Yanto dan Rahmat tampak saling berpandangan, keduanya terlihat sama-sama memasang wajah takut.
"Mama memanggil Tita, Yah."
Kata Tita lagi.
Yanto akhirnya berdiri dari duduknya, dan memilih meraih tangan kecil Tita untuk mengajaknya masuk.
Rahmat yang merinding mendengar kalimat Tita akhirnya memutuskan pamit pulang saja.
"Lho, kenapa malah pulang? Hujan begini pula."
Tanya Yanto yang jelas kecewa sahabatnya itu malah ngacir.
"Maaf Yan, ini aku tiba-tiba mules."
Ujar Rahmat.
"Di sini ada toilet Mat, lagi hujan mending di sini saja."
Kata Yanto.
Rahmat cepat menggeleng.
"Tidak Yan, aduh mules banget ini, aku... aku pulang ya."
Rahmat buru-buru menuju motornya dan langsung membawa motornya menjauh sampai rela menembus hujan.
Yanto menghela nafas, ia yakin Rahmat bukan mules, tapi takut karena kata-kata Tita.
Yanto kembali ke arah sang anak yang tampak terus menoleh ke arah belakang.
Cepat Yanto membawanya masuk dan menutup pintu rumahnya, serta menguncinya.
"Man... Man..."
Yanto memanggil sang adik.
"Napa mas?"
Lukman tergopoh dari belakang, ia sedang makan, sejak siang ia sama sekali belum sempat makan karena sibuk membantu Kang Mas nya mengurus kepulangan jenazah kakak iparnya hingga prosesi pemakaman.
"Tolong itu kunci pintu nanti di taruh di atas lemari,"
Kata Yanto.
"Oh nggih Mas, siap. Tek habisin makan dulu."
Ujar Lukman.
Yanto mengangguk, lalu menggandeng Tita ke kamar depan, di mana di sana Ibunya tengah menidurkan dede bayi.
"Bu,"
Panggil Yanto.
Ibunya Yanto menoleh,
Ssstt..
Ibunya Yanto menempelkan telunjuknya di bibir, tampak Yanto pun mengangguk mengerti.
Yanto beralih pada Tita,
"Bubu sama Mbah, jangan keluar lagi kalau ada yang panggil nama Tita, itu bukan Mama."
Kata Yanto dengan suara tergetar.
Yanto sebetulnya tahu jika Tita sedih sekali pastinya ditinggalkan Mamanya, bahkan mungkin jauh lebih sedih daripada Yanto yang kehilangan isteri.
Tapi, melihat Tita seperti itu, sungguh membuat Yanto malah semakin tidak karuan. Bukan hanya makin sedih, ia juga jadi berpikir macam-macam.
Tita tampak mengangguk, meskipun air matanya menetes.
Gadis kecil itu melepaskan pegangan tangan Ayahnya seraya bergumam lirih,
"Tadi suara Mama kok, Tita tahu itu suara Mama."
Tampak Tita kemudian merebahkan diri di kasur yang digelar di lantai, di dekat tempat tidur yang untuk tidur dede bayi dan mbahnya.
Yanto berbalik, matanya berkaca-kaca namun ditahannya untuk tidak menangis.
Ia memilih menjauhi kamar di mana kedua anaknya kini tidur bersama Mbah mereka, Ibu daripada Yanto.
Keluarga Mirna sendiri memang tidak ada yang datang, karena selain dulu mereka menikah kurang direstui keluarga Mirna, posisi mereka yang jauh di luar pulau juga jadi kendala.
Tita meringkuk di atas kasur di atas lantai, tubuhnya yang kecil terlihat memberikan ruang cukup banyak untuk kasur tempat ia tidur.
Angin berhembus di luar sana, menggoyang rimbun daun pepohonan yang ada tumbuh di sekitar rumah Orangtua Yanto.
"Anakku Tita... Tidur lah... Tidurlah Nak. Mamah di sini, jangan sedih, jangan menangis."
Sesosok perempuan bergaun putih tampak berdiri di teras depan rumah, tepatnya di depan jendela kamar depan yang mana Tita dan dede bayi tertidur.
Ia menatap lurus jendela yang tertutup, kedua matanya yang terlihat di kelilingi lingkaran hitam menetaskan air mata yang bercampur dengan darah.
"Tidurlah sayang-sayangku, Mama tak akan jauh... Mama tak akan benar-benar meninggalkan kalian."
**----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🇸 🇺 🇱 🇱 🇾🍒⃞⃟🦅
Mirna jadi kuntilanak
2025-03-26
0
Bambang Setyo
Sedih sekaligus takut
2023-12-27
0
Marisah Isah
kasih ibu sepanjang masa 😭😭😭😭😭
2023-08-27
0