Lukman dan Ibunya keluar dari area pemakaman dan langsung menuju motor di parkiran.
Parkiran yang tentu saja sudah sepi itu, kini hanya menyisakan tiga motor saja.
Satu motor milik Lukman, dan dua motor lainnya adalah milik dua teman Yanto yang memilih tetap menemani Yanto meskipun mereka duduknya di area parkir.
"Mau pulang sekarang Bu?"
Tanya Munir pada Ibunya Yanto.
Munir adalah teman Yanto yang merupakan sesama pegawai kelurahan.
"Nggih Nak Munir, sudah mau maghrib, Ibu titip Yanto ya."
Kata Ibu pada Munir.
"Nggih Bu, jangan khawatir."
Munir tampak mantuk-mantuk.
Lukman menuju motornya untuk kemudian dibawanya mendekati Ibu, di saat bersamaan, Rahmat yang juga teman Baik Yanto muncul.
Ia sepertinya baru sibuk menelfon, mungkin telfon dari isterinya yang khawatir karena Rahmat belum pulang.
"Monggo Nak Rahmat, Ibu pulang dulu nggih."
Kata Ibunya Yanto.
"Oh pulang sekarang Bu? Nggih Bu, hati-hati."
Rahmat menghampiri Ibunya Yanto yang kini tampak naik ke boncengan motor anaknya.
Matahari telah semakin condong ke barat, lembayung senja mulai pudar diganti warna abu-abu dan segera ditelan warna hitam.
Lukman menyalakan mesin motornya, dan melajukan motor yang ia tumpangi untuk segera meninggalkan pemakaman umum.
Namun...
Belum lagi motor jauh melaju, tiba-tiba saja Lukman menghentikan motornya lagi. Gerakannya yang begitu mendadak, membuat Ibu nyaris terjatuh.
"Kamu ini lho, ada apa to?"
Omel Ibu.
Lukman celingak-celinguk, ia melihat ke arah belakang, terutama di bagian pagar dinding yang mengelilingi area pemakaman umum.
Dinding setinggi dua meter itu tampak sepi saja, padahal Lukman tadi merasa melihat seseorang di sana.
Ya...
Seseorang yang duduk di atas dinding, seorang perempuan namun wajahnya tak begitu jelas, hingga membuat Lukman terpaksa harus menghentikan laju kendaraannya.
"Ada perempuan duduk di atas dinding Bu."
Lirih Lukman pada Ibunya yang langsung jadi ikut celingak-celinguk.
"Kamu jangan nakuti Ibu lho Man."
Kata Ibu.
Lukman menghela nafas,
"Sopo yang nakutin Ibu lho, wong aku bener tadi lihat ada perempuan duduk di atas pagar dinding itu Bu."
Ujar Lukman,
"Aduh, wis Man... Uwis... Uwis... Ayok Ndang mulih."
Kata Ibu seraya menabok bahu Lukman,
Tampak Lukman bergidik saat teringat sosok yang duduk di atas pagar dinding tempat pemakaman umum barusan.
Meski hanya sekilas, tapi jelas sosok itu adalah sosok perempuan.
Lukman melajukan kendaraannya lagi, masih sambil memikirkan kemungkinan apakah sosok itu Kuntilanak yang banyak orang sering cerita penampakannya.
Ah Lukman jadi terbayang Mas Yanto yang kini sendirian di pemakaman karena masih berat meninggalkan makam isterinya.
Bagaimana nanti jika tiba-tiba kuntilanak itu penampakan di makam kakak iparnya dan dilihat Mas Yanto?
Apa tidak pingsan Mas Yanto nanti? Batin Lukman.
Motor terus melaju menyusuri jalanan perkampungan di mana mereka tinggal.
Tak begitu jauh, hingga mereka sampai di depan rumah model lama yang halamannya masih cukup luas.
Di halaman, terlihat kursi-kursi plastik sudah ditumpuk, sementara kursi ruang tamu yang dikeluarkan dan sebelumnya benar-benar ada di halaman terbuka, kini telah diletakkan di atas teras takut nanti hujan turun.
Kakak Yanto yang perempuan, Mbak Ukha, keluar dari rumah menyambut kedatangan Ibunya.
"Bu, tahlilan nanti malam tadi sudah dibelikan kue lapis Surabaya dan buah Dukuh serta Kacang kulit. Rokok juga sudah beli. Minuman gelasan juga sudah. Mau ditambah nopo Bu?"
Tanya Mbak Ukha.
Ibunya Yanto sambil turun dari boncengan tampak berpikir, lalu...
"Pesan gorengan saja Kha, suruh kirim pas mau acara itu supaya anget."
Putus Ibu akhirnya.
"Oh nggih Bu."
Mbak Ukha mengangguk.
"Tita di mana?"
Tanya Ibu menanyakan cucunya yang merupakan anak sulungnya Yanto.
"Diajak ke minimarket sama Hanun, baru selesai nangis tadi."
Ujar Mbak Ukha.
Ibu mantuk-mantuk.
"Kalau dede bayi tidur, tadi dibuatkan susu sudah habis satu botol."
Kata Mbak Ukha pula.
"Yo wis, nanti dede bayi tidur di kamar depan saja."
"Lho kamar depan kan jendelanya besar Bu, nanti kedinginan."
Kata Mbak Ukha kurang setuju.
Ibu menghela nafas,
"Ini bukan soal dingin atau bagaimana Kha, ini manut wong tuo, mbok Ibune dede bayi mau nengok jadi dia tidak bingung nyari."
"Lah Bu, kok ngomongnya begitu, Mirna maksudnya?"
"Iyo, memangnya sopo maneh Ibunya dede?"
"Ah Bu, terlalu serem Bu,"
Kata Mbak Ukha bergidik ngeri membayangkan Mirna pulang.
"Mbak Mirna pulang kok ngeri, yang ngeri itu tadi di pagar dinding pemakaman ada perempuan duduk."
Lukman yang sudah turun dari motornya nimbrung sambil mendekat ke Mbak Ukha sambil berlagak seperti hantu, membuat Mbak Ukha langsung menaboknya.
**-------------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🇸 🇺 🇱 🇱 🇾🍒⃞⃟🦅
pasti Krn kamu ngomong soal Kunti di bawah pohon Kamboja tadi lukman,
jadi dia menampakan diri ,
pengen kenalan sama kamu bukan mas Yanto ,😂
2025-03-26
0
novita setya
malah tabok2an..wes ndang pesen gorengan. q titip gedang goreng karo tahu susur ya mbak ukha
2024-04-16
3
Kustri
menarik qu u/ lanjut baca
2024-03-26
1