Matahari belum muncul bahkan langit masih gelap gulita namun waktu sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Calista terbangun karena panggilan alam. Matanya menatap perut terasa berat karena tangan kekar Carlos berada disana.
Calista menahan nafas lalu mengangkat tangan kekar itu perlahan tetapi pelukan itu justru menjadi lebih erat bahkan kepala Carlos berada di bahu nya.
"Maafin aku," ucap Carlos dengan mata tertutup.
Calista menghela nafas. "Baiklah. Tapi lepasin, aku mau ke kamar mandi Om!"
"Jangan marah lagi. Aku tahu kalau aku ini salah, bajingan, berengsek, dan banyak lagi ungkapan jelek untukku. Sebenarnya kemarin aku mau pulang, tapi Nadia minta itu," Carlos bingung harus menjelaskan karena pasti akan menyakiti hati Calista.
"Padahal itu malam pengantin kita. Tapi Om ninggalin aku berhari-hari," ucap Calista. Percayalah, ini hanya sebagian dari rencana Calista untuk memenangkan hati Carlos lalu membalas dendam kesakitan nya.
Carlos membalikkan badan Calista. "Apa kalau aku tetap disini maka akan ada malam pertama?" tanya Carlos lirih.
Calista membelai pipi Carlos. "Aku seorang istri tentu saja akan ada malam pertama dan malam lain nya," sahut Calista.
Carlos mendengar itu seperti mendapat angin segar di Padang pasir. Ia memberanikan diri mengukung Calista dibawah tubuhnya.
Degub jantung keduanya bertalu berirama. Calista tahu jika untuk memenangkan hati Carlos maka harus rela tubuhnya dijamah kembali oleh pria yang menikahinya, Carlos.
Kedua mata keduanya bertemu. Tidak ada suara terdengar. Hanya deru nafas dan wajah kian mendekat hingga bibir bertemu.
Awal hanya menempel lalu Carlos memberanikan membuka mulut dan melu mat bibir bawah Calista. Ia tersenyum ketika merasakan istri kecilnya membalas apa yang dilakukan walau belum mahir.
Ciuman mereka terlepas. Carlos menatap Calista kembali seakan meminta izin untuk meneruskan lebih dari ciuman. Melihat Calista diam saja membuat Carlos melanjutkan yang ingin dilakukan nya.
Ciuman itu kembali terjadi hingga turun ke leher, pundak, dan bagian atas payu dara serta diiringi lenguhan suara Calista semakin membuat Carlos lebih semangat.
Calista mencengkeram seprei merasakan sensasi berbeda ketika Carlos menaikkan kimono tidur dan memulai menikmati payu dara nya yang semakin besar dan padat.
Lenguhan dan desah tertahan menghiasi kamar mereka yang sudah hampir seminggu terasa dingin.
Hingga kesadaran Calista kembali menjadikan ia memundurkan kepala Carlos. "Aku orang nya posesif, Om."
Carlos memandang Calista dengan mata sayu karena saat ini dalam keadaan sudah naf su dan ingin disalurkan.
"Maksud kamu gimana, Calt?"
Calista tak lantas menjawab, mendorong tubuh Carlos agar tak lagi mengukung nya lalu bangkit dan turun dari tempat tidur seraya merapikan kimononya.
"Aku gak rela berbagi tubuh suamiku pada wanita lain. Jadi kalau om mau nikmati tubuhku lagi, maka om gak boleh lagi nikmati tubuh istri Om yang lain!" sahut Calista membuat Carlos bangkitdan duduk di tepi ranjang.
"Gimana bisa? Om harus adil pada Nadia, Calt!" ucap Carlos lirih.
Calista mengedikkan bahu. "Yasudah, nikmati saja tubuh istrimu yang lain. Jangan tubuhku," Calista meninggalkan Carlos yang sedang mengacak rambut.
Ia pergi ke dapur sembari mengikat rambut pirangnya yang panjang. Membuka kulkas, mengambil bahan untuk memasak nasi goreng dan telur ceplok. Sebelum memasak ia membuatkan air jahe untuk pereda mual jika Carlos mual dan muntah kembali.
Sedang Carlos sedang di dalam kamar mandi melakukan senam lima jari serta merutuki diri sendiri tak dapat mengendalikan naf su bejat nya terhadap Calista. Tentu saja istri kecilnya itu tak akan semudah itu memberikan hak sebagai suami.
Calista, kamu memang selalu saja membuatku gila. Aaah...
...****...
"Mandilah. Aku akan menunggu," ucap Carlos sudah rapi duduk di mini bar.
Calista hanya mengangguk kemudian berlalu dari hadapan Carlos. Memikirkan bagaimana ia hampir terlena, sungguh itu diluar rencana. Hampir saja menyerahkan tubuhnya sementara Carlos belum mengetahui kebusukan Nadia.
"Mulai sekarang, kamu harus berhati-hati Calista. Jangan terulang lagi seperti tadi," ucap Calista menatap tubuhnya dari pantulan cermin lemari rias usai selesai mandi.
Senyuman nya terbit seraya tangan nya mengelus perut sendiri. Bayangan dimana perutnya kian membesar dan merasakan gerakan dari calon anaknya semakin membuatnya lebih semangat menjalani hidup.
"Kita harus sehat. Kamu jangan nakal kalau mama kuliah ya bulan depan," gumam Calista.
Calista keluar kamar menuju dapur dan duduk berhadapan dengan Carlos di mini bar.
"Ini, makanlah. Aku sudah potong buah untukmu juga!" ucap Carlos menyerahkan sepirin nasi goreng pada Calista.
"Makasih, Om."
Keduanya makan dalam diam. Jika Carlos makan sarapan dengan nikmat karena hampir lebih dari sebulan tidak nyaman dengan masakan Nadia.
Apa karena Ibu dari anakku yang masak? bahkan pagi ini aku gak muntah, hanya mual sedikit saja.
"Ini air jahe untuk, Om. Minumlah mumpung hangat," kata Calista menyodorkan segelas air hangat yang dibuatnya tadi.
"Makasih."
Calista mengangguk. "Om mau kerja?" tanya Calista membuat mimik wajah sesedih mungkin.
Carlos diam memerhatikan Calista. Sekali lagi merasa bersalah karena tak adil pada istri kecilnya ini. "Kamu mau ikut?"
Wajah Calista berubah senang. Dan inilah yang diharapkan Calista. "Boleh? gak ngerepotin?"
Carlos terkekeh melihat tingkah Calista kegirangan karena pertanyaan nya. "Tentu."
Calista semakin senang. Ia bangkit menghampiri Carlos lalu memeluk dan mengecup pipi suaminya kiri dan kanan. "Aku janji gak ngerepotin asal banyak makanan disana," akting Calista agar membuat Carlos baper atas perlakuan nya.
Carlos mematung. Terkejut atas perlakuan Calista. Tidak menyangka bila istri kecilnya sampai terlihat begitu bahagia.
"Ya sudah. Kamu mau pesan makanan apa saja? agar sampai kantor, makanan sudah tersedia di ruangan ku."
"Vitamin dan buah nya dimakan dulu baru kita berangkat," imbuh Carlos kemudian diangguki oleh Calista.
Calista kembali duduk, meminum vitamin dan memasukkan buah dalam kotak bekal. Keduanya berjalan beriringan. Karena ia tahu Apartemen tempat tinggalnya adalah apartemen mewah dan tak sembarang orang tinggal disana, dengan senang hati Calista merangkul lengan Carlos. Itu semata-mata untuk melancarkan rencananya.
Carlos sendiri merasa senang bila Calista bermanja seperti ini padanya. Dan juga merasa bila Calista tidak malu jika memiliki suami tua sepertinya.
...****...
Sesampainya di Kantor. Calista jalan beriringan tanpa rangkulan pada Carlos. Senyuman nya mengembang kala pegawai juga banyak menyapanya. Tentu saja banyak yang mengenalnya sebagai putri sulung Edzard Zeon Abraham bukan istri kedua dari Carlos Martinez.
"Om. Aku kurang nyaman sama tatapan sekretaris Om," celetuk Calista ketika tatapan nya bertemu dengan sekretaris Carlos tadi sebelum masuk ke ruangan.
Carlos langsung menekan tombol remot pengontrol dinding agar tak tembus pandang. "Gimana?"
"Ini jauh lebih baik," Calista menatap Carlos lalu memberi isyarat agar menunduk ke arahnya.
Calista memberi kecupan di kedua pipi lalu mengecup bibir Carlos. "Semangat kerjanya," ia mengerlingkan mata.
"Kamu memancingku terus, Calt!"
❤️
Bersambung..
Maaf telat up karena ada acara syukuran di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nur Hidayat
emang balas dendam
2023-08-03
0
꧁✯☞︎︎︎𝘼𝙇𝙒𝙄𝙇☜︎︎︎✯꧂
ini baru cewek.
Callista bukn Plakor.
tpi dia Trpaksa.
Dri Pda anknya Lahir Tanpa Bpk
2022-08-17
0
Hanizar Nana
jangan trllu banyak taktik Calista ntar km sendiri yg trjebak didlm nya
2022-07-19
0