Young Miss

Young Miss

Prologue

Aku menatap kosong di sudut ruangan, dekat vas berisi hiasan berupa rangkaian bunga mawar segar sambil sesekali menyeruput ice lemon tea yang kubawa. Dalam situasi di mana aku merasa 'tersasar' ini yang bisa kulakukan cuma makan, minum & bengong sampai batas waktu aku diperbolehkan untuk hengkang dari lokasi.

Tak kusadari seseorang sudah berada di dekatku & aku sedikit berjengit kaget saat ia memulai pembicaraan.

"Kenapa di sini sendirian sih? Membaur dong!" tuntutnya.

Aku menelan minuman yang tersisa di rongga mulutku.

"Ya habis aku nggak kenal semua, maah.." balasku semelas-melasnya berharap kecil kata-kataku dimengerti oleh nurani keibuannya.

Mila, mamaku dengan wajah miring sinis memandang ke arahku sambil menunduk,

"Kamu kan udah sering diajak ke pesta model begini, pasti ada lah beberapa yang udah kamu kenal. Meskipun cuma namanya."

Dengan dagunya ia menunjuk pada seseorang yang tertangkap oleh mata lentiknya.

"Tuh.. Ada Pak Georg yang pernah dikenalkan papamu di acara ulang tahun PT Prime. Di beberapa acara udah sering kamu liat kan?"

Seorang pria paruh baya dengan kemeja coklat tengah ngobrol dengan sekumpulan orang sebayanya tak sadar sedang kami bicarakan.

Mencoba mencari alasan pembenaran lagi aku melanjut.

"Tapi masa kenal nama aja trus ngajak ngobrol? Sok kenal sok dekat gitu aku males banget. Pasti ntar banyak awkwardnya."

Otakku berusaha mencari contoh kasus dengan cepat

"..coba bayangin, andai mama di posisiku. Satu-satunya orang yang mama kenal di sebuah tempat ramai cuma orang yang umurnya jauh dari kita & gak ada kecocokan pendidikan, pengalaman ato hobi. Katakanlah mama ketemu ama anak SD gitu…"

Mila mendengus kalem, " Yah tergantung.. " kata-katanya dia beri jeda agar terdengar lebih dramatis.

" ..tergantung si anak SD itu bisa ngasi benefit ke mama ato gak. Itu intinya!" tangannya mengibas pelan juntaian rambut yang sengaja dibiarkan lolos dari model rambut up-do modern yang membingkai wajahnya.

Aku cuma tersenyum kecut selebar mungkin lalu meneguk sisa lemon teaku dengan sekali teguk. Sedari dulu Mila memang begitu, sering menilai orang berdasarkan level kepentingannya & apakah orang tersebut bisa berguna di kemudian hari. Dan Mila yang masih nampak lebih muda dari usianya yang pertengahan 40an nggak sungkan untuk blak-blakan denganku perkara hal ini.

"Udah deh! Enggak usah banyak alasan. Minimal jangan mojok di sini, kamu jalan berkeliling aja pasti ada 1-2 yang ngajakin ngobrol."

nada suara Mila mulai tersengar nggak sabar. "Lagipula siapa sih yang nggak mengenal ato bahkan pingin kenalan dengan putri tunggal keluarga Wismail?"

Mataku melirik ke atas sok mikir keras, "Kayaknya nggak ada deh. Soalnya kan aku cuma anak bawaan.." balasku tanpa memandang langsung ke arah Mila. Takut memandang tatapan galaknya.

Mila berkacak pinggang tanda merasa emosinya mulai diuji.

"Tapi kamu udah jadi bagian keluarga ini sejak lulus SD kan? Sebagian orang bahkan udah mulai bergosip klo kamu juga bakal jadi kandidat pewaris Wismail." ujung bibir Mila terlihat melengkung puas.

"Udah dong Ma.. Aku nggak suka kalo kita bicara waris-warisan gini. Kayak setengah ngedoain Papa cepet meninggal aja!" tanpa kata-kata lagi aku beranjak dari posisi awalku meninggalkan Mila tanpa menoleh lagi ke arahnya.

Dari jauh aku mendengar Mila melanjutkan mengomeliku

"Keliling sana. Kalo enggak, di pesta selanjutnya Mama paksa kamu pake baju pesta yang belahan kakinya sepinggang." ancamnya kalem.

Tapi harus kuakui ancaman Mila sedikit berefek. Karena dari pengalamanku dia sangat pandai membuatku, a.k.a memaksa, sehingga aku jadi menuruti kemauannya. Sekalipun aku amat sangat menentangnya.

Aku berjalan membentuk garis horisontal dari pojokan tempatku mengobrol dengan Mila menuju pojokan di seberang dengan ogah-ogahan. Tak terhindarkan, aku memandang kerumunan paling ramai di acara yang tak lain adalah 'tokoh utamanya' pesta ini, Irza.

Pesta ini diadakan untuk merayakan kelulusan Irza menempuh pendidikan Strata 1 nya, sekaligus perpisahan karena dia akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas di US. Dengar-dengar dia juga berencana untuk setengah magang di perusahaan cabang sana juga sebagai pengalaman.

Kakak tiriku terlihat tenggelam oleh orang-orang yang mengerumuninya entah dia kenal ato sekedar cari muka.

"Baik-baik yah di New York, Za!"

"Kok cepet banget sih lusa udah berangkat? Padahal wisudamu kan baru minggu lalu."

"Kapan rencananya mulai kerja Di Wismail Grup? 2-3 tahun lagi?"

"Meskipun di Amrik sering kabari kita dong!"

Pertanyaan yang bersahut-sahutan dengan sabar dilayani oleh Irza. Meskipun wajahnya terlihat jenuh tapi dia tahu bahwa orang-orang yang mengerumuninya bukan orang biasa yang suatu saat mungkin akan menguntungkan bagi Wismail Grup ke depannya.

Kalau membayangkan pesta wisudaku nanti juga gambarannya seperti ini rasanya sudah capek duluan.

Aku keluar menuju beranda menghindari keramaian dan lampu yang terlalu terang yang makin membuat mulai pusing. Angin yang mengelus halus meringankan kepalaku sejenak dari kepenatan dan menyegarkan kulitku yang mulai agak kering karena terlalu lama terpapar AC.

Padahal baru saja aku merasakan ketenangan tiba-tiba harus terganggu oleh adanya suara cekikik kecil yang membuatku mencari sumbernya. Beranda luas yang penuh tanaman pot besar itu rupanya menyembunyikan dua sosok manusia yang sedang bermesraan.

Tanpa niat lebih jauh untuk mencari tahu identitas dua orang yang sedang 'sibuk' tersebut. Aku berniat pergi diam-diam. Tapi langkahku terhenti saat seseorang dengan suara yang berat memanggil namaku dari lokasi lain.

"Kika..? Kok sendirian di sini?" seseorang rekan bisnis Papa yang pernah kutemui beberapa kali di acara pesta muncul di ambang pintu yang menghubungkan lokasi pesta & beranda.

"Wah.. Andai Om tahu kalau Kika di sini sepanjang acara, Om pasti langsung kemari."

Sedikit ragu tapi aku menanggapinya kalem.

"Ada apa Pak Prime mencari saya?"

Dari jauh pun aku bisa melihat kalau orang ini mabuk. Mukanya sedikit merah dan caranya berdiri tidak terlalu tegap.

"Kalau Pak Prime mencari Papa, beliau ada di dekat deretan kursi para Diamond Eksekutif bersama Handa sekertarisnya."

Georg Prime menggeleng dengan tangannya yang memegang minuman namun telunjuk terbentang berayun kiri-kanan tanda tak setuju.

"Panggilnya kok resmi amat? Panggil aja saya Om Georg.. Dan yang saya cari itu Kika kok, bukan Papamu.."

Gelagat Georg membuatku semakin tak bisa betah berlama-lama dengannya. Aku menundukkan kepala berbasa-basi untuk meminta izin pergi seraya berusaha melewatinya setenang mungkin. Tapi jalanku untuk melewati ambang pintu dihalangi oleh tangannya yang bebas melebar menutup celah.

"Saya ingat dulu kamu waktu pertama kali jadi anggota keluarga Wismail di pernikahan Mamamu.."

Si 'Om Georg' memandangku dari atas sampai bawah. Jarak kami yang sedikit dekat membuatku merinding.

"..siapa sangka sekarang kamu sudah mekar jadi sangat cantik & molek." tangannya yang memegang gelas minuman keras memberi gestur lekukan tak sopan.

Seandainya ada pot bunga ukuran kecil yang beratnya nggak lebih dari 10 kg di sekitarku pasti sudah kulayangkan ke mukanya yang berkumis seperti Tony Stark itu. Aku memandang galak ke arahnya, setidaknya aku ingin dia tahu bahwa dia sedang membuatku tak senang.

"Lho, nggak usah marah gitu dong mukanya. Om kan cuma memuji."

Georg terkekeh lalu meneguk minumannya agak tertumpah-tumpah.

"Gini aja deh, tiap bulan Om transfer 10 juta, asal dik Kika tiap weekend ke rumah Om. Yah, sampai nginep pun nggak apa-apa kok. Mamamu juga pasti ngebolehin kan? Toh kalian satu tipe. Beliau pasti mau ngerti... "

"Nggak salah Om?!"

Aku memotong setengah menyentak, Georg yang tak menyangka mendengarku menyela terdiam.

"Cuma 10 juta? Apa nolnya nggak kurang satu lagi?! Saya ini putri tunggal keluarga dari Wismail Grup, nggak mungkin lah ya bisa digandeng dengan harga 'cuma' segitu."

Georg terlihat tak suka dengan balasanku yang tidak dia duga segera berbalik mencari cara yang tepat untuk pergi setengah panik & muram.

"...Anak & ibu matrenya sama saja.." gerutunya tanpa sungkan dimuntahkan.

Aku memandang Georg yang menghilang di keramaian dengan dada panas. Meskipun sudah berkali-kali bertemu dengan orang-orang merendahkan Mila & aku tapi tetap saja nggak bisa terbiasa.

Sudah menjadi rahasia umum di kalangan pergaulan orang-orang di ruangan ini kalau Mila menikahi Papa tiriku yang sekarang karena faktor harta & kuakui memang begitu faktanya, Mila bahkan dengan bangganya menyuruhku melakukan hal yang sama saat mencari pasangan hidup suatu hari nanti.

Aku berusaha untuk tidak berkedip supaya air mataku tidak meleleh & memandang keluar beranda agar angin malam mengeringkan bola mataku yang berkaca-kaca.

".. Huwiiih.. Ganaaaas…"

Sosok lelaki yang dari tadi bersembunyi di balik tanaman hias menunjukkan dirinya.

"..Perempuan keluarga Wismail emang beda kelas dengan yang kayak di sebelahku ya~!"

Mendengar itu sosok perempuan di sebelahnya yang nggak kukenal berlari pergi tanpa berucap dengan menyembunyikan muka merah karena malu & marah.

Aku memutar mataku sebal karena merasa lolos dari mulut hyena tua malah datang buaya darat. Sosok lelaki yang pakaiannya semerawut itu, samar-samar aku melihat sedikit bekas lipstik warna nude di bibir bawahnya, anggap saja lipstik perempuan tadi kalau bukan ya berarti perempuan yang dia rayu sebelum ini.

"Bukan urusanmu, Mas playboy kepo."

Aku memberi senyum basa-basi dengan mata sinis untuk menyembunyikan perasaanku yang rusak malam ini & berpikir hanya ingin sesegera mungkin beranjak dari beranda yang ternyata adalah nerakaku hari ini.

"Eits.. Jangan gitu dong.."

Lelaki itu mendekatiku dengan tiga langkah cepat yang lebar dan segera ia mendekatiku, senyumnya yang diliputi niat nggak baik membuatku jijik. Tapi karena kami pernah bercakap-cakap beberapa kali sebelum ini. Rasa merindingnya tak separah dengan Georg Prime tadi.

"Aku kan juga berminat dengan tawaranmu. Buatku yang pewaris tunggal VOA Grup, sebulan kalo cuma 100 juta sih kecil.."

Tangan kanannya terangkat memberi isyarat pertemuan jempol & kelingking yang lalu disapukan kecil.

Aku tersenyum berusaha semanis mungkin karena setelahnya aku akan melontarkan kata-kata terpedasku, "Johanh, di sakuku ada semprotan merica. Kalo tangan kakak nggak segera melepaskanku nanti wajahmu yang ganteng itu bisa merah seminggu lho."

"Baru kali ini kamu memujiku ganteng! Apa ini artinya kamu mulai tertarik padaku..?"

Memang senyumnya agak goyah mendengar ancamanku tapi kini kedua tangannya memegang bahuku dan menyandarkanku di dinding seolah menyambut tantangan.

Tanganku meski sedikit tidak bebas sudah siap di saku tersembunyi gaun blackdressku memegang kaleng merica semprot mini yang dibelikan Mila, tak kusangka akan benar-benar berguna. Aku memantapkan hati jika Johanh melakukan tindakan yang lebih jauh, akan ada jeritan kesakitan di sela-sela pesta malam ini.

"KIKA!"

Sebuah suara yang kukenal menggelegar penuh amarah membuatku yang terfokus pada Johanh kaget dan tentu saja Johanh pun tak kalah terkagetnya hingga dia sedikit memundurkan tubuhnya.

Aku menoleh ke arah pintu beranda, arah suara namaku dipanggil, & mendapati Irza, menatap ke arahku & Johanh tajam.

"..Papa mencarimu untuk mengajakmu pulang bersama. Ayo masuk!"

Hatiku menjadi luar biasa ringan menemukan celah besar untuk segera mengakhiri kemelut di beranda yang tak kunjung selesai.

Kak Irza memang selalu bisa kuandalkan. Meskipun kami saudara tiri tapi dia memperlakukanku dengan baik & bertindak sebagai seorang kakak penyayang.

Aku memecah genggaman bahu Johanh yang melemah & segera berjalan cepat mengikuti Irza yang mendahuluiku keluar dari ruang utama menuju lorong yang akan mengarahkan kami ke lobby tempat parkir valley tersedia.

Aku melirik Irza yang memunggungiku & memecah kesunyian kami berjalan.

"..Kak Irza untung saja ta-"

Sebelum ucapanku selesai Irza berbalik dan menatapku dengan tatapan yang tak pernah kudapatkan darinya.

"..ternyata aku salah menilaimu.." tatapan Irza yang secara gamblang menunjukkan rasa kecewa & marah menatapku.

"..aku pikir kamu berbeda dengan wanita ular itu. Ibu & anak sama saja! Bodoh sekali aku yang selama ini tertipu dengan aktingmu yang sok suci."

Kebingungan tapi aku menemukan kekuatan untuk bersuara.

"..kak.. Kamu salah paham.." aku berusaha membela diri.

Tapi yang terucap cuma bahasa yang lambat untuk dikatakan. Rasa shock membuat otakku susah menata apa yang ingin kukatakan untuk meluruskan.

"Jadi kamu yang minta transfer 100 juta dari Georg Prime & Johanh Astin juga aku salah dengar?"

Irza menampakkan senyum sinis tapi tatapannya yang menghakimiku secara negatif tetap menyala terang.

"..Aku nggak sengaja dengar waktu nyari kamu karena dipanggil Papa.. Dan ternyata.."

Irza tertawa miris lalu mendengus

"Hebat juga kemampuanmu bisa bermanis-manis ngemainin dua lelaki di satu tempat!"

"…itu.. Mereka yang…" aku panik.

Terlalu banyak hal yang terjadi malam ini & banyak yang ingin aku ucapkan sebagai pembelaan sampai tak tahu harus mulai dari mana. Tentang beban di hatiku setiap mendengar orang melecehkanku & ibuku sebagai perempuan matre pengincar pria kaya.

Namun di satu sisi aku ingin menyelesaikan hinaan itu tanpa memberi efek buruk pada nama besar Wismail Grup.

Hanya saja, detik ini hinaan itu meluncur dari mulut orang yang selama ini menjadi panutanku. Hal itu puluhan kali lipat lebih menghancurkan hatiku dibandingkan apa yang dilakukan Georg & Johanh tadi.

"..sudahlah! Nggak ada gunanya aku bicara sama orang bermuka dua macam kamu!"

Irza berbalik & berlalu secepatnya menuju ujung lorong meninggalkanku.

Aku yang terdiam shock di lorong yang sepi cuma bisa meneteskan air mata tak mampu untuk berkata-kata, terbungkam oleh salah paham yang tak kuduga akan terjadi karena kebodohanku mengambil sikap. Berkat itu, salah satu orang yang dekat denganku kehilangan kepercayaannya padaku.

Air mataku tetap tak berhenti tanpa suara meskipun Handa, sekertaris pribadi Djati mendatangiku & langsung kebingungan melihatku berpipi basah. Karena tak ingin ditanyai macam-macam, aku langsung memberi cerita singkat bahwa mataku kemasukan bulu mata yang rontok sebagai alasan air mata yang jatuh.

Aku sadar bahwa itu alasan yang pasti ketahuan bohongnya, terutama karena aku mengatakannya dengan suara tercekat sengau & hidung yang merah. Namun aku bersyukur Handa memahami isyarat yang kumau & tidak melanjutkan ke pertanyaan yang ingin kuhindari.

Aku mengakhiri malam itu tanpa tidur karena kelelahan batin yang membuatku terjaga. Semalaman aku memikirkan cara bagaimana untuk membuat kepercayaan kakak laki-laki tiriku utuh lagi padaku namun tak satu pun ide terberesit.

Hingga kepergian Irza menuju New York, kami tak sempat meluruskan kesalah pahaman ini. Bahkan dia seperti sengaja menghindariku & aku pun juga tak tahu harus berkata apa menghadapi orang yang sudah tidak mempercayai apapun kata-kataku lagi.

Terpopuler

Comments

Friasta

Friasta

Hey, Kak, aku mampir, yaaa. Chapter 1 udah bagus, tulisannya rapi. Aku lanjut baca yaa 🥰

2022-12-07

0

Green Garden

Green Garden

Permisi author dan para pembaca setia noveltoon.
Baca juga karya novel aku yang judulnya counting of love.
Tinggalkan komentar,like dan votenya juga ya...

2021-03-21

1

Indraqilasyamil

Indraqilasyamil

kasiannya kika nga bisa kasih penjelasan ke kakaknya irza

2021-02-26

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Kika 1
3 Kika 2
4 Kika 3
5 Kika 4
6 Kika 5
7 Kika 6
8 Kika 7
9 Kika 8
10 Kika 9
11 Kika 10
12 Kika 11
13 Kika 12
14 Kika 13
15 Kika 14
16 Kika 15
17 Kika 16
18 Kika 17
19 Kika 18
20 Kika 19
21 Kika 20
22 Kika 21
23 Kika 22
24 Kika 23
25 Kika 24
26 Kika 25
27 Kika 26
28 Kika 27
29 Irza 1
30 Kika 28
31 Kika 29
32 Kika 30
33 Kika 31
34 Kika 32
35 Handa 1
36 Johanh 1
37 Kika 33
38 Kika 34
39 Handa 2
40 Handa 3
41 Handa 4
42 Handa 5
43 Handa 6
44 Johanh 2
45 Handa 7
46 Kika 35
47 Irza 2
48 Irza 3
49 Irza 4
50 Irza 5
51 Irza 6
52 Irza 7
53 Irza 8
54 Visual of Characters
55 Irza 9
56 Kika 36
57 Kika 37
58 Handa 8
59 Johanh 3
60 Johanh 4
61 Kika 38
62 Kika 39
63 Kika 40
64 Kika 41
65 Kika 42
66 Kika 43
67 Kika 44
68 Handa 9
69 Kika 45
70 Kika 46
71 Kika 47
72 Kika 48
73 Kika 49
74 Kika 50
75 Irza 10
76 Irza 11
77 Handa 10
78 Handa 11
79 Kika 51
80 Irza 12
81 Handa 12
82 Irza 13
83 Irza 14
84 Kika 52
85 Kika 53
86 Kika 54
87 Kika 55
88 Kika 56
89 Irza 15
90 Johanh 5
91 Johanh 6
92 Johanh 7
93 Johanh 8
94 Visual of Character 2
95 Kika 57
96 Kika 58
97 Irza 16
98 Irza 17
99 Irza 18
100 Johanh 9
101 Kika 59
102 Kika 60
103 Kika 61
104 Kika 62
105 Johanh 10
106 Johanh 11
107 Johanh 12
108 Kika 63
109 Kika 64
110 Kika 65
111 Kika 66
112 Johanh 13
113 Johanh 14
114 Kika 67
115 Irza 19
116 Irza 20
117 Irza 21
118 Irza 22
119 Irza 23
120 Johanh 15
121 Handa 13
122 Irza 24
123 Kika 68
124 Kika 69
125 Johanh 16
126 Kika 70
127 Johanh 17
128 Johanh 18
129 Johanh 19
130 Kika 71
131 Kika 72
132 Irza 25
133 Irza 26
134 Irza 27
135 Irza 28
136 Irza 29
137 Irza 30
138 Irza 31
139 Irza 32
140 Johanh 20
141 Kika 73
142 Kika 74
143 Kika 75
144 VISUAL TIME AGAIN
145 Handa 14
146 Handa 15
147 Episode Gabut
148 Irza 33
149 Julia 1
150 Julia 2
151 Julia 3
152 Irza 34
153 Irza 35
154 Irza 36
155 Julia 4
156 Julia 5
157 Julia 6
158 Julia 7
159 Pengumuman
160 Kika 76
161 Kika 77
162 Kika 78
163 Kika 79
164 Kika 80
165 Became a Lady
166 End of The End
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Prologue
2
Kika 1
3
Kika 2
4
Kika 3
5
Kika 4
6
Kika 5
7
Kika 6
8
Kika 7
9
Kika 8
10
Kika 9
11
Kika 10
12
Kika 11
13
Kika 12
14
Kika 13
15
Kika 14
16
Kika 15
17
Kika 16
18
Kika 17
19
Kika 18
20
Kika 19
21
Kika 20
22
Kika 21
23
Kika 22
24
Kika 23
25
Kika 24
26
Kika 25
27
Kika 26
28
Kika 27
29
Irza 1
30
Kika 28
31
Kika 29
32
Kika 30
33
Kika 31
34
Kika 32
35
Handa 1
36
Johanh 1
37
Kika 33
38
Kika 34
39
Handa 2
40
Handa 3
41
Handa 4
42
Handa 5
43
Handa 6
44
Johanh 2
45
Handa 7
46
Kika 35
47
Irza 2
48
Irza 3
49
Irza 4
50
Irza 5
51
Irza 6
52
Irza 7
53
Irza 8
54
Visual of Characters
55
Irza 9
56
Kika 36
57
Kika 37
58
Handa 8
59
Johanh 3
60
Johanh 4
61
Kika 38
62
Kika 39
63
Kika 40
64
Kika 41
65
Kika 42
66
Kika 43
67
Kika 44
68
Handa 9
69
Kika 45
70
Kika 46
71
Kika 47
72
Kika 48
73
Kika 49
74
Kika 50
75
Irza 10
76
Irza 11
77
Handa 10
78
Handa 11
79
Kika 51
80
Irza 12
81
Handa 12
82
Irza 13
83
Irza 14
84
Kika 52
85
Kika 53
86
Kika 54
87
Kika 55
88
Kika 56
89
Irza 15
90
Johanh 5
91
Johanh 6
92
Johanh 7
93
Johanh 8
94
Visual of Character 2
95
Kika 57
96
Kika 58
97
Irza 16
98
Irza 17
99
Irza 18
100
Johanh 9
101
Kika 59
102
Kika 60
103
Kika 61
104
Kika 62
105
Johanh 10
106
Johanh 11
107
Johanh 12
108
Kika 63
109
Kika 64
110
Kika 65
111
Kika 66
112
Johanh 13
113
Johanh 14
114
Kika 67
115
Irza 19
116
Irza 20
117
Irza 21
118
Irza 22
119
Irza 23
120
Johanh 15
121
Handa 13
122
Irza 24
123
Kika 68
124
Kika 69
125
Johanh 16
126
Kika 70
127
Johanh 17
128
Johanh 18
129
Johanh 19
130
Kika 71
131
Kika 72
132
Irza 25
133
Irza 26
134
Irza 27
135
Irza 28
136
Irza 29
137
Irza 30
138
Irza 31
139
Irza 32
140
Johanh 20
141
Kika 73
142
Kika 74
143
Kika 75
144
VISUAL TIME AGAIN
145
Handa 14
146
Handa 15
147
Episode Gabut
148
Irza 33
149
Julia 1
150
Julia 2
151
Julia 3
152
Irza 34
153
Irza 35
154
Irza 36
155
Julia 4
156
Julia 5
157
Julia 6
158
Julia 7
159
Pengumuman
160
Kika 76
161
Kika 77
162
Kika 78
163
Kika 79
164
Kika 80
165
Became a Lady
166
End of The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!