Oludeniz Beach menjadi salah satu pantai paling terkenal di Turki. Pada ini selalu ramai, apalagi pada saat musim puncak yang biasanya terjadi pada musim panas. Banyak atraksi yang bisa dikunjungi, misalnya saja gunung Babadag yang berada di sekitarnya dan juga landasan pendaratan untuk paraglider yang dilengkapi peralatan penggerak jet.
Pengunjung juga dapat menyaksikan panorama Blue Lagoon yang menakjubkan di pantai yang indah ini.
Nadia sedang rebahan di bawah sinar Matahari. Matanya terpejam ditutupi kacamata hitam. Di usia yang sama dengan Carlos, tetap tampak muda karena sering perawatan di klinik kecantikan terkenal.
Beginilah ia menjalani hari selain melayani Carlos. Liburan, belanja, berkumpul dengan teman-temannya.
Dan Nadia sangat menikmati peran ini.
"Sayang," panggil Carlos berdiri tepat di sisi kirinya.
Nadia menaikkan kacamata ke atas kepala. "Ya," jawabnya.
"Kita berapa hari disini?" tanya Carlos.
"Dua hari lagi kita pulang. Ada apa?"
Carlos menghela nafas. "Kita pulang besok saja. Aku banyak pekerjaan, Bimo sudah menghubungiku berulang kali."
Nadia tampak kecewa. "Baiklah. Tapi aku mau lanjut liburan sama teman-teman aku, ya!"
Carlos mengangguk kemudian ikut baring menikmati hangatnya terik Matahari. Ia percaya pada Nadia dan membiarkan apapun yang dilakukan oleh istri nya. Karena menurutnya, berbelanja, liburan, atau berkumpul dengan teman-teman itu sebagai pelarian Nadia yang selalu sedih karena tak bisa memberinya anak.
Karena alasan itulah mengapa ia tak pernah mengintai setiap gerak gerik Nadia. Pernah sewaktu awal pernikahan, tetapi ia kembali luluh atas ucapan Nadia yang masuk akal menurutnya.
Dan Carlos percaya.
Carlos lebih dahulu masuk ke dalam Hotel. Ponsel nya sedari tadi berdering. Nama yang sama sedari dua hari lalu menghubunginya.
Bimo.
"Besok aku akan pulang," ucap Carlos tahu kalimat utama Bimo yang hendak diucapkan.
"Gak ingat istri muda, Tuan?" suara Bimo terdengar menyindir.
"Aku ingat. Tapi gimana harus bilang ke Nadia, Bim? aku juga merasa bersalah pada Nadia karena telah menduakan nya."
"Lalu anda melepas tanggung jawab pada Calista dan menyerahkan padaku, Tuan? ini sudah diluar pekerjaan saya, Tuan. Bahkan ini bisa menjadi fitnah untuk saya yang sudah beristri tapi harus memerhatikan istri muda anda."
"Aku minta maaf soal ini," ucap Carlos.
"Atau aku jadikan saja Calista istri muda ku? Aku janji akan menyayangi anak Tuan seperti anak saya sendiri."
Carlos mendelik mendengar penuturan Bimo di seberang telepon. "Gak akan ku biarkan kau melakukan itu. Siapkan kepulanganku hari ini juga bagaimanapun caranya."
Carlos memutus panggilan lalu menendang kaki ke udara. Ia begitu kesal pada dirinya sendiri. Bukan tak ingin menghubungi Calista. Tetapi ponsel yang baru saja dibeli khusus menghubungi Calista tertinggal di tas kerjanya.
...****...
"Papi kenapa melamun?" tanya Mami Ivy ikut duduk disebelah Papi Edzard tampak murung.
"Bagaimana dengan Calista, Mi? apa dia masih saja murung? Papi khawatir padanya," dari jawaban Papi Edzard berupa pertanyaan membuat Mami Ivy mengerti.
"Dia hanya butuh waktu sendiri," sahut Mami Ivy.
Papi Edzard memeluk Mami Ivy, membawa kepala istrinya tepat di dadanya. Bohong jika ia tak marah dan sedih bersamaan dalam satu waktu. Mengingat bagaimana perjuangan nya dahulu merawat Calista dan memberi kasih sayang nya.
"Aku gagal, Sumo. Aku gagal menjadi seorang ayah yang melindungi anaknya," ucap Papi Edzard lirih.
Mami Ivy mengurai pelukan, kepala nya menggeleng seraya menangkup wajah Papi Edzard. "Kamu gak gagal. Buktinya ketiga anak kita menjadi anak yang sopan dan penuh mengasihi kepada setiap orang."
Papi Edzard cemberut. "Enggak. Malvin berbeda," potongnya.
Mami Ivy terkekeh lalu mengecup sudut bibir sang suami. "Dia banyak mirip dengan kakak. Tapi aku harap dia gak melakukan kesalahan dan mendapatkan perempuan yang baik," tutur Mami Ivy.
"Ya. Kakak juga berharap begitu, kakak gak akan mempermasalahkan masalah dari kalangan kita atau enggak. Yang terpenting, perempuan itu dari keluarga baik-baik dan perempuan itu mampu membuat Malvin bahagia."
...****...
"Bimo Aditama," pekik Fitri istri Bimo.
Bimo terlonjat kaget mendengar suara istrinya melengking dari arah belakang. Ia menelan saliva terasa sulit untuk ditelan. Dengan cepat dimasukkan ponselnya ke dalam saku lalu balik badan ke arah sang istri.
"Ya sayang, aku disini."
Fitri mengacak pinggang. "Apa yang ku dengar ini benar? kamu mau menikah lagi?" cerca Fitri seraya mendekat lalu melayangkan cubitan.
"Ampun, sayang. Bukan, aku hanya menggoda Tuan Carlos agar dia segera pulang dan mengurus istri muda nya," Bimo terus mengelak agar tidak mendapat cubitan lebih banyak lagi.
"Awas saja kalau kamu beneran menikah lagi, maka adik kecil mu itu akan aku sembelih!"
Spontan Bimo langsung menutupi apa yang dimaksud Fitri dengan kedua tangan nya. "Jangan sayang. Nanti kamu gak bisa keenakan tiap malam," ucapnya.
Fitri mencebik. "Dasar mesum," umpatnya lalu pergi masuk ke kamar meninggalkan Bimo.
Bimo menghela nafas sembari mengelus dada. "Masih bilang gitu sudah ngamuk apalagi kalau beneran aku nikah lagi?"
...****...
Calista sedang membuat susu hamil nya. Ia sudah berada di Apartemen Carlos kembali. Ia tetap melanjutkan kegiatan nya walaupun mendengar suara pintu terbuka. Tentu saja itu Carlos.
Carlos masuk ke dapur karena mendengar suara dari sana. Dengan hati-hati ia mendekati Calista.
"Calt," sapa Carlos.
Calista pura-pura kaget lalu balik badan berhadapan dengan Carlos. "Loh sudah pulang?"
"Maaf. Aku-"
"Gak perlu minta maaf. Aku yang meminta mu untuk menikahiku. Bukan karena cinta, tapi karena anak ini. Kamu bebas setelah aku melahirkan. Kamu bisa kapan saja bertemu dengan anak ini tapi bukan untuk kamu asuh bersama istrimu."
"Aku tak bisa berhenti berpikir kalau aku membenci diriku sendiri. Bukan, aku benci posisiku di dunia ini," imbuhnya lalu meminum susu hamil itu kemudian pergi meninggalkan Carlos yang diam mematung.
Carlos diam mematung mencerna semua ucapan Calista. Kepalanya menggeleng berulang kali. Bukan ini maksud dari rencana awalenikahi Calista.
Kemarin ia menuruti keinginan Nadia karena merasa bersalah telah menikah lagi. Carlos mengacak rambut karena frustasi.
Kakinya melangkah menyusul Calista ke kamar. Beruntung kamar itu tidak di kunci. Dilihat Calista tengah berganti baju tidur kimono.
Rasanya dadanya sesak melihat lekuk tubuh Calista yang seksi dan putih mulus. Berbeda dengan Nadia.
"Calista," panggilnya.
Sedang Calista terkejut namun sudah terlanjur membuatnya meneruskan pakai baju lalu naik ke atas tempat tidur tanpa menjawab.
"Tidurlah. Aku benar-benar gak perduli apapun tentang mu ataupun istrimu," ucap Calista dingin lalu menyelimuti tubuh nya sendiri.
Carlos menjadi serba salah. Betapa menyusahkan memiliki istri dua, pikirnya. Ia pun berganti pakaian lalu ikut naik ke atas tempat tidur.
Ia memerhatikan Calista yang tidur memunggungi nya. "Maaf."
Nadia 😑
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
Nadia wajahnya cocok dgn peran nya... tampang nya seperti perem puan natal...
2025-04-05
0
Siti Romlah
perasaan ku serem gitu wajahnya Nadia.
lain dengan wajahnya Callista imut.
semangat thoor walo aku telat bacanya
2024-06-10
0
Tarmi Widodo
foto Nadia kayak mami ²😀😀😀😀
2023-09-15
0