Perjalanan menuju Hotel terasa cepat mungkin karena kami menggunakan jalur bebas hambatan atau aku juga sempat tertidur. Sesampainya di hotel lokasi aku meminta bantuan driver untuk memapah Irza berjalan ke lobby.
Kunci kamar kudapatkan dari resepsionis setelah aku menyebutkan nama Irza Wismail & mendepositokan sejumlah uang sebagai jaminan. Masih dengan bantuan driver yang sama, kami memapah Irza menuju kamar hotel yang berada di lantai 7.
Koper & tas yang kubawa dijinjing oleh seorang petugas hotel sambil ia menunjukkan arah menuju kamar kami.
Setelah sukses meletakkan Irza di kasur king size, driver & si petugas hotel pamit undur diri meninggalkan aku yang ngos-ngosan & Irza yang menjajah seluruh area kasur.
Meskipun agak lelah namun aku tahu tugasku untuk mengurus orang sakit ini masih banyak.
Untuk awalan aku mengecilkan temperatur AC kamar. Selanjutnya aku menelepon room service untuk memesan makan malam kami berdua. Sengaja aku memesan bubur ayam untuk Irza berharap menu tersebut bisa mudah ia makan & membuat perutnya hangat.
Kemudian aku membuka koper Irza dengan niat mencari baju yang layak untuk dipakai tidur. Namun realita isi koper Irza tidak membuatnya menjadi mudah.
Tak kutemukan satupun baju tidur ataupun kaos. Hanya ada 2 kemeja, 1 kaos dalam, 2 boxer, 2 setelan jas beserta dasinya, 2 pasang kaos kaki & sebuah ikat pinggang cadangan.
Kemungkinan sejak awal Irza sudah berniat untuk pergi tidur dengan busana yang ia pakai kerja hari ini. Melihat isi koper yang di luar estimasiku membuaku geleng-geleng kepala sambil memandang Irza sambil mengelus dada berusaha sabar.
Aku mendekati Irza & memanggilnya untuk bangun agar bisa menggantikan bajunya dengan pakaian yang lebih kondusif.
"Kak.. Jaket & kemejanya dilepas. Supaya sirkulasi suhu badannya bagus." aku memberinya saran.
Irza bereaksi dengan membuka matanya beberapa mili lalu perlahan duduk & mulai membuka bajunya sendiri. Proses Irza membuka kancing satu demi satu terasa lambat sekali, mungkin karena dia melakukannya dengan kondisi antara sadar & tidak. Dan kelambatan itu malah membuatku tak sabar.
Aku menginisiatifkan diri untuk pergi dari lokasi untuk mengisi bantal kompres. Memberi kesempatan personal pada Irza untuk melucuti pakaiannya.
BUK..!
Baru beberapa menit aku mengisi bantal kompres dengan air dingin dari kulkas terdengar suara benturan benda tumpul yang keras. Aku reflek memandang ke arah suara yang lokasinya kelihatannya tak jauh dari tempat Irza terakhir kulihat.
Benar saja ternyata pria tersebut jatuh terjengkang dari tempat tidur dengan kepala di bawah & kaki sebagian berada di kasur. Aku seketika langsung menghampiri tubuh Irza yang kelihatannya jatuh dengan punggung atas terlebih dulu.
Berdasarkan pengamatanku nampaknya Irza jatuh karena kehilangan keseimbangan saat berusaha melepas celana panjangnya.
Di satu sisi aku ingin menertawakan kejadian konyol yang jarang terjadi ini, tapi di sisi lain ada rasa iba atas kemalangan yang dialami Irza yang selalu cool di hadapan semua orang.
Selain itu melihat kakak tiriku dengan penampilan hanya pakai kaos dalam tipis & boxer pendek membuatku jadi malu.
Entah Irza situasinya sedang sadar atau tidak yang pasti dia tak berkomentar apa pun. Dengan menurut ia mengikuti arahanku untuk merebahkan badan di kasur & membungkus diri dengan selimut. Aku meletakkan termometer di ketiaknya untuk mencari tahu seberapa parah sakitnya. Wajahnya terlihat semi merah & matanya sayup seperti orang mabuk.
Room service yang kutunggu membawakan makan malam datang. Aku mendekatkan kereta makan ke sisi tempat tidur.
"Kak.. Makan dulu.." aku menyuruhnya sambil mengecek termometer yang sudah mengeluarkan hasil cek suhu tubuh Irza. Tercatat nominalnya 37,8 celcius. Syukurlah tak terlalu tinggi demamnya.
Irza mengintip dari balik selimut yang menutupi hingga wajahnya.
"Nanti aja. Aku mau tidur bentar lagi." jawabnya lemah.
"Makanannya mumpung masih hangat. Trus minum obat. Setelahnya kakak boleh tidur sampai pagi." aku menawar.
Irza perlahan duduk. Gerakannya bagai film yang slow motion lalu bersandar di atas bantal & punggung tempat tidur. Mungkin memang dia merasa sangat lemas.
"Mau suapi aku..?" ucapnya pelan dengan nafas yang berat dan dangkal.
"Apa?!" aku reflek bertanya.
"Aku nggak mau makan kalau nggak disuapi.." kata Irza lirih sambil menatapku memohon.
"Kalo enggak, aku tidur lagi aja... "
Aku baru tahu kalau Irza yang biasanya dingin akan menjadi sangat manja saat sedang sakit. Selama ini dia jarang sekali sakit jadi aku tak begitu tahu tentang perubahannya yang ajaib ini.
Aku tertawa kecil dengan tertahan sebatas perut berusaha supaya Irza tak sadar bahwa aku menertawainya.
"Jahat sekali aku ditertawakan. Aku nggak mau makan..." Irza memalingkan muka & bersiap merosot untuk merebahkan diri lagi.
"I-iya! Maaf aku ngetawain! Ini aku suapin yahh.. Aaaaak~" aku langsung menyambar mangkuk bubur & mulai menyuapinya tanpa nego lagi.
"Kakak sudah nggak enak badan semenjak di kantor ya? Gitu kok nggak bilang? Kalau sampai tumbang kayak papa gimana?! Yang repot siapa coba??!" aku menyuapinya sambil mengomel.
Irza menganguk tanpa suara dengan mulut yang sibuk menelan makanan. Karena menunya bubur jadi bisa lebih mudah ia telan tanpa berlama-lama mengunyah.
Matanya antara setengah terpejam & saat berkedip pelan terlihat waktu menutupnya lebih lama daripada saat terbuka.
"Terus di sepanjang perjalanan juga pakai laptop terus. Padahal kan kalau naik mobil sambil lihat huruf kecil-kecil di layar bisa bikin pusing." aku masih melanjutkan omelanku.
"Jangan diulangi lagi ya!"
Sekali lagi Irza mengangguk patuh bagai bocah dimarahi gurunya. Masih dengan tanpa kata sanggahan apa pun.
Matanya malah nampak seperti memohon maaf yang membuat hati tak tega mengomeli lebih jauh. Seandainya hal ini kuceritakan pada Julia atau Putri mereka pasti tak akan percaya.
Irza yang selama ini selalu cool & tenang bagaikan Samudra Hindia kembali menjadi anak kecil yang polos. Irza yang seperti ini pun tak ada jeleknya.
Aku tersenyum geli di sela-sela prosesiku menyuapi Irza yang tak disangka makan dengan cukup lahap. Dengan selera makan seperti ini, aku yakin besok demamnya akan segera pulih.
"Aku kenyang..." Irza memberi tahu pelan. Dan memang bubur yang semangkuk tadi sudah hampir habis. Tinggal beberapa suapan saja.
Aku memberinya obat demam. Mengulurkan minum yang ia usahakan untuk diminum hingga habis. Selanjutnya kubantu mengoleskan balsam ke punggung & leher belakangnya agar tubuhnya lebih ringan.
Untunglah Irza hanya mengalami demam & lemas. Tidak sampai ada mual & berkurangnya nafsu makan. Biasanya kondisi sakit yang demikian relatif cepat pulihnya asalkan banyak istirahat, stay hydrated & jaga makan.
"Kak, aku pergi dulu ya." pamitku di dekat telinganya.Merasa tugasku sebagai perawat dadakan selesai, aku jadi lega.
Irza yang kukira sudah mulai tidur membuka mata dengan cepat, "Mau kemana?" tanyanya.
"Aku akan tidur di kamar sebelah. Besok kalau kakak masih lemas biar aku saja yang menggantikan tugas kakak visit ke pabrik tekstilnya." kataku sambil bersiap pergi.
Tiba-tiba aku merasa pergelangan tangan kiriku terikat. Ternyata Irza yang setengah bangkit dari tidurnya menggenggam dengan kuat.
"Jangan pergi.. Aku nggak mau sendirian.." rengeknya. Matanya yang biasanya garang & tajam seolah mampu memotong besi kini meredup sayu memandangku penuh pengharapan bagai anak kucing.
Melihat kakak yang merengek seperti ini aku jadi bingung. Di satu sisi situasi nggak biasa ini terlalu sayang untuk dilewatkan tapi juga aku merasa tak nyaman untuk tidur sekamar dengan kakak tiriku.
"Kika.." Irza memanggil saat aku masih bimbang memutuskan harus menetap atau tidak. Ia berbaring lagi dengan mata tertutup namun genggamannya di tanganku tak sedikit pun melemah.
"Maaf ya.. Aku pernah menciummu seperti itu.."
Hal yang tiba-tiba dibahas oleh Irza membuatku melupakan kebimbanganku berganti deguban tak biasa dalam jantungku. Diingatkan hal yang kukira seharusnya kulupakan namun susah & kusangka telah dilupakan oleh Irza karena tak pernah dibahasnya setelah kesalahpahaman kami selesai.
Aku memposisikan duduk di sisi kasur dengan tangan yang masih digenggamnya. Memandang Irza yang menutup matanya membuatku agak bingung apakah yang barusan dikatakannya sejenis mengigau atau atas sadarnya.
Sedikit ragu aku coba memancing, "Aku sebenarnya memahami apa yang kakak rasakan, tapi jujur saja masih ada rasa sakit hati karena kakak menciumku seperti itu." Aku mengatakannya setengah berharap mendapat jawaban dari Irza yang saat ini kelihatannya lebih jujur dari biasanya.
Karena aku tahu jika aku menanyakannya saat Irza kondisi normal ia akan tak mau menjawabnya entah kenapa & mendiamkanku seolah tersinggung.
"Apa aku sudah pernah bilang kalau aku cemburu? Bertahun-tahun aku tak melihatmu lalu menemukanmu bersama pria lain..."
"Saking marahnya rasanya ingin mencekik seseorang daripada mencium..." lanjutnya.
"Cemburu? Kenapa? Kak Johanh kan cuma teman. Teman yang suka ngegombal gitu deh. Kakak juga punya kan teman yang model begitu?" aku melanjutkan.
"Aku tak mau kamu disentuh laki-laki lain.. Sebelum aku pergi ke New York juga kamu & Johanh terlihat terlalu dekat." kata-kata Irza terus meluncur dengan lancar.
Matanya yang tertutup & tubuhnya yang berbaring lemah seolah Irza sedang dihipnotis & dimantrai untuk bicara sejujur-jujurnya.
"Kakak secemburu itu? Aku baru tahu kalau kakak ternyata se-sister complex itu.." komentarku sedikit sinis.
"Apa orang yang sister complex kalau cemburu pada adiknya sampai mencium paksa di bibir keras-keras?"
Irza terdiam sesaat. Nafasnya yang berhembus beraturan membuatku berpikir mungkin ia sudah terlelap.
"Aku... tak pernah menganggapmu sebagai adik.."
Jawabannya mengejutkanku.
"Maksudnya?" aku bertanya dengan dada berdesir menanggung rasa berat di hati.
"Apakah artinya selama ini Kak Irza memandangku sebagai orang asing sekalipun orang tua kita menikah?"
"Bukan..." ucapnya pelan. "Karena aku memandangmu sebagai pria yang memandang wanita.. Aku tak bisa menganggapmu sebagai adikku."
Aku memandang Irza terbelalak. Ada hipotesa yang otomatis keluar dari otakku saat Irza mengatakan kalimat terakhirnya. Dengan ragu aku bertanya hal yang sangat ingin kutanyakan saat ini.
"Apakah itu artinya Kak Irza punya perasaan cinta?" setengah tak percaya dengan kalimat berani yang baru saja terucap aku memandang Irza.
"Perasaan cinta yang mengandung nafsu pada lawan jenis?"
Pria tersebut tak menjawab meski kutunggu lama. Kelihatannya ia sudah benar-benar tertidur karena obat demamnya bekerja. Pertanyaanku yang terakhir tak sempat kudapatkan jawaban pastinya.
Aku tahu perlakuan baik Irza padaku semenjak aku bergabung di keluarga Wismail itu tulus & tidak mengada-ada. Namun ada rasa kecewa karena perasaanku yang tak tak sama dengannya.
Aku menganggap Irza sudah seperti keluarga sendiri meskipun tak ada hubungan darah. Tapi yang bersangkutan tidak memiliki rasa ikatan yang sama seperti yang kupikirkan. Malah justru ia menumbuhkan rasa yang lain.
Kekecewaan yang kurasakan ini terkalahkan oleh rasa serba salah. Setelah tahu perasaan Irza ini apa yang harus kulakukan?
Mungkin ini alasan mengapa Irza tidak mau benar-benar meladeni pembicaraan sejenis & memilih menghindar. Karena dia tahu setelah semuanya dikatakan tak ada jalan untuk kembali.
.
.
.
Pagi harinya, lebih tepatnya sesaat sebelum matahari terbit, aku sudah bersiap. Semalam aku tak bisa tidur karena menjaga Irza yang sedang sakit & sebagian besar karena pikiranku yang tak bisa tenang setelah percakapan ajaib semalam. Sofa hotel yang kutempati untuk berusaha terlelap, sekalipun nyaman, tetap tak bisa mengundang kantukku.
Irza masih tidur dengan lelap dan kelihatannya demamnya sudah turun. Nafasnya berhembus dengan ritme normal terlihat dari tempatku berdiri yang tak berani mendekat.
Penerbanganku mulai departed pukul 05.00, terlalu pagi untuk membangunkan Irza cuma untuk mengucap pamit.
Aku meninggalkan pesan di secarik kertas kuletakkan dekat smartphone nya yang mengabarkan bahwa aku menggantikannya visit ke pabrik tekstil sesuai jadwalnya hari ini & menyarankannya untuk beristirahat seharian.
Dengan langkah yang kuusahakan tegap aku melangkah menuju pintu kamar hotel & meninggalkan kakak tiriku sendirian di kamarnya.
Sejujurnya aku masih tak tahu harus bagaimana menyelesaikan hatiku & hati Irza saat ini. Kami saudara tiri selama belasan tahun, suka atau tidak. Rasanya tak pantas kalau menjalin hubungan yang lebih dari itu.
Lagipula perasaanku tak sama dengan Irza yang memandangku lebih dari saudara. Aku rasa untuk saat ini memang begitu & menurutku ini yang terbaik. Saat ini yang terpenting adalah mengembalikan kondisi keluarga kami menjadi sedia kala.
Semoga saat berikutnya tiba. Saat aku & Irza harus berkonfrontasi dengan ketidaksamaan perasaan kami. Semoga kami sudah siap menghadapinya.
.
.
.
.
.
.
Authors Note:
Authors Note:
Authirs Note:
Aku beri jeda dulu yah.
Di kesempatan ini aku akan kasi gambaran tentang hubungan antar karakter. Karena ini ada hubungannya dengan piramida dunia kerja jadi banyak bgt karakternya & dgn job yg beda-beda. Moga-moga bisa lebih jelas ngikutin alurnya, setelah tau ini siapanya siapa, dll.
***Wismail Family Tree***
👼 Liana * 👨 Djati + 👩 Mila * ayahKika
|| ||
😠 Irza ♥ Kika
………………………………
House Servant:
🙎 Lily (maid pribadi Kika)
🙎 Rosaly (maid pribadi Mila)
😌 Handa (mantan Butler)
👥👥 staff lainnya jg ada
***Wismail Workplace Tree***
👨 Djati (CEO, founder)
12 eksekutif utama:
👤 Yusuf (Engineering, next jd Sales exe)
😌Handa (Sekertariat & Humas)
👤 Lubi (Sales & Marketing, adiknya Djati)
👤 Badjabir (HRD)
👤 Kis (Quality Assurance)
👤 Latifa (Purchasing)
👤 Indra (Security)
👤 Darmanta (Sales & Marketing)
👤 Joni (Finance)
👤 Sahab (Production)
👤 Bachtiar (Production)
👤 Wayan (Tax & Legal)
Just join:
•😠 Irza (next CEO)
Gala (assistant)
•♥ Kika (next jadi Engineering executive)
....................................................
Yusuf (Engineering smartgadget)
|
Yudi (head leader)
Bima
Julia
Junet
Nakul
Dewa
Yani
👥👥other (insinyur kroco)
....................................................
Yusuf & Indra (in charge of IT security)
|
Karna (head leader)
Putri
👥👥 other (insinyur kroco)
......................................................
Badjabir (office healthcare)
|
Dini
👥👥 other (doctor & staff kroco)
👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥👥 (other workers juga ada)
💴💵💶💷Other Businessman:
VOA group (next CEO: 😎 Johanh Astin)
Tiger Group (CEO: Pak Sun)
Middle East (executive: Masrur)
PT Kolibri (CEO: Marianka - calon ex. Masrur)
The Winter Chain Hotel (executive: Luna)
PT Prime (CEO: Georg)
Richman (Pamungkas, Donna, etc)
***
Nah, segitu dulu yang kucatat di sini. Karakter penting lain pastinya masi ada. Tapi Karena belum pernah disebut jadi gak dimasukin dulu. 😊😊😊
***
Lead characters
.............................
BTW, seperti yg udah bisa diduga karakter utamanya ini ada 4 yak:
♥Kika
😠Irza
😎Johanh
😌Handa
Tapi mayoritas sudut pandang ada pada Kika sebagai female lead.
kalo para reader lebih suka Kika end up sama siapa?
BTW, tapi gak jaminan happy end yah. tergantung ntar kemana inspirasi membawaku. (duileh😂)
Kuuinclude kan juga time line story nya. Supaya reader lebih jelas, nggak bingung & terutama author yg mulai suka pikun 😂😂😂😂
kalo Ada yang merasa nemu plot hole tolong infokan. Saya Masi banyak kekurangan sebagai penulis. 🙇
Timeline:
-------------------
•Kika usia 12
Mila menikah dgn Djati Wismail
Usia Irza 15
Irza tahun pertama SMA
Usia Handa 22
Handa sbagai Butler tahun ke-2
Usia Johanh 18
Johanh tahun pertama kuliah
•Kika usia 20
Irza pergi ke US (prologue)
Usia Irza 23
Usia Handa 30
Handa sbagai exe tahun ke-4
Usia Johanh 26
Johanh sbagai exe tahun ke-1
•Kika usia 23
Kika kerja di Wismail (ch 1)
•Kika usia 24
present
thank you in advance & awalnya
..................................
anyway, Terima kasih pada para pembaca yang mengikuti serial ini. Novel ini digagas & ditulis sekitar 4 tahun lalu. Sempat nulis ampe sekitar 30 chapter pula. (Entah di mana chapter yg 20 ke atas kok pada ilang2).
Kutulis buat seneng-senengan yang dibaca oleh temen SMAku (walaupun cuma seekor tp pembaca tetap pembaca hehe)....
Konsep Wikid yg kupikirkan pada masa itu entah gimana sekarang malah jadi kenyataan *cough* 1m00 *cough*.
mungkinkah Sebenarnya kawan SMAku adalah penemu 1m00???
Hmmnn.... 😳😳😳😳😳
lokasi & bahasa
..............................
Kemudian untuk lokasi novel pastinya di negriku Indonesia yah. Tapi sengaja aku gak masukin nama kota biar terasa lebih universal (universal secara nasional) 😂. Terserah imajinasi reader aja.
Kalo mnrt reader situasi sesuai image di Jakarta ya silakan. ato mgkn ada yg merasa Johanh cocok jadi crazy rich surabayan juga gapapa dari sono. ato kalo ada yg berimajinasi Kika geulisnya kayak mojang Bandung ya silakan aja dianggap warga Sana. BEBAS.
Trus juga bahasanya aku pake bahasa yang Bahasa Indonesia setengah baku & setengah informal. dalam artian bukan pake elo-gue, karena emg supaya biar tidak terasa terlalu jekardah. Toh lokasi kejadian jg blm Tentu Di sana.. sekali lagi terserah imajinasi reader ajah.
Juga gak pake terlalu bnyk bahasa daerah. kecuali untuk karakter yang memang kusebutkan sifatnya merujuk pada karakter suku tertentu bakal pake bahasa percakapan asli daerahnya (sesekali doang pulak).
Sesekali ada bahasa inggrisnya lah ya. kan bahasa internasyenel... 😁😁 susah dilepaskan dari kebiasaan kaum pendidikan tinggi.
Nama karakter
..........................
Sengaja nama lead characters nya pakai Nama Indonesia biar kerasa lokal.
untuk nama2 eksekutif aku ambil dari nama-nama dosenku jaman kuliah di ITS dulu (kecuali Handa) wkwkwk.... Bahkan Djati juga nama dosenku.
trus nama2 engineer laki2 Aku comot namanya dari Pandhawa bersaudara, bahkan Karna kumasukin. kalo yg udah tau kisah aslinya di Mahabharata pasti ngerti kenapa si Karna juga ikutan.
lalu nama temen2nya Kika di kantor kuambil dari nama2 temen akrab jaman SMA. mostly kuambil dari beberapa suku Kata nama belakangnya.
Nama maid Di rumah Wismail Aku ambil dari mana bunga. Sejauh Ini cuma 2 yg baru kesebut. sisanya gak sempat dibahas...
sisanya namanya kukarang sendiri (Gala, Dodik, dll)
meskipun begitu kisah ini F.I.K.S.I. ya gaes. kesamaan nama tempat, kejadian & orang hanya kebetulan semata. 😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Eka PS
Dari puluhan judul novel online yg sdh sy baca, baru kali ini novel yg kasi timeline ...
Author yg bnr2 prepare buat bantu para pembaca mrmahami alur waktunya jg ... thumbssssss up ...
2021-04-16
1
Die-din
aih aih forbiden love beneran kn. instingku tepat...
2020-05-14
1
just.Ryn
4 tahun lalu cm seekor ya yg baca?
kucing kali...
2020-05-13
1