Antares dan Pertanyaannya

Jenar Ayu ditemukan pingsan di halaman luas sebelah timur vila oleh guru pelajaran agama Hindu. Ruang sempit dengan lift dan anak tangga di dalam bangunan tua berlantai dua, telah lenyap kala Jenar membuka kedua kelopak matanya.

Jenar bangkit berdiri sambil menggenggam erat tangan Bu Shinta, guru agama Hindu. Jenar langsung dipeluk oleh gurunya itu, "Untunglah kamu nggak papa, Jenar. Dari awal Ibu sudah merasakan keanehan di tempa ini dan Ibu tahu kalau kamu punya bakat spesial, sama seperti Ibu. Oleh karena itu, Ibu terus mengawasimu. Maaf kalau Ibu datang terlambat"

Jenar tersenyum saat ia dipeluk oleh seorang Ibu yang memiliki nama sama dengan almarhum Mamanya, Shinta.

Jenar lalu melepaskan diri dari pelukan ibu gurunya itu dan bertanya sambil menoleh ke belakang, "Bangunan berlantai duanya udah nggak ada, Bu?"

Ibu gurunya Jenar menganggukkan kepalanya dan berkata, "Yang bisa melihat bangunan selain vila utama, hanya kita berdua, Jenar"

Jenar memutar kepalanya untuk menatap ibu gurunya dan bertanya kembali, "Jadi, Ibu senasib dengan saya?"

Ibu gurunya Jenar tersenyum geli mendengar kata senasib, lalu ia berucap, "Iya, kita senasib. Kita harus bersyukur karena, nasib kita ini membuat kita menjadi lebih kuat, dewasa, dan berani. Asal kita dekat dengan Tuhan, kita akan selalu dilindungi oleh Tuhan"

Jenar menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Lalu ia kembali ke vila utama bersama dengan gurunya itu.

Ibu guru yang mengampu pelajaran agama Hindu itu kemudian meminta ijin ke kepala sekolah untuk mengantarkan Jenar pulang lebih awal karena, Jenar baru saja ditemukan pingsan dan kepala sekolah langsung memberikan ijinnya.

Jenar diantarkan pulang oleh ibu gurunya yang bernama Shinta dengan berjalan ke halte bus. Mereka naik bus umum untuk kembali ke desa Pelem. Tidak begitu lama sebuah bus menghampiri mereka dan mereka tidak berpikir panjang, mereka langsung melompat naik ke bus itu. Mereka berpikir bus itu pasti akan mengantarkan mereka dengan aman dan selamat sampai ke desa pelem karena, bus itu lewat di jalur Malang-Pare.

Jenar langsung menoleh ke gurunya saat ia menemukan hal aneh di dalam bus itu. Semua penumpangnya menutupi wajah mereka. Ada yang menutupinya dengan memakai koran, majalah, buku, tas, topi, tudung sweater, kaos, pokoknya semua penumpangnya menutupi wajah mereka. Supir busnya pun memakai masker, topi bundar besar berwarna hitam dan menyetir bus dengan terus menunduk Bulu kuduk Jenar langsung berdiri dan rasa dingin yang tidak biasa, langsung menyergap tubuhnya.

Ibu gurunya Jenar yang bernama Shinta hanya tersenyum lalu berbisik, "Simpan semua tanya kamu dan diam saja untuk saat ini Jangan lupa untuk terus berdoa sesuai dengan keyakinan kamu" Shinta kemudian menatap ke depan dan diam mematung.

Jenar kemudian mengalihkan pandangannya ke depan dan diam membisu dengan tanya di dalam benaknya. Sebuah tanya yang belum Jenar dapatkan jawabannya, membuat Jenar terus berdoa di dalam hatinya sambil melihat ke penumpang bus yang ada di dekatnya dan dia masih melihat semua penumpang itu menutupi wajah mereka.

Kondektur bus kemudian mendekati Jenar dan Shinta, Kondektur bus itu meminta uang ongkos bus dengan menundukkan wajahnya. Kondektur bus itu juga menutupi wajahnya di balik topi bundar besar yang terbuat dari anyaman dan rasa dingin tiba-tiba menyergap Jenar dan membuat Jenar menggigil tanpa sebab.

Shinta menyerahkan uang ongkos bus ke kondektur itu dan ia menerima dua buah tiket bus sebagai gantinya. Shinta langsung menjejalkan dua buah tiket bus itu begitu saja ke dalam tasnya. Lalu dia diam membisu Dia tidak berani berbicara karena, takut salah bicara dan dia takut kalau ia mengeluarkan suara, para penumpang bus yang tidak biasa itu akan bereaksi dan mengakibatkan hal buruk yang tidak ia inginkan menimpa dirinya dan Jenar.

Shinta tetap diam membisu sembari terus menggenggam tangan mungilnya Jenar walaupun tengkuknya terus merasa kedinginan, seluruh tubuhnya merinding, dan dia mulai sedikit menggigil, tapi dia terus mematung dan berdoa di dalam hatinya sesuai dengan keyakinannya.

Setelah turun dari atas bus, mereka menoleh ke belakang dan bus itu langsung lenyap dari pandangan mereka. Jenar dan Shinta lalu bersitatap dan Shinta langsung tersenyum dan berkata, "Sepertinya Kita naik bus yang tidak biasa. Untunglah kita diantarkan dengan selamat sampai ke tujuan. Mereka ternyata hanya ingin kita lapor ke polisi kalau bus yang baru saja kita tumpangi tadi, kecelakaan dan semua penumpangnya meninggal" Bisik ibu gurunya Jenar.

Tukang becak motor yang sedang bersantai di atas becak motornya langsung melompat turun dan langsung melempar tanya, "Ka.....kalian muncul darimana?"

Jenar mengerutkan alisnya dan bertanya, "Bapak tidak melihat bus yang kami tumpangi barusan?"

"Bus? Kok aneh, ya? Apa saya melamun ya tadi? Tapi perasaan, saya nggak melamun. Kok. Tapi, kok saya nggak melihat dan mendengar ada bus berhenti,ya? Kalau lewat dan berhenti di depan saya, pasti saya langsung melompat turun untuk mencari penumpang karena, Kalau misalnya saya melamun, saya pasti akan langsung sadar kalau dengar suara bus. Suara bus, kan kenceng" sahut tukang becak motor itu dengan raut wajah kebingungan dan dia mulai menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal.

Shinta tersenyum dan langsung berkata, "Lupakan saja, Pak. Emm, Bapak bisa antarkan kami ke kantor polisi terdekat?"

"Bisa. Tentu saja bisa. Tapi, emm, kalian manusia, kan? Bukan hantu? Emm, maaf kalau saya ingin memastikannya dulu karena, kalian berdua tiba-tiba saja muncul di depan saya dan Non kecil ini bilang kalau ada bus. Padahal, sumpah! Saya nggak lihat ada bus berhenti dari tadi" sahut tukang becak motor itu dengan ekspresi wajah yang mulai sedikit ketakutan.

Shinta tersenyum lebar, lalu berkata, "Saya dan murid saya ini manusia, Pak. Bukan hantu. Bapak lihat, kaki kami menapak di aspal, kan?"

Tukang becak motor itu langsung melihat kedua kakinya Shinta dan Jenar dan dia langsung tersenyum lega dan sambil mengelus dadanya, dia berkata, Ah, syukurlah kalian manusia dan bukan hantu. Ayo kalau gitu, silakan naik ke becak motor saya, saya akan antarkan ke kantor polisi terdekat"

Sesampainya di depan kantor polisi, Shinta meminta tukang becak motor itu menunggunya. Lalu Shinta mengajak Jenar masuk ke dalam kantor polisi dan dia mengeluarkan dua lembar tiket bus dari dalam tasnya. Tiket yang beberapa menit yang lalu tampak mulus dan bersih, saat ia keluarkan dari dalam tasnya, tiketnya berubah kucel dan ada bekas darah kering di kedua lemari tiket bus itu

Petugas kepolisian yang duduk di depannya Shinta dan Jenar, langsung bertanya, "Darimana kalian dapatkan tiket bus ini? Bus ini sudah dua bulan ini hilang dan akhirnya pemilik bus ini mengganti nama PO mereka biar tidak kena sial lagi. Lalu, kenapa kalian bisa dapatkan lagi tiket bus dengan nama ini? Dan kenapa toketnya ada bekas darah kering?"

"Kami baru saja naik bus itu di halte dua ,jurusan Malang-Pelem. Kemungkinan bus itu jatuh di jurang sekitar situ, Pak. Coba Bapak cari. Atau bisa jadi, bus itu masuk ke dalam sungai, makanya sampai dua bulan nggak bisa ditemukan keberadaannya" Sahut Shinta.

Petugas kepolisian itu langsung merinding dan menautkan alisnya di depan Shinta dan Jenar di saat ia melihat dan mendengar hal di luar nalar itu. Dia kemudian berkata, "Baiklah. Saya percaya dengan kalian karena, saya lihat kalian orang baik dan jujur. Saya akan menindaklanjuti laporan tidak masuk akal ini dan saya minta nomer ponsel Anda. Jika terbukti kata-kata Anda benar, saya akan menelepon Anda untuk berterima kasih"

Shinta mengisi formulir data dirinya, lalu ia pamit. Shinta lalu naik becak motor kembali dan mengantarkan Jenar pulang dan menyerahkan. Jenar dengan selamat ke eyang Kakungnya Jenar.

Istri Rigel tertegun saat Antares putra tunggalnya dengan Rigel menanyakan hal yang sebelumnya belum pernah Antares ungkapkan. Antares yang sudah berumur dua belas tahun, akhirnya berani menanyakan hal yang ia rasakan selama tujuh tahun belakangan, "Ma, kenapa sejak Antares menerima transplantasi jantung, Antares selalu takut melihat Papa. Antares juga sering merasa sedih setiap kali menatap kedua bola.matanya Papa. Kenapa, Ma?"

Terpopuler

Comments

Srie Sifa

Srie Sifa

jgn bilang klo itu jantung Akamu,mknya Jenar BS merasakan apa yang Antares rasakan (karena jantung Kamu ada d dlm tubuh Antares)

2024-04-18

0

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Pertanyaan ini membuat aku deg-degan

2022-10-11

0

Spyro

Spyro

Kalo aku jdi Jenar mungkin ud pingsan di bus 😶 Susah ya kalau punya indra spesial spt Jenar dan Bu Sinta..bner2 hrus kuat mental..

Nah Antares dpt donor dri korbannya Rigel?

2022-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!