Bukti

Jenar terhenyak ke belakang dan ia mengaduh saat kepala bagian belakangnya terantuk sandaran kursi perpustakaan. Dia berusaha melatih dirinya untuk tidak takut atau kaget setiap kali makhluk tak kasat mata muncul di depannya, tapi ia masih saja sering gagal untuk menjadi tidak takut dan tidak kaget.

Anak kecil laki-laki dengan lingkaran hitam di mata, wajah pucat pasi, dan bibir sangat kering itu, menatap Jenar dan kembali berkata, "Kak, tolong aku!"

Jenar menghela napas panjang dan bertanya, "Kamu nggak akan celakain Kakak, kan?"

Jenar bertanya seperti itu karena, dia baru pertama kali berhadapan dengan makhluk pucat pasi yang tidak mencelakainya dan justru meminta pertolongan padanya.

"Tidak. Aku muncul di depan Kakak karena, ingin minta tolong" Sahut anak kecil berwajah pucat pasi itu.

Jenar kemudian bertanya, "Oke. Kakak akan dengarkan dulu apa kesulitan kamu. Kalau Kakak bisa bantu, Kakak akan bantu kamu" Jenar merasa leluasa mengobrol dengan makhluk astral itu karena, ia duduk di sudut perpustakaan yang sepi dan jauh dari pandangan orang.

"Aku ditabrak mobil satu bulan yang lalu di depan perpustakaan ini. Di jalan itu" Anak kecil berwajah pucat pasi itu menunjuk ke luar jendela.

"Lalu?" Jenar mulai mengerutkan dahinya.

"Dan, aku disembunyikan di dalam bagasi mobil orang yang menabrak aku. Kakak tolong kasih tahu polisi dan keluargaku, ya?! Rumah orang itu tiga blok dari sekolahan ini. Rumah pojok bercat merah" Lalu sosok pucat pasi itu lenyap dari pandangannya Jenar.

Jenar melongo sejenak lalu bergumam, "Bagaimana aku bisa menolongnya kalau tidak ada bukti? Tapi, bagaimana aku mencari buktinya? Apa aku harus datang ke rumah bercat merah itu? Apa belum busuk ya, jasad anak laki-laki itu kalau peristiwa tabrak lari itu terjadi satu bulan yang lalu?" Jenar kemudian bangkit berdiri untuk mengembalikan buku yang dia baca ke rak buku, lalu ia berjalan ke kelasnya dan bertekad untuk datang ke rumah bercat merah setelah kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya selesai sore itu.

Jam lima sore, Jenar pulang ke rumah setelah ia bertemu dengan pemilik rumah bercat merah dan bertanya apakah ada anak laki-laki di rumah itu dan saat Jenar melihat pria itu menjawab dengan gugup bahwa tidak ada anak laki-laki di rumahnya dan ia hanya tinggal sendirian di rumahnya, Jenar merasa yakin kalau jasad anak laki-laki yang menemuinya di perpustakaan, masih berada di dalam rumah itu. Jenar langsung menemui eyang Kakungnya dan menceritakan semuanya ke eyang Kakungnya.

Maria, Antares dan Rigel menikmati makan petang mereka di meja makan dalam kesunyian. Tidak ada obrolan ringan di sana Semuanya hanyut dengan pikiran mereka masing-masing dan itu sudah biasa terjadi di meja makannya Rigel Altair.

Setelah makan, Rigel bangkit berdiri dan langsung menuju ke ruang rahasianya. Dia mengernyit saat ia menemukan ada bekas debu di sana. Dia mencolek debu itu dan menciumnya lalu ia mengernyit, "Debu ini baunya harum sekali. Mirip dengan wangi bedaknya Maria. Apa Maria ke sini? Tapi untuk apa? Dia juga nggak tahu kode masuk ruanganku ini" Rigel kemudian memasukkan angka 060606, itu adalah deretan kesukaannya. Dia menyukai angka nol karena, angka nol bagi dia angka yang tangguh, di setiap perkalian, angka nol selalu menang. Semua bilangan jika dikalikan nol hasilnya nol. Dan kenapa Rigel menyukai angka enam karena, angka enam adalah bilangan yang sempurna dan tampak seksi di bidang Matematika.

Rigel bergegas masuk dan membuka lemari esnya. Dia tersenyum lega karena, semuanya koleksinya masih tertata rapi di sana, namun kemudian dia menautkan alisnya dan bergumam, "Kenapa kotak kecilku yang paling atas bergeser sedikit ke kanan? Siapa yang telah menyentuh kotak kecilku? Apa Maria?"

Rigel mulai menggeram kesal saat ia menutup kembali pintu lemari esnya. Lalu ia membuka kotak freezernya dia bernapas lega karena, koleksi terbarunya berupa kaki seorang polisi, masih berada di sana dan tak berubah posisinya.

Rigel berjalan menuju ke wastafel dan menemukan kejanggalan lagi di sana. Keran air di wastafel tersebut tidak pas dan Rigel langsung menggeram, "Berarti benar. Maria telah masuk ke sini. Pinter juga Istriku itu. Dia memakai bedaknya untuk mengetahui kode masuk ruang rahasiaku ini. Aku akan bikin perhitungan dengannya setelah aku membuang jasad polisi itu" Rigel berjalan ke sebuah pintu dan berdiri di depan pintu itu untuk memasukkan kode masuk 060606 dan ia terus berjalan menyusuri lorong yang memiliki lampu otomatis menyala sendiri setiap kali Rigel melangkahkan kakinya ke depan. Lampu itu menyala karena ada sensor gerak di sana.

Di ujung lorong ada sebuah pintu dan untuk membukanya, Rigel memasukkan deret angka yang lain, yakni angka nol sebanyak enam kali dan semuanya nol. Lalu Rigel memanggul kantong plastik besar dari bahan yang sama dengan bahan pembuatan jas hujan. Kantong untuk jenasah berwarna hitam pekat dia panggul keluar dan dia masukkan ke dalam mobil pickup mewahnya yang tertutup. Lalu Rigel berjalan menuju ke kemudi untuk menjalankan mobil pickup-nya menuju ke suatu tempat yang dia pilih secara random untuk membuang jasad orang yang merupakan sisa dari 'karya seninya'.

Sementara itu, Maria bergegas masuk ke dalam ruang rahasianya Rigel dan dengan cepat ia mengambil gambar isi lemar esnya Rigel dan saat ia membuka pintu kotak freezernya Rigel Altair, Maria langsung berteriak dan sontak melompat ke belakang. Tubuhnya semakin bergetar saat ia melihat sepotong kaki orang di dalam freezer tersebut. Lalu dengan cepat Maria mengambil gambar kaki itu, menutup kembali freezernya Rigel Altair dan dia bergegas berlari keluar dari dalam ruang rahasianya Rigel.

Maria lalu menyembunyikan kameranya di dalam kamarnya Antares. Di dalam laci meja belajarnya Antares. Maria tidak menggunakan ponselnya untuk mengambil gambar koleksi mengerikan suaminya karena, dia tidak ingin suaminya menemukan gambar itu di ponselnya. Rigel suka mengecek ponselnya Maria dan Antares sebelum mereka pergi tidur.

Maria lalu duduk di tepi ranjangnya Antares dengan tubuh yang masih bergetar hebat dan dia terus berdoa semoga Rigel tidak menemukan kejanggalan sebelum esok tiba karena, besok pagi, sepulang dari mengantar Antares ke sekolah, Maria akan ke kantor polisi untuk menyerahkan bukti yang sudah ia dapatkan dan untuk melaporkan suaminya. Dia mencintai suaminya, sangat mencintai suaminya, namun ia lebih memilih keselamatan bagi banyak orang. "Jika Mas Rigel ditangkap, maka tidak akan ada lagi korban. Aku kasihan dengan semua korban yang sudah dibunuh oleh Mas Rigel. Aku juga kasihan dengan semua keluarga yang ditinggalkan" Maria bergumam dengan isak tangis yang ia tahan karena, ia tidak ingin Antares terbangun.

Sementara Rigel kembali dari membuang jasad polisi yang sudah ia bunuh dengan bergumam, "Aku akan bikin perhitungan dengan Maria, malam ini juga"

Terpopuler

Comments

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Wiih.... merinding

2022-10-28

0

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

seru

2022-09-01

0

Ufika

Ufika

mampir lg kak🥰

2022-08-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!