Malam telah larut, hujan gerimis turun kembali tipis-tipis.
Udara malam benar-benar terasa lembab dan dingin, membuat tubuh terasa menggigil hingga ke tulang.
Yanto tampak masih duduk di depan TV, meski jam telah berkisar di angka sebelas malam, namun ia tak juga ingin beranjak masuk ke dalam kamar.
Ia tampaknya lebih ingin rebahan saja di depan TV, meski mata tak sepenuhnya fokus menikmati acara yang sedang ditayangkan.
Kamar Tita sendiri terlihat tenang, malam ini Winda berbaik hati menginap menemani Tita tidur.
Ya, Yanto tentu merasa cukup lega, melihat Tita yang langsung bisa menerima Winda masuk dalam kehidupannya begitu Mamanya tiada.
Memang masih terlalu dini memikirkan menikah lagi, tapi Yanto yang masih muda, tentu juga tak bisa terlalu lama menduda.
Apalagi, ia tak mungkin mengurus rumah dan anak-anak seorang diri. Itu jelas terlalu sulit. Belum lagi kebutuhannya sebagai laki-laki, di mana bukan hanya membutuhkan untuk teman tidur, tapi juga ia butuh seseorang yang akan bisa mendengarkan keluh kesahnya, dan bahkan membantunya memikirkan solusi saat ia dalam posisi memiliki masalah yang cukup pelik.
Ya...
Winda...
Tentu saja sosok itu bukanlah perempuan baru lagi dalam hidupnya.
Winda adalah kekasihnya yang bahkan usia pacaran mereka jauh lebih lama daripada usia pernikahannya dengan Mirna karena Mirna lebih dulu meninggal.
Ya Winda, gadis desa yang saat ini berubah menjadi janda kembang.
Yanto sejenak menatap pintu kamar Tita yang masih sedikit terbuka.
Tampak seulas senyuman tipis tergambar di ujung bibirnya.
Senyuman yang sungguh sulit di mengerti, di tengah masa berkabung yang sebetulnya belum sepenuhnya berakhir.
Apalagi, jelas sekali Yanto selama ini terlihat seperti terpukul dengan kepergian isterinya. Maka...
"Kau tersenyum Mas..."
Sesosok perempuan menatap Yanto dengan tatapan sedih.
"Bukankah kau baru saja meminta ku pulang Mas... Bukankah tadi kau seperti begitu merindukan ku Mas?"
Sosok itu melayang pelan dari sudut ruangan mendekati Yanto, ia ingin meraih Yanto, tapi tiba-tiba ia terpental.
Perempuan bergaun putih dengan rambut panjangnya yang tergerai itu menatap heran ke arah Yanto.
"Apa ini? Kenapa ada yang memagari dirimu Mas...."
Sosok perempuan yang tak lain adalah Mirna itu pun kembali melayang ke arah Yanto, dan lagi-lagi, Mirna terpental.
Mirna yang mendapati dirinya tak bisa menyentuh suaminya tampak marah. Matanya melotot dan kukunya terlihat menjadi runcing-runcing.
Ia menatap kamar Tita, ia yakin perempuan itu adalah...
Trrrtttt...
Trrtttt...
Trrrtttt...
Hp Yanto di atas meja terlihat ada panggilan masuk dari Lukman.
Yanto meraih hp nya, dengan malas ia menerima panggilan masuk adiknya.
Namun, begitu panggilan itu diangkat, yang terdengar bukannya suara Lukman, malah suara tangisan dede bayi.
"Man...Man... Anakku kenapa?"
Tanya Yanto panik,
Mirna melayang mendekati Yanto karena ia juga ikut mendengar suara tangis dede bayi.
"Anakku... Anakku..."
Lirih Mirna.
Keberadaannya di dekat Yanto terlihat cukup mengganggu Yanto dengan aroma bunga melati dan juga aroma daun panggang.
Yanto sejenak celingak-celinguk, memastikan jika tak ada sesuatu di sana, dan aroma bunga yang seperti saat memakamkan Mirna.
Tapi...
Apakah...
Brak!!
Tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkan Yanto.
Yanto terlihat memandang ke arah meja kayu yang ada di ruang tamu, di mana meja itu juga digunakan untuk meletakkan banyak pernak-pernik, termasuk misal oleh-oleh khas kerajinan suatu daerah.
Vas bunga dari bambu yang dulu dibeli Mirna dari salah satu daerah yang ia kunjungi tampak terjatuh ke bawah.
Yanto mengeratkan kening, karena mustahil vas itu terjauh sendiri.
Ya, vas itu jatuh ke bawah dengan bunga berserakan di atas lantai, dan vas nya tampak bergerak-gerak di bawah.
Jelas dia ada yang menyenggol hingga sampai terjatuh.
Tapi, siapa yang menyenggolnya?
Sementara tak ada satupun manusia lain selain dirinya, karena Winda dan Tita jelas sedang tertidur pulas.
Yanto sejenak mengusap tengkuknya yang tiba-tiba saja merinding.
Meskipun sesungguhnya ia tak melihat sosok perempuan dengan gaun putih kini melayang menembus pintu rumahnya, ia melayang menuju rumah Ibunya Yanto.
"Mama datang sayang... Mama datang."
Sayup suara Mirna terbawa hembusan angin yang semilir membawa bulir gerimis tipis yang turun dari langit malam.
**--------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Suharnani
Kayaknya ulah Winda
2024-09-06
0
novita setya
mbok diikhlaske to yan..melas mirna
2024-04-20
0
Bambang Setyo
Curiga sama winda
2023-12-27
0