Tolong!

Hanya di dalam hitungan detik, nyawa Maria akhirnya melayang dan Rigel langsung membopong Maria. Rigel melesat berlari kembali ke pintu yang menuju ke ruang rahasianya.

Setelah sampai di ruang rahasianya, Rigel merebahkan Maria di atas meja operasi. Dia membersihkan tubuh Maria di sana dan membalsem tubuhnya Maria. Rigel melakukan itu semua karena, jauh di dalam dasar hatinya, dia merasa tidak bisa.berpisah jauh dari Maria.

Setelah membalsem Maria, Rigel kembali naik ke atas dan mengunci rapat pintu yang menutup ruang rahasianya, lalu ia berjalan ke kamarnya Antares. Di tidur di sebelahnya Antares malam itu.

Keesokan harinya, Lintang ikut eyang kakungnya dan teman eyang Kakungnya yang adalah seorang polisi, ke rumah bercat merah yang membuka bengkel.

Mobil pickup eyang kakungnya Jenar yang dikemudikan sendiri oleh eyang kakungnya Jenar melintasi pom bensin yang ada di dekat patung Garuda dan eyang kakungnya Jenar tiba-tiba melihat ada seorang kakek tua menyeberang jalan dan kakek tua itu langsung menoleh ke eyang Kakungnya Jenar dengan wajah meringis menakutkan.

Eyang kakungnya Jenar langsung menyalakan lampu Hazard mobilnya dan membiarkan kakek itu lewat. Namun, kakek itu tiba-tiba melesat terbang ke kaca mobilnya, meringis menakutkan, lalu menghilang.

Tiba-tiba terdengar bunyi brak! cukup keras. Teman eyang kakungnya Jenar yang berprofesi sebagai polisi langsung menoleh ke belakang dan mengumpat kesal, "Sial! Kenapa mobil di belakang menabrak bagian belakang mobil kamu? Kurang ajar bener dia. Aku akan bikin perhitungan sama dia dan ......."

Di saat eyang kakungnya Jenar melihat temannya hendak melompat dari dalam mobil pick-upnya, Eyang kakungnya Jenar langsung menahan lengan temannya sambil berkata, "Jangan turun! Biarkan saja! Dia pasti juga kaget karena, aku mengerem mendadak mobilku ini"

"Kau itu terlalu baik hati, Jaya!" Sahut temannya.

Eyang kakungnya Jenar tersenyum lebar, lalu ia meminggirkan mobilnya saat mobil di belakangnya dan mobil yang lainnya mulai membunyikan klakson mereka.

Eyang kakungnya Jenar segera keluar dari dalam mobil pick-upnya dan turun dari dalam mobilnya untuk berkata, "Maafkan saya" ke beberapa pengguna jalan di pagi hari itu yang melintasinya.

Beberapa orang di pom bensin menoleh ke mobil pick-up eyang kakungnya Jenar dan mereka menghela napas lega karena, mobil dan penumpangnya baik-baik saja.

Tukang tambal ban yang ada di pinggir jalan dan hanya buka dari jam delapan pagi sampai jam empat sore itu, menyeberang jalan untuk menghampiri eyang kakungnya Jenar yang tengah berdiri di bagian belakang mobil pickup kesayangannya untuk memeriksa seberapa parah kerusakannya.

Teman eyang kakungnya Jenar yang berprofesi sebagai seorang polisi, berdiri di sampingnya Jaya Dwipa untuk memberikan kmetar.dan hendak bertanya, "Tzk! Ternyata cukup parah juga. Lagian kenapa tadi kamu tiba-tiba mengerem mendadak dan menyalakan lampu Hazard? Emangnya kamu melihat apa? Soalnya aku tidak melihat apa-apa tadi"

"Nah, itu juga yang ingin saya tanyakan" Sahut tukang tambal ban pinggir jalan yang sudah berdiri di sisi kanannya Jaya Dwipa.

Jaya Dwipa dan temannya langsung menoleh ke asal suara dan bertanya secara bersamaan, "Anda siapa?"

Tukang tambal ban pinggir jalan itu tersenyum, mengulurkan tangannya ke Jaya Dwipa sambil berkata, "Saya Paijo. Tukang tambal ban di seberang jalan itu" Lalu ruang tambal ban itu mebgulrukan tangannya ke temannya Jaya Dwipa setelah ia menyelesaikan. kalimat perkenalannya.

"Kamu tukang tambal ban yang baru, ya?" Sahut temannya Jaya Dwipa.

"Saya anaknya tukang tambal ban yang biasanya. Seminggu ini Bapak saya sakit dan saya yang menggantikan bapak saya untuk sementara waktu*

"Oh, pantesan" Sahut Jaya Dwipa dan temannya secara bersamaan.

"Kenapa Bapak ingin menanyakan pertanyaan yang sama dengan taman saya tadi?" Tanya Jaya Dwipa, kemudian.

"Karena sudah seminggu ini, saya selalu menolong mobil dan motor yang mengalami kecelakaan ini dan mereka semuanya meninggal dunia. Baru kali ini saya menemukan ada orang yang meminggirkan. mobil di jalan ini dan baik-baik saja. Saya penasaran sebenarnya apa yang Anda lihat kenapa Anda berhenti mendadak di tengah jalan tadi? Apa yang Anda lihat?"

"Saya melihat ada kakek tua menyeberang dan jalannya sangat pelan, jadi saya mengerem mendadak mobil saya tadi" Sahut Jaya Dwipa.

Temannya Jaya Dwipa langsung merinding dan melotot ke Jaya Dwipa sambil bertanya, "Hah?! Serius? Kok aku tidak melihat apa-apa tadi?"

Jaya Dwipa menoleh ke temannya dan berkata, "Karena, kamu bukan seorang Indigo"

Tukang tambal ban itu langsung tertegun dan mematung selama beberapa detik, laku bertanya, "Sepeti apa ciri-ciri kakek tadi?"

Dia tidak tinggi, hanya sekitar seratus lima puluh lima tingginya. Agak bungkuk, berambut putih dan mengenakan setelan hitam-hitam. Celana kainnya agak kedodoran dan..........."

"Dia sepertinya Kakek saya. Beliau hilang seminggu yang lalu dan hilangnya beliau itu yang menyebabkan Bapak saya jatuh sakit sampai sekarang ini karena, terus mencarinya tiap hari" Sahut tukang tambal ban itu.

"Jam berapa Kakek Bapak menghilang?" Tanya Jaya Dwipa.

"Hari Senin, seminggu yang lalu. Jam lima sore beliau pamit ingin membeli sendiri ayam geprek di angkringan yang tidak jauh dari sini dan sejak itu, beliau tidak pernah kembali ke rumah lagi. Terakhir beliau memakai setelan baju hitam-hitam karena, itu baju kesayangannya"

Jenar Ayu terkejut setengah mati saat di sebelahnya ada seorang kakek berwajah pucat dan memakai setelan baju berwana hitam. Kakek itu menoleh ke Jenar dan meringis dengan wajah yang sangat menakutkan.

Jenar menutup hidungnya dengan telapak tangannya saat ia mencium bau tidak sedap yang menguar dari tubuh kakek tua itu. Jenar kemudian memalingkan wajahnya.

Kakek itu berkata dengan suara serak, "Tolong Kakek! Tolong Kakek!"

Jenar lalu menoleh ke kakek tua itu dan bertanya masih dengan telapak tangan kanan menutup hidungnya, "Apa yang bisa Jenar bantu?"

Kakek itu kembali meringis dengan wajah menakutkan, lalu berkata, "Ikuti Kakek!"

Jenar meragu sejenak dan terus menatap sosok menakutkan itu.

"Ikuti Kakek!" Kakek tua itu mengulangi ucapannya.

Akhirnya Jenar melompat turun dari dalam mobil dan mengikuti kakek itu. Eyang kakungnya Jenar, detektif polisi di bidang kriminal dan tukang tambal ban pinggir jalan langsung terkejut saat mereka melihat Jenar melompat turun dari dalam mobil dan berjalan lurus seperti mengikuti seroang.

Eyang kakungnya Jenar, lalu berkata, "Kita ikuti Jenar!" Jaya Dwipa, temannya, dan tukang tambal ban pinggir jalan langsung mengekor langkahnya Lintang.

Mereka semua sampai di depan rumah bercat merah yang membuka bengkel mobil dan sosok kakek itu menghilang.

Jenar, lalu menoleh ke eyang Kakungnya yang sudah berdiri di sampingnya untuk berkata, "Sepertinya bukan hanya anak kecil yang ditabrak sampai meninggal dunia dan disembunyikan di sini, tapi ada kakek tua juga"

Tukang tambal ban dan temannya Jaya Dwipa langsung merinding mendengar ucapannya Jenar ..........

Terpopuler

Comments

Syhr Syhr

Syhr Syhr

tidak ingin berpisah, tapi kenapa tega membunuhnya. Sadis. 😳😳

2022-11-08

0

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

mampir lagi diaini

2022-08-24

0

Kristiana

Kristiana

rigel semkain gila

2022-07-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!