"Om."
Calista mulai bosan karena sedari tadi mereka bertiga hanya duduk tanpa bicara. Apalagi ia mulai kesal karena Carlos belum juga mengambil keputusan.
Carlos menoleh seolah bertanya 'ada apa?'
"Kalau om gak mau nuruti apa mau aku, lebih baik aku gugurkan saja kandungan ku. Kehamilanku kan masih sangat muda. Pasti mudah menggugurkan nya," ujar Calista.
"Jangan coba-coba kamu lenyapkan anakku, Calista!" sentak Carlos membuat Calista dan Bimo tersentak.
Bahkan Calista mengerjap mata berulang kali. Ini baru pertama kali melihat Carlos meninggikan suara selama mengenal pria itu sebagai teman orang tua angkatnya.
"Aku akan bertanggung jawab. Urusan Nadia bisa kita pikirkan bersama. Aku akan menuruti kemauan mu asal jangan lenyapkan anakku," ucap Carlos masih dengan suara meninggi.
"Tuan. Wanita hamil gak boleh dimarahin," celetuk Bimo membuat Carlos menghela nafas panjang.
Calista melirik Bimo seraya melipat bibir agar tak tersenyum karena ia tahu, Bimo berada di kubu nya.
"Aku lapar," ucapnya membuat Carlos mengambil ponselnya.
"Aku pengen ketoprak, seblak, dan salad buah!" terang Calista lagi.
"Memangnya makanan itu gak bahaya sama kehamilan kamu? gak boleh, kita periksa kandungan kamu dulu."
Calista dan Abraham menatap Carlos aneh. Carlos tampak seperti suami posesif saat ini. Tapi sekali lagi, Calista tak perduli.
"Kamu tetap berada di Kantor, Bim. Usahakan Nadia gak akan curiga kalau aku gak ada di Kantor," titah Carlos pada Bimo.
Bimo hanya menurut karena itu adalah perintah Tuan nya.
Carlos berjalan lebih dahulu dan diikuti Calista berada di belakangnya.
Calista bergidik ngerih dan kembali teringat kejadian malam itu dimana tubuh besar Carlos berada di atasnya. Langkahnya melambat untuk memberi jarak cukup jauh karena tak ingin Carlos melihat ketakutan nya.
Kuatkan hatimu, Calista. Ini sudah keputusanmu untuk membalas Carlos, bukan?
Ketika keduanya masuk ke dalam lift khusus petinggi Perusahaan, suasana masih tetap hening karena mereka memang saling mengenal namun tidak dekat.
Carlos melirik Calista dari pantulan dinding lift. Ada rasa kagum melihat Calista tumbuh menjadi gadis cantik dan modis. Dan juga merasa bangga karena dirinya adalah pria pertama dan akan memiliki gadis cantik di belakangnya ini.
Carlos merapikan dasi dan jas yang ada di lengannya. Mendadak merasa insecure karena umur nya sangat jauh dari umur Calista.
Kenapa mendadak insecure? ayolah, Carl. Hanya ada Nadia dihatimu, gumam Carlos dalam hati.
Calista melihat gelagat aneh dari Carlos membuat alisnya naik ke atas karena heran. Senyum miring seketika terbis kemudian melangkah mendekati Carlos lalu merangkul lengan Carlos.
"Kamu mau apa Calista?" tanya Carlos gugup takut lift tiba-tiba terbuka dan banyak pegawai Kantor melihat.
Calista menyandarkan kepala di lengan berotot Carlos. "Kayaknya anak kita pengen dekat-dekat sama ayah nya deh," ujar Calista. Percayalah, itu hanya bualan demi meluruskan rencananya.
"Apa memang begitu kalau lagi hamil, ya?" tanya Carlos yang tidak memiliki pengalaman tentang kehamilan.
"Iya. Kalau gak percaya nanti tanya Dokternya saja," ucap Calista tak mau kalah.
Pintu lift terbuka, membuat Calista melepas rangkulan. Membiarkan Carlos yang salah tingkah seperti ketahuan selingkuh di depan para pegawai yang menunggu lift di sebelah terbuka.
Padahal, Carlos memang sudah selingkuh bahkan menghasilkan janin di rahim Calista.
Carlos dan Calista memasuki mobil setelah sampai di basement sementara Calista menunggu di pinggir jalan depan Perusahaan. Tentu saja Calista yang meminta seperti itu.
"Duduklah di sebelahku, Calista. Aku bukan sopir," ucap Carlos sewot karena melihat Calista membuka pintu mobil penumpang.
Calista cemberut langsung menutup pintu dengan kasar kemudian membuka pintu di seberang pengemudi.
Lagi-lagi tidak ada yang mau membuka suara sepanjang jalan kenangan. Bukan-bukan. Maksudnya sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit hingga telah tiba disana.
Saat duduk di ruang tunggu, Baik Calista maupun Carlos duduk berjarak. Namun, banyak yang curi-curi pandang pada Carlos dan juga Calista.
Carlos menyadari tatapan para suami pasien hamil lain membuat geram. Entah dorongan dari mana, Carlos menggeser posisi duduk dekat Calista tanpa sadar.
"Om kayak suami yang lagi cemburu," celetuk Calista membuat wajah Carlos memerah.
"Jangan malu," bisik Calista berakting lembut kembali.
...****...
"Sepertinya kamu masih sangat muda, ya?" tanya Dokter SpOG tersebut setelah menanyakan pertanyaan umum lain nya.
"Iya, Dok."
"Suka yang matang ya, kamu. Sudah umur berapa Pernikahan nya?"
Calista memaksa senyuman. "14 tahun," celetuknya lalu menoleh kearah Carlos yang terkejut atas jawabannya barusan.
"wah, selamat ya. Pasti suami bahagia karena program hamilnya berhasil."
Calista terkekeh. "Gak ada program hamil, Dok. Cuma ganti istri saja," percayalah. Rasanya Calista ingin tertawa melihat wajah Carlos yang kusut akibat ulah nya.
Calista rebahan di brankar, suster menuangkan gel lalu menggerakkan transducer di area perut bagian bawah.
"Lihatlah, calon anak kalian sangat lincah. Usianya masih sangat muda, ya. Lima Minggu. Jangan capek-capek apalagi setres ya," ucapan Dokter tersebut benar-benar di ingat Carlos.
Mata Carlos mengembun melihat satu titik sedang bergerak lincah di layar monitor. Entah bagaimana bisa, ia bangkit mendekati lalu menggenggam dan mengecup tangan Calista.
"Terima kasih, Calt. Maafkan kebodohanku," ucap Carlos tulus.
Lebih dari empat belas tahun, Carlos menunggu saat-saat seperti ini. Dimana ia akan dengan setia menemani dan merawat ibu dan juga calon anaknya di masa kehamilan.
Sedang Calista hanya diam saja tanpa tersentuh sedikitpun. Ia hanya bertanya dalam hati. Benarkah Carlos tulus mengucapkan kalimat barusan?
Calista dan Carlos kembali duduk di depan meja Dokter. Carlos memandangi foto hasil USG Calista lalu memasukkan ke dalam dompet. Senyum pria itu tak surut sedari tadi.
"Mulai sekarang, minum susu hamil, vitamin, buah, dan makanan sehat lain nya, ya!"
Carlos teringat dengan permintaan Calista tadi di Kantor. "Dok. Makan ketoprak dan seblak boleh gak kalau hamil?" tanya Carlos membuat Dokter tersebut senyum.
"Boleh. Tapi ingat porsi nya ya. Enggak boleh terlalu sering dikonsumsi," sahut sang Dokter.
Carlos mengangguk. "Oke. Kalau begitu gak boleh," ucapnya seraya melirik Calista yang cemberut.
"Gak mau tanya seputar bercinta masa hamil ni? apalagi baru anak pertama," tutur sang Dokter lagi membuat Carlos dan Calista terbelalak. Belum juga rasa terkejut Calista hilang, Carlos sudah mengajukan pertanyaan polos bin gob lok menurut Calista.
"Memangnya bagaimana bercinta walau sedang hamil, Dok?" tanya Carlos polos.
Dokter menjelaskan secara rinci ketika bercinta saat hamil. Dari gaya, waktu, kondisi kehamilan, dan lain sebagainya.
Semenjak Carlos bertanya masalah bercinta, Calista hanya diam saja tak ingin berlama-lama bersama Carlos.
Usai periksa Kandungan, Carlos mengajak Calista ke Apartemen kawasan elit. Di gedung Apartemen ini benar-benar privasi, hanya orang-orang tertentu yang bisa memiliki apartemen disini.
Bahkan, orang asing tidak bisa masuk tanpa izin sang pemilik Apartemen.
"Kita akan tinggal disini, mulai besok!"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
woy Carlos halalin dulu baru tinggal bersama... enak aja mau yg gra tisan
2025-04-05
0
Anik Kwon
pengen gaplok palanya om carlos deh. hiiih gemush bangetttawa wkkw
2022-08-07
0
Naviah
semangat thor
2022-08-05
0