Hari menjelang maghrib, saat Yanto akhirnya pulang ke rumah Ibunya lagi. Setelah mengobrol ngalor ngidul dengan Winda di rumah, Yanto akhirnya ketiduran.
Di rumah Ibunya, Bibik nya sedang sibuk mengusung beberapa makanan yang nanti akan disajikan untuk menjamu tamu yang hadir pengajian tiga harinya mendiang isteri Yanto.
Lukman yang membantu Bibiknya mengusung makanan dari rumah Bibik yang bersebelahan dengan mereka tampak melewati Yanto yang pulang-pulang langsung duduk saja di kursi yang masih ada di teras rumah.
"Man, Kang Mas mau bicara."
Kata Yanto saat Lukman melewatinya,
"Ya Mas, nanti, ini masih repot."
Sahut Lukman.
Di dalam rumah Mbak Ukha sibuk mengelapi piring-piring kecil untuk nanti tempat makanan yang disajikan.
"Air mineral gelasannya tinggal satu dus, kurang tidak ya?"
Tanya Mbak Ukha pada Ibunya yang sedang mengendong dede bayi yang baru dimandikan.
"Beli lagi saja, daripada nanti kurang malah repot."
Kata Ibu.
"Tinggal kacang rebusnya ini, sepuluh menit lagi juga matang."
Ujar Bibik.
"Lha sana kamu tungguin kacangnya Man."
Kata Ibu.
"Ada Paman kok."
Sahut Lukman yang baru selesai meletakkan nampan ukuran sedang berisi goreng pisang.
"Bik, minta satu ya."
Ujar Lukman pula,
"Huuu, malah."
Mbak Ukha menabok lengan adik bungsunya yang nyengir sambil lewat.
"Mas Yanto mau bicara katanya,"
Kata Lukman sambil berlalu, Mbak Ukha dan Ibu serta Bibik memandang Lukman yang menuju ruang depan, lalu berikutnya mereka saling memandang,
"Sudah dengar?"
Tanya Bibik tiba-tiba,
Ibu cepat menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Wis, ojo dibahas."
Kata Ibu.
Mbak Ukha menghela nafas, ia sebetulnya ingin tahu Bibik akan cerita apa, tapi Ibu malah langsung potong bebek angsa.
"Uwak... Uwak..."
Tiba-tiba terdengar suara Tita dari ruang belakang, ia sedang mandi sore tadi, dan kini ia masuk hanya dengan handuk membelit tubuh kecilnya yang basah.
"Sudah selesai mandinya?"
Tanya Mbak Ukha pada keponakannya, tampak Tita mengangguk.
"Ayuk ganti baju sama Uwak dulu."
Mbak Ukha merangkul Tita untuk menuju kamar depan yang memang ditempati Tita sementara waktu ini.
"Wak, kata Mama, Tita disuruh pulang."
Tita tiba-tiba bicara saat mengikuti Mbak Ukha menuju kamar depan, kata-kata Tita itu jelas saja langsung membuat jantung Mbak Ukha rasanya mau copot.
Langkah Mbak Ukha pun seketika berhenti, macam ditekan tombol pause nya.
Mbak Ukha menoleh ke arah Tita, ditatapnya keponakannya yang kini tersenyum ke arah Mbak Ukha.
Senyum yang...
"Ah Tita..."
Mbak Ukha melonjak ketakutan melihat senyuman Tita yang baginya sangat aneh, senyum yang mirip sekali dengan senyuman Mirna.
Tidak!
Tita tak pernah tersenyum seperti itu.
Mbak Ukha yang terlonjak kaget itu menatap Tita yang juga kaget dan jadi celingak-celinguk,
"Ada apa Uwak? Ada apa Uwak?"
Tanya Tita bingung seraya berusaha menggapai Uwaknya, tapi Mbak Ukha menampik tangan Tita.
Bersamaan dengan itu Yanto yang melihat Mbak Ukha menampik tangan Tita dengan kasar langsung emosi.
Ibu dan Bibik juga melihat, dan terheran-heran dengan Mbak Ukha yang malah makin histeris,
"Pergi Mir, kamu sudah mati, Mbak mohon, jangan ganggu kami... Jangan ganggu kami."
Kata Mbak Ukha yang tampak benar-benar ketakutan sampai memilih berada di pojokan.
"Tita,"
Yanto menghampiri Tita, tampak Tita menatap Bapaknya.
"Pa, kata Mama, kita disuruh pulang."
Kata Tita sambil menghampiri Yanto.
Lukman melewati Yanto untuk membantu Mbak Ukha berdiri.
Yanto berjongkok, untuk bicara dengan Tita.
"Kapan Mama bilang kita disuruh pulang?"
Tanya Yanto pada anaknya.
"Yanto! Sadarlah!! Kalian ini apa-apaan sih?! Mirna sudah tidak ada."
Ibu jadi memarahi Yanto, sudah jelas-jelas Mirna meninggal, Yanto malah menanggapi Tita anaknya yang sedang berhalusinasi karena terlalu merindukan Ibunya.
Tapi...
Tita menggapai Bapaknya,
"Ada. Mama ada. Mama tadi yang keramasin Tita, Pa."
Kata Tita.
"Ah tidak mungkin Tita, kamu mandi sendirian."
Ibu Yanto jadi panik karena mendengar semua cerita aneh Tita.
Bibik yang tahu Kakaknya itu jadi stres dengan semua yang terjadi akhirnya mengambil alih dede bayi dari gendongan karena dede bayi jadi menangis kencang.
"Aku bawa ke rumahku saja."
Kata Bibik yang buru-buru pergi dari rumah kakaknya yang menurutnya sedang tidak beres.
"Tita yakin itu Mama?"
Tanya Yanto, Tita mengangguk.
Tangan Mama dingin, katanya Mama kedinginan, sepi, kasihan Pa."
Lirih Tita.
"Sudah, aku tidak mau dengar!"
Mbak Ukha buru-buru menutup kedua telinganya, ia benar-benar ketakutan, Ibu bahkan sampai tak bisa bicara apa-apa lagi karena shock, Ibu terduduk lemas di atas karpet yang digelar untuk acara pengajian nanti malam.
Lukman cepat mengambilkan air minum untuk Ibunya.
"Baiklah, kita pulang saja Ta,"
Kata Yanto sambil berdiri.
"Yanto!"
Ibu membentak sambil tetap duduk.
Tatapannya tajam ke arah Yanto, ia sungguh-sungguh tak mengerti dengan pikiran anaknya.
"Ini belum tujuh hari, nanti saja pindahnya setelah tujuh hari."
Kata Ibu.
Yanto menggeleng.
"Tidak Bu, aku juga merasa memang benar kami harusnya tak membiarkan rumah itu kosong."
"Tapi anakmu yang bayi di sini!!"
Bentak Ibu.
"Winda mau bantu merawat kalau Ibu keberatan."
"Apa? Winda?"
Ibu heran sekali.
"Kiosnya di pasar akan dijual karena sangkutan harta gono gini, ia akan segera menganggur, kalau Ibu keberatan, Mbak Ukha juga sudah jelas tidak sayang pada Tita, lebih baik aku minta tolong pada Winda."
Mbak Ukha yang mendengar perkataan Yanto di depan langsung bicara dari ruang dalam.
"Aku bukan tidak sayang pada Tita! Tadi dia senyumnya seperti Mirna! Aku takut!!"
Kesal Mbak Ukha.
"Alasan apa begitu, sudah jelas Tita anak Mirna, senyumannya mirip tentu karena mereka Ibu dan anak."
Yanto tak kalah kesal.
Lukman yang sudah kembali ke ruang depan dan sedang memberikan air minum untuk Ibunya akhirnya ikut bicara pada kakaknya.
"Mas, bicaralah jangan terlalu keras, Mbak Ukha itu kakak perempuan."
Kata Lukman.
"Dia kasar pada anakku."
"Aku hanya takut!!!"
Mbak Ukha kembali bersuara.
"Ya Yan, tidak ada yang salah dengan Ukha, siapapun juga pasti akan merasakan hal yang sama seperti Ukha, takut mendengar Tita bicara seperti itu. Jelas tadi dia mandi sendirian di belakang,"
Kata Ibu, yang lalu meminum air dari gelas lagi.
"Tita mandi sendiri, tapi Mama datang dan bilang Tita harus keramas. Mama yang keramasin Tita."
"Aduh, sudah... sudah... itu hanya halusinasi Tita, Mama sudah meninggal, Tita, itu bukan Mama."
Kata Ibu,
"Bu."
Yanto tampak keberatan Ibunya terus terang begitu,
"Yanto, ini kenyataannya, supaya tidak jadi kebiasaan, isyu di luar sudah sangat jahat, kalah Tita bicara begini, makin percaya orang-orang soal Mirna jadi kuntilanak!!"
Ibu rasanya jadi sesak nafas karena kesal.
**--------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Lina Suwanti
kok jd curiga sm Winda yaa?
2024-04-26
0
novita setya
koq gampang men winda arep ngopeni bayimu yan..ada apa ini.
2024-04-17
0
Bambang Setyo
Yanto jangan percaya mantan dehh
2023-12-27
0