Jenar Ayu

Jenar Ayu

Was-Was

Adalah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, Ibu, satu putra dan satu putri, memutuskan untuk menghabiskan masa liburan sekolah putra putri mereka di sebuah vila mewah milik mereka.

Keluarga konglomerat itu menghabiskan hari pertama liburan mereka dengan penuh kegembiraan.

Mereka memutuskan tidak menyalakan televisi dan ponsel mereka karena mereka ingin, liburan mereka bisa membuat hubungan orangtua dan anak menjadi semakin akrab.

Namun, mereka tidak menyadari akan adanya bahaya. Mereka tidak mengikuti perkembangan berita yang mengabarkan bahwa seorang psikopat, pembunuh berdarah dingin berhasil melarikan diri dari penjara.

Psikopat dan pembunuh berdarah dingin itu, selalu memakai gergaji mesin dan topeng berwarna putih setiap kali dia menorehkan karya seninya.

Psikopat itu melarikan diri ke arah puncak dan bersembunyi di kebun teh yang berada tidak jauh dari vila mewah milik konglomerat muda yang tengah berlibur bersama istri dan kedua anaknya.

"Pa, kok belum tidur? Sudah jam sebelas lho ini" Istri konglomerat muda itu menghampiri suaminya yang masih duduk di teras depan vila mewah mereka.

"Iya. Ayo kita masuk dan tidur" Konglomerat muda itu mulai merasakan keanehan saat ia sayup-sayup mendengar suara gergaji mesin dan gonggongan anjing. Dia kemudian memeriksa gerbang depan dan berkata ke satpam penjaga Vilanya, "Kalau ada yang aneh, langsung hubungi pos polisi terdekat, ya, Pak"

Baik, Tuan" Sahut satpam itu

Lalu konglomerat muda itu melangkah ke teras depan untuk duduk sebentar dan istrinya kemudian menghampirinya.

Konglomerat muda itu bertanya ke istrinya, "Akamu dan Jenar udah tidur?"

"Sudah" Sahut sang istri.

Konglomerat muda itu memberikan nama yang unik untuk putra dan putrinya yang terlahir kembar, yang putra ia beri nama Akamu (artinya merah) Bagus Pramananta dan yang putri ia beri nama Jenar (artinya kuning) Ayu Pramananta. Akamu lahir lima menit lebih cepat dari Jenar, oleh karena itu, Jenar memanggil Akamu, Kakak.

Lalu, sepasang suami istri yang bernama Krisna dan Shinta itu, tertidur pulas dengan saling memeluk.

Hari kedua liburan keluarga konglomerat muda itu, dibuka dengan acara barbekyu di halaman belakang rumah mereka yang menghadap ke danau. Aroma barbekyu itu menggoda indra penciumannya si psikopat yang bersembunyi tidak jauh dari vila milik konglomerat muda itu, namun psikopat itu tidak berani mendekat saat ia melihat keamanan dan penjagaan di vila milik konglomerat muda itu sangat ketat.

Psikopat itu hanya bisa menatap dari kejauhan dan dari rerimbunan pohon di balik topeng putih kebanggaannya.

Krisna sang ayah, kembali mendengar suara anjing menggonggong dari kejauhan dan hatinya kembali dihinggapi perasaan was-was. Krisna langsung menggendong Akamu dan Jenar kemudian berlari masuk ke dalam rumah sambil berteriak, "Ma, kita masuk!"

Shinta bergegas mengikuti langkah suaminya sambil membawa di piring berisi daging barbekyu.

Krisna langsung menutup pintu belakang rumahnya saat Bi Ijah mematikan kompor khusus untuk barbekyu dan menyusul masuk ke dalam rumah.

Bi Ijah langsung melangkah ke dapur sambil membawa piring yang berisi sayuran dan ikan yang sudah dimasak dengan bumbu bakar.

Krisna menurunkan Akamu dan Jenar lalu berkata sambil menepuk pantatnya Akamu, "Ajak adik kamu ke ruang makan!"

Akamu langsung menggendong Jenar ke ruang makan.

Shinta sang istri, berdiri di depan suami tercintanya dan bertanya, "Ada apa? Apa kamu melihat sesuatu? Kenapa kamu tampak ketakutan tadi?"

Krisna mengelus rambut istri tercintanya, mencium pelipisnya Shinta, merangkul dan sambil mengajak Shinta berjalan ke ruang makan, ia berkata, "Nggak papa. Aku cuma merasa dingin dan aku nggak ingin kamu dan anak-anak masuk angin, jadi aku minta kalian segera masuk ke rumah tadi"

"Oh. Aku kira ada apa" Shinta menghela napas lega.

Akamu menagih janji ayahnya, "Yah, katanya mau ngajak aku dan Jenar mancing, kapan?"

Krisna menatap Akamu dalam diam. Dia meragu setelah kemarin petang dan pagi tadi, dia merasakan ada sesuatu yang patut diwaspadai ada di sekitarnya.

"Yah!"

Teriakan Akamu membuyarkan lamunannya dan Krisna secara refleks berkata, "Iya, nanti"

"Nanti? Kapan?" Tanya Jenar.

"Ayah masih capek. Nanti kalau Ayah udah nggak capek, Ayah pasti ajak kalian mancing" Sahut Shinta.

Akamu lalu merosot turun dari kursi makan, menggandeng Jenar untuk mengajak Jenar bermain di kamar, mereka karena, hujan tiba-tiba turun dengan sangat deras dan perasaan was-was di hatinya Krisna semakin menjadi-jadi.

Krisna lalu menelepon pos satpam melalui intern phone yang terpasang di tembok di dekat pintu masuk rumahnya, "Mang, di luar aman, kan?"

"Aman, Tuan" Sahut Mang Udin, nama satpam yang berjaga di pos satpam vila mewahnya Krisna.

Namun, kata aman yang meluncur dari mulut Mang Udin belum mampu membuat hati seorang Krisna Pramananta menjadi tenang.

Krisna akhirnya menyalakan ponselnya untuk mengubungi asisten pribadinya dan bertanya, "Apa di perusahaan lagi ada masalah?"

"Nggak Tuan. Semua aman" Sahut Alex, nama dari asisten pribadinya Krisna Pramananta.

Krisna menyusur kasar rambut lurus hitamnya dengan jari jemarinya dan bergumam lirih, "Semua aman, tapi kenapa perasaanku terus terasa nggak enak seperti ini? Ada pada sebenarnya?"

Krisna lalu menelepon pengacara pribadinya, penasehat hukum kepercayaannya, "Bro, surat warisan yang pernah aku minta kamu untuk membuatnya, apa udah beres?"

"Sudah dong. Walaupun aku heran kenapa kamu bikin surat warisan di usia kamu yang masih muda dan sehat bugar, tapi aku sudah siapkan semuanya" Sahut Handoko, nama dari pengacara kepercayaannya Krisna Pramananta.

"Aku hanya ingin menyiapkan semuanya dengan baik. Kita kan nggak tahu umur kita sampai kapan" Sahut Krisna.

"Jangan ngelantur Lo. Aku nggak suka tiap kali kamu ngomong kayak gitu" Sahut Handoko.

"Kalau sesuatu terjadi padaku, kamu tahu kamu harus apa, kan?" tanya Krisna kemudian.

"Iya, aku sudah tahu. Stop ngomong nggak jelas kayak gitu! Umur kamu tuh masih sangat panjang karena kamu orang baik, masih muda, dan sehat bugar" Sahut Handoko dengan nada kesal.

Krisna terkekeh geli dan berkata, "Makasih untuk doa kamu, Bro"

Krisna meletakkan ponselnya di meja kerja dia dan bergumam, "Semua sudah aman. Harusnya aku tenang, tapi kenapa perasaanku masih was-was kayak gini, ya?"

Keesokan harinya, cuaca kembali cerah dan sisa hujan semalam membuat hawa sejuk menyapa keluarga kecil yang bahagia itu. Akamu kembali merengek mengajak ayahnya untuk mancing.

Akhirnya Krisna berkata, "Oke. Kita berangkat sekarang aja mumpung masih pagi, jadi pulangnya nanti nggak kemalaman"

"Yeeeeaaayyy horeeeeee!" Akamu dan Jenar melompat tinggi dengan wajah riang.

Krisna menyiapkan mobil van besar sebagai kendaraan yang telah dimodifikasi dan bisa sekaligus menjadi tempat tinggal. Sedangkan Shinta menyiapkan bekal, minuman baju ganti dan semua yang mereka perlukan.

"Kenapa bawa koper besar itu, Ma?" Tanya Krisna.

"Siapa tahu kita pengen tidur di mobil Van ini dan menikmati pemandangan di pantai selama satu atau dua hari sebelum kita balik ke kota" Sahut Shinta.

Krisna tersenyum dan berkata, "Oke lah, aku akan menuruti apa kata Istri tercintaku"

Shinta mencium bibir Krisna lalu berkata, "Aku mencintaimu, Mas"

Krisna memeluk tubuh rampingnya Shinta dan mencium keningnya Shinta dan berkata, "Aku juga mencintaimu"

Saat Akamu dan Jenar masuk ke dalam Van, Krishna melepaskan pelukannya untuk mulai melajukan mobil Van mewahnya itu.

Satu jam kemudian, mereka telah sampai di pantai. Krisna memarkir mobil Van mewahnya di tempat yang nyaman walaupun ia harus merogoh kocek cukup dalam untuk membayar biaya parkirnya, tapi demi keluarga tercintanya, ia rela melakukan apapun.

Mereka kemudian turun dari dalam mobil Van dan mengeluarkan kursi lipat, mengeluarkan alat pancing lengkap dan mahal, lalu mereka mulai memancing.

Mereka berhasil mendapatkan cukup banyak ikan. Shinta kemudian memasak ikan itu dan Krisna mengajak anak-anaknya bermain bola sembari menunggu ikan bakar masakannya Shinta, matang.

Akamu saking semangatnya, ia menendang bola sangat tinggi dan bola itu terlempar cukup jauh dari tempat mereka bermain.

Akamu hendak berlari masuk ke dalam rimbunnya pepohonan tinggi nan liar dan Krisna langsung berteriak, "Akamu stop!"

Akamu menghentikan langkahnya dan menoleh ke ayahnya, "Tapi, Yah, aku masih ingin main bola"

"Kamu tunggu di sini! Biar Ayah yang mengambil bolanya" Krisna berlari kecil masuk ke dalam hutan kecil buatan manusia itu dengan tanpa berpikir panjang. Dia hanya ingin mengambil bola demi membahagiakan anak-anaknya.

Tanpa Krisna sadari, ia telah melangkah masuk cukup dalam. Dia juga tidak menyadari ada orang lain di sana, karena ia fokus mencari keberadaan bola miliknya. Saat kedua bola matanya berhasil menangkap bola miliknya, dia berlari kecil untuk memungut bola itu dan saat ia mendekap bola miliknya itu, ia mematung.

Krisna melangkah mundur dengan pelan saat ia melihat seorang pria memegang gergaji mesin berdiri di depan jasad wanita dengan kepala yang sudah terpisah dari raga. Bau amis darah segar menusuk hidungnya Krisna dan membuat Krisna Bergegas berbalik badan untuk berlari sekencang-kencangnya, namun karena panik, dia berlari ke arah yang berlawanan dengan tempat di mana mobil Van dan keluarganya berada.

Krisna semakin panik saat ia merasakan seseorang mengejarnya dan saat ia menoleh ke belakang, ia semakin panik. Pria bertopeng putih yang menenteng gergaji mesin berlari mengejarnya.

Terpopuler

Comments

Dian Endra

Dian Endra

cerita horor yang unik akun suka banget

2024-04-20

0

Dea

Dea

merinding disko bacanya tapi ingin tetap lanjut🥰

2024-04-17

0

fa _azzahra

fa _azzahra

ketar ketir ih baca nya,berani ngga ni aq nerusin.tp pennasaran

2023-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!