Menegang

Saat eyang kakungnya Jenar mendekati Jenar, makhluk jahat penghuni boneka bayi itu menghilang. Boneka bayi itu tampak layaknya sebuah boneka di depan matanya eyang kakungnya Jenar.

"Lho, kok ada boneka bayi di sini?" Eyang kakungnya Jenar menatap cucu perempuan terkasihnya dengan wajah penuh tanda tanya.

"Iya, Eyang. Tadi pas pulang dari beli garam, Om yang di ujung jalan, kasih boneka ini ke Jenar "

Eyang kakungnya Jenar menyentuh lalu mengangkat Bonek bayi yang mirip sekali dengan bayi manusia dan eyang kakungnya Jenar bernapas lega karena ia, tidak menemukan ada wong samar di dalam boneka bayi itu.

Eyang kakungnya Jenar lalu tersenyum ke Jenar, mengusap pucuk kepalanya Jenar dan sambil meletakkan. boneka bayi itu di sampingnya Jenar, ia berkata, "Eyang senang kamu akhirnya punya mainan, jadi nggak murung terus sepanjang hari"

Jenar tersenyum lebar dan saat ia ingin menceritakan kepintaran dan kecanggihan boneka bayinya, ia langsung menahan dirinya karena, teringat akan janjinya pada boneka bayinya bahwa percakapan mereka yang terjadi beberapa menit yang lalu adalah rahasia mereka berdua dan orang lain tidak boleh tahu.

"Ada apa? Sepertinya Jenar ingin cerita sesuatu ke Eyang?" tanya Sang Kakungnya Jenar dengan senyum penuh kasihnya.

"Nggak, Eyang. Nggak ada, kok" Sahut Jenar dengan cepat.

Eyang kakungnya Jenar kemudian tersenyum dan mengajak Jenar makan. Jenar yang terbiasa manja dengan mama, ayah, dan saudara kembarnya, kembali murung dan bertanya ke ayng Kakungnya, "Mama, Kak Akamu, dan Ayah, sebenarnya ke mana sih, Eyang? Kok mereka nggak ke sini jemput Jenar?"

Eyang kakungnya Jenar menghela napas sedih dan prihatinnya atas kemurungan dan kematangannya Jenar, lalu ia berkata, "Ayah kamu, Mama dan Akamu sudah tenang di Surga. Suatu saat nanti, kita akan berjumpa.kembali dengan mereka, tapi tidak bisa dalam waktu dekat ini"

"Lalu kapan" Tanya Jenar.

"Kamu lihat bintang di angkasa sana?" sahut eyang kakungnya Jenar.

Jenar menatap langit malam yang tampak dari jendela dapur eyang Kakungnya dan mengangukkan kepalanya.

"Kalau kamu kangen sama mereka, kamu bisa berdoa sambil menatap langit malam. Dan lihatlah bintang-bintang, anggaplah bintang-bintang adalah cahaya mata dari mama, ayah dan Akamu yang tengah menatap kamu di gelap dan sunyinya malam"

"Kalau Jenar rindu sama Mama, Ayah, dan Kak Akamu pas pagi dan siang hari gimana?" Tanya Jenar masih dengan wajah yang murung.

"Kamu bisa.merasakan angin, kan? Kalau kamu rindu mereka di pagi dan siang hari, rasakanlah belaian angin dan anggap kalau Mama, Ayah, dan Akamu, tengah membelai kamu. Eyang juga begitu saat Eyang merindukan Eyang Putri kamu dan sekarang kerinduan Eyang pun bertambah. Eyang juga merindukan Mama, Ayah, dan Akamu " Sahut eyang kakungnya Jenar dan Jenar langsung tersenyum dan melompat ke dalam pelukan eyang kakungnya sambil berucap, "Terima kasih Eyang. Eyang, memang yang terbaik"

Eyang kakungnya Jenar terkekeh geli dengan menitikkan sedikit air mata. Karena sesungguhnya dia pun masih merasa sangat sedih kehilangan menantunya, putri tunggalnya, dan cucu laki-lakinya yang tampan dan sangat cerdas.

Eyang kakungnya Jenar mengelus pucuk kepalanya Jenar sambil berkata, "Dan di dalam kondisi apapun, sedih, bahagia, ataupun takut, jangan lupa berdoa. Setiap detik, setiap waktu, dan setiap hari berdoalah, jangan lupakan itu, oke, Sayangku?"

Jenar menarik diri dari pelukan eyang kakungnya, lalu menatap eyang kakungnya dan berkata, "Oke, Eyang Kakung"

Eyang kakungnya Jenar tersenyum penuh kasih laku bertanya saat ia melihat Jenar mulai menyendok sayur bayam masakannya, "Enak tidak masakan Eyang Kakungmu ini?"

"Enak. Mirip sama masakannya Mama dan Jenar suka" Jenar tersenyum ke Eyang Kakungnya.

Malam pun tiba. Jenar meninggalkan boneka bayinya di bangku kayu jati yang ada di sudut rumah joglo eyang kakungnya karena, kamar dan ranjang kakeknya sempit jika harus dipakai tidur dengan memeluk boneka bayi itu.

Dan di saat boneka bayi itu tergeletak sendirian di ruang tamu, di atas bangku kayu jati, wong samar penghuni boneka bayi itu kembali masuk ke dalam medianya dan memulai aksinya karena, kekecewaannya kepada Jenar. Dia menganggap kalau Jenar sudah menelantarkannya.

Dia mulai mengeluarkan suara haduh seperti menarik meja kayu jati yang berat sehingga tarikan itu menimbulkan suara yang cukup keras dan membuat Jenar yang masih belum pulas tertidur langsung membuka kedua kelopak matanya dan kedua bola matanya langsung membeliak kaget saat ia kembali mendengar suara gaduh di luar kamar.

Jenar mendengar suara grek! grek! grek! cukup keras, dan kedua alisnya terangkat ke atas saat ia kemudian, mendengar suara mainan bayi, krincing! krincing! krincing!

Setelah itu, Jenar mendengar suara musik khas yang biasanya ada di kereta dorong bayi, lagu, a,b,c,d,e,f,g, berkumandang cukup keras di luar kamar dan sayup- sayup terdengar bunyi bayi tengah terkekeh geli disusul bunyi lolongan anjing yang cukup memilukan.

Jenar yang belum mengenal dengan baik apa itu rasa takut, bangun untuk duduk di atas ranjang untuk beberapa saat. Kemudian, gadis kecil berambut lurus dan hitam itu melompat turun dari atas ranjang karena, rasa penasarannya mengalahkan segala rasa yang ada di hatinya. Dan saking penasarannya, Jenar lupa membangunkan eyang kakungnya. Jenar membuka pintu kamar dan saat ia melangkah keluar, pintu kamar tiba-tiba menutup rapat dan ia mendengar suara, "Jenal, ayok belmain denganku!"

Jenar merasakan aura aneh dan memutuskan untuk berputar badan untuk membuka pintu kamar, tapi boneka bayi itu tiba-tiba berdiri di depan pintu dan berkata, "Jenal, ayok bermain denganku!"

Jenar melangkah mundur dengan alis terangkat dan berkata, "Kamu menakutkan saat ini. Aku nggak mau bermain denganmu lagi" Jenar terus melangkah mundur dan boneka bayi itu langsung melompat untuk menggelungkan lengan mungilnya di lehernya Jenar sambil tertawa kencang, "Hihihihihihi! Hihihihihi! Tapi, aku mau belmain cekalang Jenal! Hihihihihihi!"

Jenar mulai merasakan ketakutan dan kecemasan. Tubuh menegang, keringat dingin bercucuran, tangan dan kaki tiba-tiba terasa dingin. Jantung Jenar pun berdebar kencang saat ia tiba-tiba dipeluk erat lehernya oleh boneka bayi itu dan saat ia tiba-tiba melihat sekelebat, lewat seekor kucing berwarna hitam dari arah dapur ke pintu depan. Terdengar pula suara kucing saling kejar-kejaran dari arah pintu depan. Heran, kaget, shock, semua jadi satu.

Kemudian muncul respons fight-or-flight di benak Jenar. Fokus perhatian Jenar menjadi semakin tajam, tubuh gadis kecil yang masih berumur lima tahun itu menegang dan bersiap untuk melakukan suatu tindakan. Pada saat tersebut, tubuh Jenar membeku sesaat dan tidak dapat bergerak. Penglihatan Jenar menajam dan seketika itu pula ia mengangkat kedua tangannya ke atas untuk mengurai gelungan lengan boneka bayi di lehernya dan setelah mengerahkan seluruh tenaganya, Jenar berhasil melepas gelungan lengan boneka bayi di lehernya dan dengan cepat ia melempar boneka bayinya ke belakang badannya dan dia berlari ke pintu kamar. Jenar menggedor pintu kamar itu saat ia menemukan pintu kamar eyang kakungnya terkunci.

Tiba-tiba Jenar berteriak kesakitan, "Aaarrrghhh!!!!" Saat rambut hitam panjang sebahunya dijambak dari belakang dan ia kembali mendengar suara tawa seorang bayi, "Kikikikikik!!!!! Kikikikikik!!!!!!! Kau akan menemaniku di jurang maut terdalam, Jenal!!!!!!" teriak boneka bayi itu.

Terpopuler

Comments

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Pingin pipis kalau ketemu seperti ini....🙀🙀

2022-09-27

0

Peri_Atri

Peri_Atri

gasss

2022-08-13

0

Spyro

Spyro

Eyang ayo bangun! Tolongin cucumu ...

Serem amt thor bonekanyaa
Seketika langsung keingat chucky,, untung gk pena nyimpen boneka di ruma😖

2022-07-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!