Setelah mengantar Calista pulang kerumah Abraham, ia segera pulang karena khawatir dengan Nadia harus menunggu dirinya untuk makan malam. Padahal tadi sudah makan bersama Calista karena istri kecilnya meminta makan nasi pecel lele.
Beberapa saat kemudian, mobil yang ditumpangi Carlos telah sampai di rumahnya. Dengan terburu-buru keluar mobil dan membuka pintu.
"Kau dari mana saja, Carlos?" bentak Nadia meninggi.
Kekhawatiran yang sejak bersama Calista tadi telah sirna karena bentakan dari Nadia. Ia tak lantas menjawab melainkan diam seribu bahasa menatap Nadia.
"Apa maksudmu, Nadia?" suara Carlos tak kalah meninggi.
"Aku menghubungimu, menunggumu pulang, setelah ku tanya sekretaris mu. Kamu sudah pulang. Kamu kemana?"
"Turunkan suaramu, Nadia!" bentak Carlos lagi meninggalkan Nadia.
Nadia merasa semakin geram dengan Carlos. Karena biasanya tak pernah marah balik padanya jika ia tengah marah. Nadia pun menyusul Carlos ke kamar.
Di buka dengan kasar daun pintu membuat Carlos hendak baring terlonjat kaget. "Apa maksudmu Carlos?" tangan Nadia terkepal membuat Carlos menghela nafas dengan kasar.
"Kita bicarakan besok. Ini sudah malam," sahut Carlos dingin hendak berbaring seraya masuk ke dalam selimut.
Tetapi urung ketika selimutnya ditarik dengan kasar oleh Nadia. Emosi yang sedari tadi ditahan kini kembali tersulut karena sikap kurang ajar Nadia.
"Apa yang kamu lakukan, Nadia?" bentak Carlos semakin membuat Nadia kesal.
"Kamu berani membentak ku, Carl? kenapa kamu berubah seperti ini?"
Carlos bangkit mendekati Nadia. "Karena aku sadar, setiap kali kau marah selalu bersikap kurang ajar padaku!" Carlos keluar kamar meninggalkan Nadia yang mematung.
Dihidupkan mobil yang baru saja beberapa saat lalu masuk garasi itu. Melaju membela jalan seraya mengaktifkan ponsel khusus untuk menghubungi Calista.
"Hallo, Om!"
Carlos tersenyum mendengar suara serak Calista yang terdengar seksi di telinganya.
"Aku pulang ke Apartemen," ucapnya.
"Loh. Kalau gitu aku ganti baju dulu."
"Kamu mau ikut aku?" tanya nya heran mendengar jawaban Calista. Padahal ia hanya memberi tahu saja tanpa meminta ataupun memerintah Calista untuk ikut padanya.
"Ya ikut, Om."
"Gimana sama Papi dan Mami?" sumpah demi apapun Carlos belum terbiasa untuk memanggil Edzard dengan sebutan Papi karena mereka benar-benar masih saling bertengkar. Sedang Ivy sudah dianggap seperti adik nya sendiri.
"Jangan pikirkan mereka. Aku ini istri, Om. Sudah kewajiban aku untuk selalu berada di manapun bersama Om."
Carlos tersenyum. "Baiklah. Om tunggu di persimpangan tadi."
"Oke."
Carlos pun menambah kecepatan agar segera sampai pada tujuan. Dalam hati sudah tak sabar bertemu dengan istri kecilnya yang manja.
...****...
Calista bersiap setelah sambungan telepon terputus. Ia pun berpikir mengapa Carlos kembali ke Apartemen padahal tadi saja dapat dilihat bila suaminya itu tampak gelisah bolak-balik melihat ke arah jam tangan.
Ya, tadi Calista dengan sengaja mengulur waktu agar Carlos terlambat pulang.
Beruntung malam ini kedua orang tua angkatnya sudah berangkat ke luar kota menjadikan ia bebas keluar rumah.
"Non Calista mau kemana?" tanya penjaga ketika hendak membuka pagar.
"Ke rumah Anita, Pak!" Calista buru-buru keluar rumah agar penjaga rumah tak banyak bertanya lagi.
Calista menutup kepala dengan penutup kepala jaket yang dikenakan nya. Langkah nya menjadi lebih cepat kala melihat Carlos sudah berdiri bersandar di badan mobil.
"Om," sapa Calista memeluk Carlos dan dibalas pula oleh Carlos bahkan pucuk kepala nya sudah berulang kali mendapat kecupan.
Carlos menuntun Calista untuk masuk ke dalam mobil duduk di sebelah kemudi lalu ia memutar duduk di kursi kemudi.
"Apa kamu mengantuk?" tanya Carlos lembut.
"Sudah hilang," sahut Calista membuka ponsel karena hampir seharian tidak melihat ponsel nya.
Helaan nafas terdengar ketika tanpa sengaja Calista melihat postingan Nadia dengan wajah sembab dan caption "Kamu berubah."
Mobil mereka telah sampai di basement Apartemen. "Kamu kenapa?" tanya Carlos.
Calista menyerahkan ponselnya pada Carlos dan diterima. Helaan nafas dari Carlos juga terdengar di dalam mobil tersebut.
"Jangan dipikirin."
"Om berubah pasti karena aku," cicit Calista menunduk. Sebenarnya ia hanya berpura-pura sedih namun air matanya mengalir tanpa di perintah.
Carlos panik langsung menangkup wajah Calista agar menatapnya. "Hei sayang. Jangan menangis. Ini bukan salah kamu, ada beberapa kebiasaan buruk Nadia yang selama ini aku diamkan saja!" Carlos mengecup kening Calista.
"Ayo kita masuk. Ini sudah sangat larut, kamu butuh istirahat."
"Gendong," rengek Calista langsung mendapat cubitan di hidungnya.
"Manja," ucap Carlos kemudian tertawa.
Calista mencebik kemudian melipat tangan di dada dengan bibir manyun.
Carlos keluar mobil lalu memutar membuka pintu mobil Calista. Tanpa bicara lagi, ia menggendong Calista ala bridal style.
Calista pun tersenyum lalu melingkarkan tangan ke leher seraya mengecup bibir Carlos.
"Sekarang kamu nakal," bisik Carlos membuat Calista tertawa.
Ketika sudah berada di depan pintu, Calista meminta untuk di turunkan. Masuk bersama lalu Calista membuka jaket.
"Mau aku buatin kopi, Om?" tanya Calista.
"Gak perlu. Kita tidur saja, ini sudah sangat larut."
Keduanya naik ke atas ranjang. Calista merebahkan kepala di lengan Carlos kemudian memeluk Carlos dengan posesif.
"Kenapa badan Om besar banget?" tanya Calista.
"Kamu suka, kan? apa aku terlihat sangat tua kalau bersanding denganmu?" bukan jawaban melainkan cercaan yang membuat Calista ingin tertawa.
"Enggak. Sebentar," kata Calista bangkit lalu mengambil ponsel Carlos di atas nakas.
"Sandi handphone Om apa?"
"Tangga pernikahan kita, sayang."
Calista menekan tanggal pernikahan kemudian menyalakan kamera. "Foto yuk,' ajak Calista mengarahkan ponsel ke depan mereka.
"Senyum, Om."
Calista melebarkan bibir Carlos menggunakan ibu jari dan jemari telunjuk. Calista pun mulai memotret mereka.
Calista mencebik melihat hasil potretan nya. "Kok jadi senyum terpaksa gini, sih."
Carlos menggaruk tengkuk leher nya. "Aku GK biasa,-
Belum sempat Carlos menyelesaikan ucapan nya, bibirnya sudah di kecup Calista dan di potret.
Carlos membeku sedang Calista asyik memotret diri sendiri yang tertidur di lengan Carlos.
"Aku ngantuk, Om!" Calista meletak ponsel di atas nakas lalu menyembunyikan wajah di dada bidang Carlos.
Carlos menepuk-nepuk punggung Calista agar segera tertidur. Ia melihat Calista terpejam. Wajah cantik nan imut yang dimiliki Calista membuat Carlos sedikit demi sedikit sudah berpaling dari Nadia.
Teringat akan perseteruan dengan Nadia tadi. Biasanya, ketika Nadia marah ataupun merajuk maka ia yang mengalah. Baginya dahulu, jika Nadia berapi maka dirinya harus menjadi air sebagai pendingin Nadia.
Tetapi, Carlos mulai sadari jika ketika Nadia sedang marah. Ucapan Nadia justru tidak pernah ada menghargainya sebagai pria ataupun suami.
Ego nya terinjak-injak.
Kenapa aku lebih nyaman saat bersama Calista? aku lebih dibutuhkan dan Calista mengerti aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
mulai deh Carlon..
mulai membanding bandingkan... keren Calista👍
2025-04-05
0
Tarmi Widodo
cari tau ttg Nadia dong carlos
2023-09-15
0
weny
nadia kn hy bth hartamu om
2022-10-07
0