, bukan. Aku hanya sedang memikirkan pekerjaan. Aku harus kembali ke Kantor," ucapnya langsung bangkit mendekati Nadia lalu mengecup kening Nadia dan berjalan keluar rumah tanpa ingin mendengar perkataan Nadia lagi.
Nadia menghela nafas panjang menatap kepergian Carlos. Tentu saja ia merasa keanehan pada Carlos setelah kembali dari Hotel. Tetapi tak ingin berpikir aneh-aneh karena yakin Carlos tak akan pernah menyembunyikan sesuatu padanya.
Carlos baru saja tiba di Kantor. Bimo langsung masuk ke dalam ruangannya setiba dirinya.
"Maafkan saya, Tuan."
Carlos tak menggubris permintaan maaf Bimo karena tak dapat hadir ketika pertemuan nya dengan William. Tapi bukan itu permasalahan nya.
"Aku memperkosa dia, Bim!" ucapnya lirih menarik rambut dengan kedua sikut tangan bertumpu di atas meja. Sangat terlihat bila Carlos begitu tertekan dengan kejadian malam tadi.
Bimo mengerutkan dahi, mencerna kalimat terlontar dari Carlos.
Perkosa?
Dia?
"Maksud Tuan, dia siapa?" tanya Bimo tak mengerti dengan apa yang dikatakan Carlos.
Carlos mendongak menatap Bimo lalu menegakkan tubuh tetapi kembali bersandar. "Kau ingat Calista? anak asuh Edzard?" berondong Carlos membuat Bimo memicing curiga.
Carlos kembali melirik Bimo melihat reaksi Asisten Pribadi nya itu. "Aku yang salah, Bim. Aku perkosa Calista tadi malam tanpa sadar karena aku dalam pengaruh obat sialan itu!" cicit Carlos kembali mengacak rambutnya.
Sedang wajah Bimo berubah datar mendengar penjelasan Carlos. Bahkan kedua tangan nya terkepal, tentu saja ia menjadi emosi. Bukan hanya tentang masalalu Carlos yang terobsesi oleh Calista.
Namun, ini menyangkut masa dengan seorang gadis. Apalagi yang diketahui Bimo, Calista tak ada lagi orang tua kandung. Entahlah, tapi yang di ketahuinya Calista tak memiliki ibu kandung lagi.
"Anda harus bertanggung jawab, Tuan!" tekan Bimo membuat tatapan mereka bertemu.
Carlos menggeleng. "Itu gak mungkin, Bim."
Bimo semakin emosi mendengar jawaban Carlos. "Saya sebagai seorang ayah rasanya ingin membunuh anda, Tuan!"
Ucapan Bimo justru menyulut emosi Carlos. Dirinya bangkit menatap Bimo nyalang begitu juga Bimo.
"Apa maksud mu Bimo? aku sudah punya istri dan kami saling mencintai. Masalah kejadian itu juga karena kecelakaan, aku tak sengaja melakukan itu!" elak Carlos. Sekarang dipikirannya hanya tak ingin mengulang kegilaan nya di masalalu yang menyukai anak kecil.
BUGH
Bimo memberikan bogeman tepat di ujung bibir Carlos hingga mengeluarkan darah segar. "Apa anda tak memikirkan bagaimana orang tua nya? apa anda tidak memikirkan masa depan gadis malang itu? apa anda tidak merasa bersalah telah mengambil harta yang paling berharga untuk seorang perempuan? apa anda tidak berpikir jika Calista akan hamil akibat perbuatan bejat anda? betapa kejam nya anda tak ingin bertanggung jawab hanya karena anda mencintai istri anda."
"Ah, ya. Mungkin karena anda tidak merasakan bagaimana rasanya anak gadis anda diperkosa pria bejat seperti anda," cerca Bimo lalu menunduk hormat kemudia pergi dari ruangan itu tanpa ingin mendengar jawaban dari Carlos lagi.
Carlos membeku mendengar semua cercaan Bimo untuknya. Apalagi dengan pertanyaan terakhir apabila Calista hamil? benarkah perbuatan nya akan menghasilkan anak?
Dari satu sisi hatinya merasa senang karena harapan memiliki anak akan terwujud. Tetapi satu sisi hatinya yang lain menjadi gundah gulana telah mengkhianati janji suci pernikahan nya bersama Nadia.
Aku harus gimana?
...****...
Tubuh yang lemah sedang berbaring di brankar. Tatapan mata yang kosong mengarah ke langit-langit kamar identik dengan warna putih dan bau obat-obatan. Pergelangan tangan berbalut perban akibat aksi nekatnya menyayat di pergelangan tangan. Satu tangan lagi terpasang jarum infus.
Perih di seluruh badan mulai mereda akibat ulahnya yang menggosok seluruh badan hingga lecet, berharap bekas sentuhan Carlos dapat hilang.
Lidahnya keluh. Ia hanya dapat menangis dalam diam memikirkan masa depan nya. Apalagi melihat kemarahan Papi Edzard marah besar setelah mengetahui dirinya di perkosa.
Bukan karena kejadian itu. Justru Papi Edzard begitu tampak sedih atas apa yang melimpahnya. Namun setelah Papi Edzard bertanya siapa pelakunya dan ia tak memberi tahu siapa pria itu, disitulah Papi Edzard marah besar.
Calista kembali terisak memikirkan bagaimana masa depan nya?
Bagaimana dengan Leon yang akan sabar menunggunya hingga wisuda?
Apakah Leon akan menerima dirinya yang sekarang?
Calista menggeleng seakan mengetahui jawaban Leon. Siapapun pria akan mencari wanita suci, bukan seperti dirinya yang telah dinodai.
"Calista. Kenapa kamu gak kasih tahu Papi kalau yang lakuin itu Om Carlos?" bisik Anita setelah melihat semua keluarga Calista tidak ada di ruangan.
Calista menggeleng. "Bagaimana bisa aku mengakui itu, Nit? aku di perkosa oleh pria seumuran Papi dan sudah punya istri? aku bukan rahim pengganti mereka," sahut Calista lirih.
Anita menatap sahabatnya iba. Di usap kepala Calista. "Tapi gimana kalau kamu hamil, Calt?" tanya Anita membuat Calista membeku.
Nafas Calista tercekat, detak jantung seperti berhenti setelah mendengar pertanyaan Anita yang tak terpikirkan sebelumnya.
Calista menatap Anita. "Aku gak akan hamil, kan?" tanya Calista dengan suara bergetar. Ia kembali takut menghadapi dunia jika itu terjadi.
Nama baik orang tua angkatnya akan tercoreng jika ia hamil diluar nikah. Tetapi jika meminta pertanggung jawaban Carlos juga ia tak ingin. Bukan hanya karena akan menjadi istri kedua atau menjadi simpanan pria itu. Ia tak ingin bertemu dengan pria itu lagi.
...****...
Hari-hari berlalu, Calista sudah diperbolehkan pulang. Mami Ivy begitu telaten merawatnya, tetapi tidak dengan Papi Edzard. Calista tahu jika Papi Edzard masih marah dan kecewa padanya.
Kebetulan pagi itu Mami Ivy pergi ke Supermarket bersama kedua adik kembarnya. Calista memberanikan diri mendatangi Papi Edzard tengah duduk di kursi teras belakang.
Sebelum mendatangi Papi Edzard, Calista memandangi Papi angkatnya itu. Di usia empat puluh tiga tahun masih terlihat begitu tampan, pantas saja almarhum ibu nya begitu menggilai Papi Edzard.
Perlahan ia mendekati kursi Papi Edzard. "Boleh Calista duduk di sebelah, Papi?" tanya Calista lirih.
Papi Edzard tak menjawab namun posisinya menggeser memberi ruang untuk Calista duduk.
"Maafin Calista sudah buat Papi marah dan kecewa," ucap Calista tanpa ditanggapi Papi Edzard.
Papi Edzard masih membisu namun terdengar helaan nafas.
"Calista gak mau mengingat kejadian itu apalagi pria yang sudah menodai Calista, Pi!" Calista menyeka air matanya.
"Calista mau Papi batalin perjodohan kami," tangis Calista pecah dan Papi Edzard memeluk putrinya itu.
Benar. Calista dan Leon memang dijodohkan tetapi kedua anak muda itu menjalin hubungan tanpa paksaan. Dan berniat akan menikah ketika Calista berusia dua puluh dua tahun, lebih tepatnya ketika menyelesaikan kuliah.
"Maafin Papi telah gagal menjagamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
😢😢😢😢😢
2025-04-03
0
Jenike Amaliyah
sebenarnya ceritanya bagus, tapi tata bahasa penulisannya masih sedikit berantakan, misal rumah sakit, huruf R dan S harusnya huruf kecil, bukan huruf kapital. asisten pribadi, mestinya huruf a dan p itu huruf kecil, bukan huruf kapital. dan masih banyak lainnya
2024-09-16
1
Qaisaa Nazarudin
Ini bukan kehendak kamu,Kalo Leon emang cinta dia pasti akan menerima apapun keadaan mu Calista..
2024-08-18
0