Aku Pulang Mas...
Yanto tampak memeluk nisan isterinya yang kini telah beristirahat dengan tenang, dengan tangis yang terus tercurah, Yanto sesekali masih membisikan nama sang Isteri.
"Mirna... Mirna..."
Lirih suara Yanto seolah enggan ditinggalkan sang isteri untuk selama-lamanya.
Tapi apa mau dikata, takdir nyatanya telah berkata lain. Mirna, isterinya mengalami pendarahan hebat saat berjuang melahirkan anak mereka.
Ya, anak kedua mereka, yang harusnya menjadi pelengkap kebahagiaan keluarga kecil Yanto.
"Wis To, ayok pulang, sebentar lagi Maghrib."
Kata Ibu Yanto mengajak Yanto pulang.
Mata Ibunya juga sembab, karena Mirna, meskipun menantu namun baik sekali macam anak sendiri.
Tentu saja, Ibunya Yanto merasa begitu kehilangan sosok menantunya yang cantik dan baik itu, apalagi bertambah-tambah pula kesedihannya karena Mirna meninggal dalam keadaan meninggalkan dua anaknya yang masih kecil.
Anak sulungnya masih berusia sepuluh tahun, sedangkan yang kedua adalah bayi yang baru dilahirkannya.
"Aku ingin di sini dulu Bu, biar aku sendiri saja di sini, tidak apa-apa, tinggalkan saja aku."
Kata Yanto.
Para pelayat satu persatu memang telah meninggalkan area pemakaman Mirna.
Ibunya Yanto mengusap kepala anaknya, iba sekali rasanya ia melihat sang anak yang begitu terpukul atas kepergian isterinya yang bisa dibilang begitu cepat.
"Sabar nak, ini ujian, kamu harus kuat, demi kedua anakmu."
Ujar Ibu menguatkan.
Yanto menyandarkan kepalanya ke nisan sang isteri, air matanya tak kunjung berhenti, seolah ingin terus mengalir, menandakan betapa Yanto sungguh mencintai isterinya itu.
"Tidak ada perempuan seperti Mirna, tidak ada lagi."
Begitulah kata Yanto saat pertama kali mendapati kenyataan Mirna meninggal.
Ibunya Yanto menatap langit yang kini pelahan mulai gelap karena matahari mulai terbenam di sebelah barat.
Angin berhembus pelahan, aroma bunga untuk makam tercium semerbak. Beberapa bunga kamboja berjatuhan dan tampak berserakan di atas tanah.
Ibunya Yanto menghela nafas, ia menoleh ke arah Lukman adik Yanto yang masih SMA dan kini tampak menunggu Ibunya untuk segera pulang.
"Wisan Bu, pulang dulu saja, biar Mas Yanto di sini sampai tenang."
Kata Lukman akhirnya tak sabar lagi.
"Lagipula kasihan Tita dan Adik bayi di rumah,"
Kata Lukman pula mengingatkan, yang tentu saja langsung membuat Ibu tersadar bahwa di rumah ada bayi yang harus mereka rawat.
Ya, bayi yang baru dilahirkan Mirna, yang demi bayi inilah, Mirna meregang nyawa.
Sungguh pengorbanan seorang Ibu, tak akan pernah bisa digantikan oleh apapun, yang setelah lelah dan teramat berat melewati masa-masa kehamilan, para ibu masih diharuskan berjuang bertaruh nyawa demi buah hatinya.
"Baiklah, ayo kita pulang Man."
Kata Ibu.
Lukman mengangguk, ia lantas membantu Ibu untuk berjalan melewati bekas galian tanah makam yang sedikit licin karena tanahnya merupakan tanah liat.
Yanto sendiri masih menangis di sisi makam Mirna, tak perduli jika hari sebentar lagi akan masuk waktu maghrib, dan tak lama kemudian akan menjadi gelap.
"Apa tidak apa-apa, kang mas mu ditinggal begitu? Kalau nanti ada apa-apa bagaimana Man?"
Tanya Ibu sembari sesekali masih menoleh ke arah Mirna di makamkan dan Yanto tampak terduduk lemas di samping makam sambil memeluk nisan Mirna.
"Tidak akan ada apa-apa Bu, tenang saja, paling-paling kalau toh ada apa-apa, Kang Mas Yanto diajak kenalan kuntilanak yang ada di pohon kamboja dekat makam Mbak Mirna."
Ujar Lukman membuat Ibu terpaksa menabok lengannya.
**-------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
ratrie joe
Sedangkan pula ibunya Yanto dia merasakan kehilangan sosok hatu kata Ciri-ciri yang tersebut maka menjadi sosok penampakannya !
2024-04-01
1
ratrie joe
Harusnya sih tampak berbeda sama Yanto memeluk nisan
2024-04-01
2
@Intan.PS_Army🐨💜
aisss mau lanjut tapi serem kaya nya tapi penasaran pengan baca
2024-03-26
0