Carlos baru sadari tidak ada Calista di ruang keluarga ketika mengambil minum di atas meja. Ia pun permisi keluar ruangan mencari dimana Calista berada.
Sudah bertanya pada para pelayan tidak juga ada yang melihat Calista hingga ia berada di ambang pintu melihat bayangan dua orang dengan wajah semakin mendekat.
Ketika melihat dua orang yang memiliki bayangan tersebut, matanya memanas dengan kepalan tangan begitu erat ingin sekali mencabut nyawa pria muda yang memaksa ingin mencium istri kecilnya.
"Calista," sentak Carlos membuat dua orang itu terkejut.
Melihat kemarahan dari pancaran mata Carlos membuat Calista bergidik ngerih. Ada rasa bersalah karena kejadian ini.
Keinginan mencabut nyawa pria muda ini diurungkan karena melihat Calista menggeleng. Sekuat tenaga Carlos menekan kemarahannya.
"Bukankah kalian sudah tak ada lagi hubungan?" tanya Carlos dingin. Tatapan nya tajam mengarah pada Calista.
Calista menelan saliva dengan kasar. Ia tahu pasti saat ini Carlos marah. "Kami memang sudah gak ada hubungan lagi, Om."
"Tapi masih mau berciuman?" Carlos benar-benar merasa cemburu dan marah bersamaan. Ia tak rela miliknya disentuh orang lain.
"Zaman sekarang tanpa hubungan juga bisa melakukan itu, Om!" sela Leon.
"Aku gak mau lakuin itu, Kak. Kamu yang menahan badan ku agar gak gerak!" gumam Calista menunduk karena merasa takut melihat tatapan Carlos semakin tajam mematikan.
Carlos masih diam memerhatikan Leon tampak kecewa atas ucapan Calista hingga pria muda itu pergi meninggalkan mereka.
Calista maju selangkah lebih dekat dengan Carlos. Dan pria itu hanya diam memerhatikan apa yang hendak dilakukan istri kecilnya itu.
Calista menarik-narik kaos yang dikenakan Carlos. "Maaf," ucap Calista bak anak kecil menatap Carlos memasang wajah sesedih mungkin.
Carlos membuang muka. Emosi yang membuncah lenyap seketika. Ia tak menyangka bisa seperti ini. Marah, sedih, dan bahagia sering sekali dirasa Carlos saat bersama Calista.
"Om, di maafin gak?" rengek Calista masih menarik-narik kaos Carlos.
Carlos mencebik lalu memeluk Calista erat. "Jangan lakukan itu lagi. Lawan mereka kalau kamu dipaksa. Aku gak suka milik ku disentuh pria lain. Ayo kita masuk, kamu harus segera makan!"
Benar-benar tidak merasakan emosi seperti tadi. Apakah Calista adalah obat ketika dirinya sedang tidak baik-baik saja?
Calista mengangguk lalu terpejam merasakan kecupan di kening dan bibirnya. "Aku duluan masuk," ucap Calista tersenyum manis lalu melangkah masuk ke dalam rumah lebih dahulu.
Carlos membalas senyuman Calista tak kalah manis. Tangan nya menyentuh dada bidang karena debaran jantung nya begitu bertalu. Ia menghela nafas panjang.
"Aku kayak anak baru gede," Carlos tersenyum lalu menggeleng menyadari telah merasakan ciri-ciri jatuh cinta.
...****...
Tubuh Calista membeku kala sudah berada di ambang pintu ruang makan. Salah satu tamu yang baru saja hadir disana. Ia menelan saliva dengan susah payah.
Nadia.
Ada rasa takut dan juga ingin melihat reaksi Carlos saat kedua istri suaminya itu berada di ruang yang sama.
Begitu juga Carlos berdiri tepat dibelakang Calista membeku melihat istri pertamanya hadir. Bagaimana bisa dirinya tak mengetahui kepulangan Nadia?
"Sayang," panggil Nadia mendekati Carlos membuat Calista menyingkir tak ingin melihat keduanya.
Calista duduk disebelah Mami ivy sembari menatap Carlos yang tengah menatapnya juga. Padahal saat ini Nadia tengah memeluk Carlos.
Mami Ivy menggenggam tangan Calista seakan menguatkan. Namun reaksi Calista nampak biasa saja. Bahkan wajahnya datar memandang sepasang suami istri itu.
Mami Ivy menyediakan makanan di piring Papi Edzard. Calista melihat Malya menawarkan lauk pada Leon. Nadia menyediakan makanan di piring Carlos. Begitu juga Ayah Bunda Leon, Bimo dan istri.
'Nih," ucap Malvin menuangkan sayur bayam di piring Calista.
"Malvin. Aku gak terlalu suka bayam kalau malam," rengek Calista.
Malvin menatap Calista dengan tajam. "Ini bagus untuk yang ada di dalam perut Lo," tutur Malvin dingin.
Calista menatap adik angkatnya itu. Posisinya berada di antara Mami Ivy dan Malvin. Sedang Carlos disebelah Malvin.
"Gue tahu semuanya. Gak perlu lo sembunyikan apapun. Dan gue akan selalu ada untuk lo!" bisik Malvin tanpa ditanya Calista.
Calista di kejutkan oleh pertanyaan Carlos di tengah keramaian makan malam keluarga.
"Calt. Ini daging merah untuk kamu," ucap Carlos sudah menaruh daging merah ke piring nya.
Papi Edzard berdehem menatap Carlos dengan tajam.
"Ayolah, Ed. Kenapa kamu masih sama saja seperti dulu," gerutu Carlos padahal itu hanya cara agar semua tak curiga pada hubungan nya dengan Calista.
"Apa Mas Ed takut Carlos suka Calista?" tanya Nadia lalu tertawa. "Itu gak mungkin," sambung Nadia lagi.
Tetapi, para orang dewasa hanya diam saja karena mereka tahu bila Carlos pernah tergila-gila pada Calista saat masih berusia dua tahun dan Nadia tidak tahu hal itu.
"Mami, ini sangat enak. Calista kangen masakan Mami," ujar Calista mengalihkan pembicaraan agar tak secanggung barusan.
"Besok Mami kirim makanan kesukaan dan tentunya sehat untuk mu," sahut Mami Ivy membuat Calista memeluk ibu angkatnya tersebut.
Carlos sendiri merasa heran atas sikap Calista yang tampak biasa saja. Apa itu hanya pura-pura atau memang benar Calista biasa saja ketika Nadia bersikap mesra padanya.
"Carl. Kamu kenapa banyak diam?" tanya Nadia lirih.
Carlos menghela nafas. "Aku baik-baik saja," sahutnya lalu kembali makan.
Malam semakin larut. Keluarga Alexander dan Adiwijaya telah berpamitan pulang setelah makan malam bersama dan memberikan hadiah pada si kembar.
Karena Nadia sudah kembali, Calista berencana menginap di rumah orang tua angkatnya dan ia sudah berada di kamar meninggalkan Carlos sendiri sedang Nadia masih mengobrol bersama Mami Ivy.
Akhirnya Carlos dan Nadia berpamitan pulang. "Tolong jaga Calista untukku, Vy!" ucap Carlos lirih ketika saling berjabat tangan.
"Tentu," sahut Mami Ivy.
Carlos dan Nadia masuk ke dalam mobil, melaju membelah jalan kota Jakarta menuju rumah mewah mereka.
"Carl. Kamu kok banyak diam? dan apa ini? kenapa gak tanya gimana liburanku?" cerca Nadia memerhatikan Carlos ada yang berbeda.
"Aku kelelahan, Nad. Terus kemana saja kamu gak ada kasih kabar dan pulang gak juga ngabari?"
Nadia berdehem. "Aku terlalu senang dengan teman-teman jadi lupa. Maaf," sahut Nadia dengan wajah berubah menjadi sedih.
Carlos hanya diam saja. Bukan karena marah terhadap Nadia, melainkan khawatir terhadap Calista. Padahal, jika Nadia tak memberi kabar maka ia akan kesal.
Beberapa saat kemudian, mobil mereka telah sampai di rumah. Carlos keluar mobil begitu saja tanpa menunggu Nadia.
Nadia berpikir, Carlos marah padanya. Sesampainya di kamar, ia tak melihat suaminya. Senyuman terbit kemudian berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil sebuah lingerie kesukaan Carlos.
Carlos keluar dari kamar mandi mendapati Nadia sudah baring dengan gaya sensu al membuatnya menghela nafas.
Ia naik ke atas ranjang lalu merebahkan diri. "Aku lelah malam ini."
❤️
Bersambung...
*Pagi...
Kayaknya udah lama aku gak minta sesuatu.. Ayo like, komen, dan bagi-bagi gift untuk aku ya*..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
di cuekin nih yeeeh mbak Nad...
2025-04-05
0
𝓕𝓸𝓻𝔃𝔃𝓪 𝓖𝓶𝓵 0509
enak kga tuh bu Nadia... 😅😅😅
2022-08-19
0
Naviah
semangat thor
2022-08-05
0