Hari menjelang subuh, saat udara terasa begitu dingin.
Pak Anwar yang akan ke mushola untuk adzan berjalan menyusuri jalanan yang masih sangat sepi.
Mushola itu letaknya ada di sekitar perempatan jalan, di mana ke arah kiri dari arah Pak Anwar jalan, adalah ke arah rumah Yanto, sementara ke arah kanan adalah mushola dan jika terus saja dari mushola adalah pemakaman umum.
Jadi, misal akan ke pemakaman umum, maka secara otomatis, penduduk kampung mereka harus melewati depan mushola, kecuali untuk penduduk yang tinggal di wilayah setelah mushola yang berdiri di perempatan jalan tersebut.
Pak Anwar menuju mushola, dan langsung menuju tempat wudhu, setelah itu ia masuk ke dalam mushola untuk menyalakan lampu di dalam mushola agar terang.
Langit subuh terlihat bening, bintang gemintang bertaburan seolah semalam tidak baru saja turun hujan.
Rembulan juga terlihat cukup cerah tersenyum, meski belum bulat sempurna.
Pak Anwar membuka kunci pintu samping mushola yang terbuat dari kaca, yang di bagian tempat wudhu wanita, setelah itu ia menuju ke arah pintu depan untuk membuka kunci lagi, saat ia tiba-tiba melihat sesosok perempuan seperti berjalan melewati mushola.
Perempuan dengan gamis warna putih bersih, dan rambut panjang tergerai, perempuan itu berjalan sendirian.
Pak Anwar yang penasaran akhirnya begitu membuka kunci pintu depan mushola langsung keluar lagi, ia berjalan sampai batas halaman mushola,
Pak Anwar tampak celingak-celinguk, sosok perempuan yang semula dilihatnya lewat itu tak lagi tampak.
Pak Anwar menatap jalanan kosong yang menuju pemakaman umum, hingga kemudian Pak Anwar ingat Mirna, mendiang isteri Yanto, staf kelurahan yang meninggal kemarin malam.
Ya, perempuan yang barusan lewat, jika diingat lagi perawakannya mirip dengan Mirna, mendiang isteri Yanto yang baru dimakamkan.
Bahkan di mushola ini pulalah jenazah Mirna di sholatkan para tetangga dan kerabat sebelum akhirnya dibawa ke pemakaman.
Semilir angin subuh bertiup tipis, membawa aroma bunga bunga kantil yang semerbak. Merinding seketika bulu kuduk pak Anwar, yang akhirnya cepat memutuskan lari masuk ke dalam mushola.
Sementara itu, di rumah keluarga Yanto, Tita terlihat berjalan terhuyung-huyung keluar kamar, matanya terpejam, tapi ia berjalan ke arah pintu depan rumah.
Tangan kecilnya berusaha membuka handle pintu, namun untungnya pintu dikunci oleh Yanto semalam, dan kuncinya diletakkan di atas lemari oleh Lukman sebagaimana perintah Kang Mas nya.
Tita kemudian menjedot-jedotkan keningnya pada pintu.
"Mama... Tita ikut... Mama... Tita Ikut."
Tita terus mengulang-ulang kalimatnya.
Suara jedotan kening Tita pada pintu membuat suara pintu terdengar sampai kamar depan di mana Mbah nya tadi masih tidur pulas di sebelah dede bayi.
Begitu juga Mbak Ukha, yang tidur di kamar ke dua setelah kamar depan.
Ibunya Yanto keluar dari kamar depan, dan Mbak Ukha juga sama, mereka yang mendapati Tita menjedot-jedotkan keningnya pada pintu tentu saja langsung histeris.
"Tita... Tita... aduuuh..."
Ibunya Yanto langsung menghambur dan meraih Tita dalam pelukannya.
Mbak Ukha juga sama langsung menghampiri Tita yang sudah dipeluk Ibunya lebih dulu.
Keributan itu memaksa Lukman yang tidur di depan TV jadi terbangun dan ikut melongok.
"Mama... Mama pulang tapi pergi lagi Mbah, semalam Mama bubu sama Tita, tapi sekarang pergi lagi Mbah... Tita mau ikut Mama."
Kata Tita yang masih dipeluk Ibunya Yanto.
**------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Hilma Abubakar
sediiiih.
2025-03-07
0
Kustri
dikit amat part'a
2024-03-26
0
Bambang Setyo
Kenapa mirna jadi genta yangan
2023-12-27
0