Fenomena Luar Biasa

Jaya Dwipa tidak bisa merasakan keberadaan bungkusan gaib yang ada di pojok mobil pickup-nya karena, Jenar yang dia gandeng tangannya, tiba-tiba menangis sesenggukkan.

Jaya Dwipa langsung menggendong Jenar dan segera berlari membawa Jenar masuk ke dalam rumah, lalu menurunkan Jenar di bangku kayu jati, kemudian ia berjongkok dan bertanya Ke Jenar, "Apa ular gaib tadi melukai kamu, Sayang? Mana yang sakit? Mana yang terluka?" Jaya Dwipa langsung panik sembari memeriksa wajah, lengan, siku tangannya Jenar dan kedua lutut kakinya Jenar.

"Jenar nggak terluka, kok, Eyang" Jenar berucap dengan masih menangis sesenggukkan.

Jaya Dwipa langsung mengusap air mata di kedua pipi Jenar dan bertanya dengan wajah sendu, "Lalu kenapa cuci cantiknya Eyang ini menangis?"

"Kak Akamu yang menangis. Jenar pasti ikutan menangis kalau Kak Akamu menangis. Eyang Kakung juga tahu soal ini, kan? Jenar bisa merasakan semua yang dirasakan sama Kak Akamu walaupun kami berjauhan"

Jaya Dwipa langsung mematung di depannya Jenar. Lalu ia bangkit berdiri, duduk di sebelahnya Jenar dan berkata sambil mengusap rambutnya Jenar, "Kenapa Kakak kamu menangis? Sebab ada tertulis bahwa di Surga sana, hanya ada kebahagiaan dan tidak ada tangisan ataupun kesedihan"

"Dan yang ada tangisan ataupun kesedihan itu di mana Eyang?"

"Adanya hanya di dunia fana ini, Sayangku" Jaya Dwipa masih mengelus rambutnya Jenar dengan penuh kasih sayang.

Jenar langsung menoleh ke Eyang Kakungnya untuk berkata, "Berarti Kak Akamu masih ada di dunia ini. Kak Akamu sudah turun dari Surga"

Jaya Dwipa kembali mematung dan bertanya-tanya sendiri di benaknya tentang keanehan yang Jenar alami.

Tiba-tiba supir pribadi dan anak buahnya yang mengurus usaha beras dan kacang panjangnya datang menghadap Jaya Dwipa dan berkata, "Saya akan mengirim semua beras ke toko-toko langganan kita, Pak"

"Iya, hati-hati ya kalian bawa mobilnya" sahut Jaya Dwipa.

"Baik Pak. Kami permisi" sahut supir pribadi dan anak buahnya Jaya Dwipa itu.

Jaya Dwipa mengantarkan supir pribadi dan anak buahnya sampai di depan mobil pickup. Jaya Dwipa merasakan aura negatif di sana dan segera memerintahkan anak buahnya untuk membantunya menurunkan kembali semua karung beras. Setelah semua karung beras diturunkan, semua melihat ada bungkusan kain yang aneh. Jenar langsung melompat ke gendongan eyang kakungnya untuk melihat ada apa di pojokan pickup itu.

Supir pribadinya Jaya Dwipa langsung membuka isi bungkusan itu dan langsung berteriak, "Astaga! Apa ini semua?!" ia kemudian melemparkan bungkusan itu ke tengah bak pickup dan seketika itu, Jenar merasa mual mencium wangi bunga bercampur amisnya darah ayam hitam. Jenar langsung merosot turun dari gendongan eyang kakungnya dan sejak itu, dia tidak menyukai bunga.

Jaya Dwipa langsung merapikan kain berisi kembang tujuh rupa dan kepala ayam hitam yang berdarah dan sudah mulai kering darahnya, lalu membungkus dan mengikatnya untuk dia bakar di halaman belakang rumahnya. Sementara itu, supir pribadi dan anak buahnya Jaya Dwipa menaikan kembali semua karung beras dan berangkat untuk mengirimkan semua karang beras itu ke pelanggan.

Dukun santet yang menunggu kabar celakanya Jaya Dwipa, hanya bisa menelan kekecewaannya. Karena, setelah berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan sampai berbulan-bulan, Jaya Dwipa tidak pernah mengalami celaka.

Tujuh tahun kemudian................

Jenar menyesali keputusannya ikut acara gathering kelulusan anak kelas enam SD di sebuah vila di Malang-Jawa Timur yang mana para wong samar yang ada di dalam vila tersebut tidak mengijinkan Jenar masuk ke dalam. Setiap kali Jenar ingin masuk ke dalam, Jenar terpental dan langsung merasa mual, pusing, dan muntah-muntah.

Jenar akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar vila dan menuju ke arah timur dari bangunan utama yang ada di pekarangan luas vila tersebut dan beberapa menit Kemudian, Jenar berada di dalam sebuah ruangan sempit dengan penerangan yang seadanya. Dia bisa merasakan kelembaban ruangan itu. Dia mendongakkan wajahnya ke atas dan melihat banyak sekali anak tangga di atasnya, anak tangga itu terbuat dari besi yang sudah mulai berkarat. Ada tulisan lift khusus barang di samping anak tangga itu namun, sepertinya lift tersebut sudah lama tidak digunakan karena, pintu lift tampak sangat kotor dan bau amis dari besi yang berkarat menusuk hidungnya Jenar. Tombol lift yang tertanam di dinding juga sudah berjamur dan terbelenggu sarang laba-laba. Jenar biasa merasakan ada sepasang mata tidak biasa tengah mengawasinya. Namun, Jenar tidak berani naik lewat tangga maupun lewat lift khusus barang. Bukan karena takut akan wong samar yang sering menampakkan diri secara dadakan di depannya, tapi lebih khawatir akan kelayakan pakai lift khusus barang dan anak tangga yang mulai berkarat itu.

Sepasang bola mata menatap Jenar dari lantai atas dan di saat Jenar ingin melangkah naik, Jenar yang bersekolah di SD negeri, memiliki guru yang mengampu pelajaran agama Hindu dan dia tersentak kaget saat guru agama Hindu itu, menepuk pundaknya dan bertanya, "Kenapa kamu malah ke sini, Jenar? Kenapa kamu nggak masuk ke vila?"

Jenar menoleh ke guru agama Hindu itu dan berkata, "Saya, tidak diijinkan masuk oleh penunggu vila, Bu"

Ibu guru yang mengampu mata pelajaran agama Hindu di SD negeri tempat Jenar menimba ilmu, bisa melihat kejujuran di kedua bola matanya Jenar. Ibu guru berwajah bulat, bertubuh tambun dan pendek itu, kemudian tersenyum dan berkata, "Ibu akan menggandeng tangan kamu dan melindungimu. Ayo, kita masuk ke dalam"

Berkat perlindungan dari ibu gurunya, Jenar berhasil masuk ke dalam vila tanpa merasa pusing, mual dan muntah-muntah lagi, dan dia bisa mengikuti semua kegiatan yang diselenggarakan dengan baik sampai malam tiba, waktunya bagi semua murid berkumpul di aula untuk melakukan sesi perpisahan kelas enam di depan api unggun yang dilaksanakan di halaman belakang vila tersebut.

Toba-Tiba, Jenar melihat sekelebat bayangan anak kecil berlari kencang bak angin topan, mengitari teman-temannya. Angin tersebut menjadi sangat kencang dan sontak membuat bulu kuduk Jenar mulai berdiri dan tiba-tiba , teman Jenar yang duduk di ujung timur, berteriak, "Arrrrgghhh!" Lalu temannya Jenar itu bangkit berdiri dan tiba-tiba merangkak sembari mengaum kencang seperti seekor harimau. Beberapa detik kemudian, dia berlari kencang dengan merangkak mengitari semua temannya. Setelah itu, semua temannya Jenar ikutan melakukan hal yang aneh setelah siswi yang dirasuki oleh arwah harimau itu mengitari mereka semua dengan cepat seperti angin pusaran beliung. Semua temannya Jenar akhirnya kesurupan dan mereka semua mulai melakukan bermacam-macam tingkah aneh.

Melihat fenomena luar biasa, di luar akal sehat manusia itu, Jenar langsung menaikkan kedua alisnya ke atas lalu menarik rahang bawahnya selebar-lebarnya dan seketika itu pula bulu kuduknya Jenar berdiri semua.

Seluruh guru agama mulai dari agama Islam, Hindu, Budha, Khatolik, Kristen dan Khonghucu, yang ada di SD negeri tempat Jenar bersekolah, sontak berlari dan langsung berpencar untuk menangani semua murid mereka yang kerasukan. Guru-guru yang mengampu mata pelajaran lain selain agama, yang tidak kesurupan pun ikut membantu untuk menangani murid-murid mereka yang mulai berteriak dan bertingkah aneh.

Temannya Jenar yang berubah menjadi seekor harimau, mendekati Jenar. Jenar adalah siswi paling akhir yang didekati oleh siswi yang bertingkah laku aneh mirip harimau itu. Teman Jenar yang sudah berubah mirip dengan harimau itu tiba-tiba jongkok dengan kedua tangan di depan badan, siku ditekuk, dan pandangan ke depan, melotot ke Jenar dengan sangat menakutkan. Selanjutnya, pandangannya berubah ke atas bersamaan dengan gerakan loncatan dan dia menerkam Jenar.

Jenar jatuh rebah di atas rumput dengan temannya yang terus mengaum seperti harimau itu ada di atas badannya Jenar dan terus mengaum dan melotot menakutkan.

Jenar langsung memejamkan kedua matanya dan berdoa dan Jenar bisa mendengar suara erangan kesakitan dari temannya yang sepertinya kerasukan arwah harimau. Lalu temannya Jenar jatuh pingsan di samping tubuhnya Jenar. Jenar sontak membuka kedua kelopak matanya dan berteriak ke salah satu guru untuk membantunya membawa temannya yang telah pingsan itu, masuk ke dalam vila.

Jenar lalu bangkit berdiri dan membantu guru-gurunya untuk menangani teman-temannya yang masih kesurupan. Semua guru menatap Jenar dan walaupun hanya Jenar murid mereka yang tidak kesurupan, mereka tetap bernapas lega, paling nggak, ada satu murid mereka yang selamat dan tidak kesurupan.

Rigel, sudah menelurkan karya seni kembali dan selama tujuh tahun belakangan, dia berubah semakin brutal. Dia bertindak berdasarkan keinginannya untuk mulai mengoleksi karya seninya. Dan selama tujuh tahun belakangan, dia sudah memenuhi lemari es khusus yang ada di ruang rahasianya, dengan telinga kanan dan kiri, kuku dari ke sepuluh jari yang berbeda, jari kelingking, jari jempol, telapak kaki kiri dan kanan, telapak tangan kanan dan kiri, dari semua korban kebiadabannya. Semua koleksinya itu dari jasad yang berbeda. Hanya satu yang belum dia koleksi, yakni kepala orang.

Terpopuler

Comments

Syhr Syhr

Syhr Syhr

enak banget yang punya eyang.

2022-10-09

0

Ufika

Ufika

serem benget

2022-07-21

0

Santai Dyah

Santai Dyah

keren

2022-07-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!