6. Sebuah Senyuman

"Kang Mas mu ke mana?"

Tanya Ibu pada Lukman yang kini tiduran di depan TV tapi main hp, kelakuan ABG Jaman sekarang yang hampir semuanya memang begitu.

Ibu tampak mematikan TV, membuat Lukman menatap Ibunya,

"TV tidak ditonton, mana hujan di luar banyak petir."

Omel Ibu.

Lukman nyengir.

"Mas Yanto di kamar, Bu. Tidur."

Kata Lukman akhirnya menjawab pertanyaan Ibunya barusan.

"Lah tidak makan?"

Tanya Ibu.

Lukman mengedikkan bahu, lalu tiduran lagi dan main hp lagi.

"Tidak mau makan Bu, tadi sudah Ukha sediakan, tapi tidak mau."

Tampak Mbak Ukha, kakak perempuan Yanto yang sudah sejak dua bulan ini tinggal bersama ibunya karena rumahnya sedang direnovasi keluar dari kamarnya.

Ibu tampak menghela nafas,

"Tidak mau makan sih bagaimana? Dari kemarin malam tidak makan, sekarang tidak mau makan lagi, apa mau sakit?"

Ibu terlihat akan berjalan ke kamar di mana Yanto tidur, tapi Mbak Ukha segera menarik tangan Ibu.

"Bu, jangan, maklumkan dulu, namanya lagi berduka, Ibu harus mengerti."

Ujar Mbak Ukha.

"Lho, kalau dibiarkan dia sakit terus bagaimana? Anak-anaknya masih kecil, dia masih muda, lalu mau bagaimana? Ini sudah takdir."

Ujar Ibu jadi kesal.

Mbak Ukha merangkul Ibu,

"Sabar Bu, sabar, ini berat buat Yanto, buat kita saja kehilangan Mirna kan juga berat."

Lirih Mbak Ukha.

Ibu matanya berkaca-kaca, teringat ia sosok menantunya yang baik dan selalu menghormatinya sebagai orangtua.

"Ibu sedih memikirkan Tita dan anak bayinya, ah kita kasih nama siapa nanti kalau tali pusarnya sudah putus?"

Ibu terduduk lemas di atas kasur sebelah Lukman yang tiduran.

"Lee Min Ho saja."

Sahut Lukman asal, membuat Mbak Ukha menabok kakinya sambil menyusul duduk Ibu tepat di sampingnya ibu pula.

"Ngopo to Mbak?"

Lukman nyengir.

"Lee Min Ho gundul mu."

Kesal Mbak Ukha pada Lukman yang bercanda tidak pada tempatnya.

Ya begitulah ABG.

"Kalau Yanto begitu terus, terpuruk, kehilangan semangat hidup, tidak mau kerja, sakit, lalu bagaimana nasib anak-anaknya, aduh Yanto... Yanto..."

Ibu mengusap dadanya yang jadi sesak karena sedih.

"Nanti juga baik lagi Bu, itu si Mas Munir, sekarang kan sudah move on, sudah cengar-cengir lagi."

Kata Lukman nimbrung lagi, tidak kapok.

"Ya kan Munir belum terlalu lama menikahnya, jadi pasti cepat lupa."

Kata Ibu.

"Nopo kalau sudah seratus hari, coba dikenalkan sama perempuan lain, mbok sapa tahu nanti jadi bisa semangat hidup lagi Bu."

Ujar Mbak ukha.

"Itu, mantan Yanto, sopo jenenge Man?".

Tanya Mbak Ukha ke arah Lukman yang berbaring di belakang Mbak Ukha dan Ibu duduk di tepi tempat tidur depan TV.

"Sopo sih? Winda?"

Tanya Lukman.

"Nah iya Winda, yang jualan jajanan di pasar."

Kata Mbak Ukha.

"Ngopo emange?"

Tanya Ibu jadi penasaran, menoleh ke arah Mbak Ukha dan juga pada Lukman.

"Janda dia, Bu, cerai sama suaminya, tapi anaknya satu ikut suaminya, diminta paksa keluarga suaminya katanya."

Tutur Mbak Ukha.

"Opo Iyo to?"

Ibu penasaran.

"Lah Ibu tidak percayaan."

Ujar mbak Ukha.

"Bukan tidak percaya, wong Ibu tidak pernah dengar cerita soal begituan."

"Ya Kan Ibu di rumah terus, mana dengar kisah-kisah seperti itu."

Kata Mbak Ukha lagi.

Ibu jadi nyengir.

"Yo wes, nek ngunu sopo ngerti nanti jadi jalan jodoh lain buat Yanto, biar hidupnya bisa semangat lagi."

Kata Ibu.

"Hmm, aku tidak ikut-ikutan, nanti Mbak Mirna dengar tidak setuju lho yo mbuh."

Kata Lukman lagi asal nyeletuk, yang semula akan membuat Mbak Ukha menaboknya, namun tiba-tiba seperti mencium aroma bunga tabur yang ada di kuburan.

Aromanya tercium tipis saja seperti terbawa angin.

Dan di saat yang sama, Ibu juga tiba-tiba saja menoleh ke arah pintu yang menuju kamar depan yang juga berhadapan dengan ruang tamu.

"Kayak ada yang lewat ya barusan."

Gumam Ibu tiba-tiba, membuat semua jadi melihat ke arah yang sama dengan Ibu.

Sementara itu, tirai yang menutupi pintu kamar depan di mana Tita dan dede bayi tertidur kini terlihat seperti terbuka pelahan seolah ada yang masuk ke dalam kamar sementara padahal tak ada angin yang berhembus.

Tita yang tidur meringkuk di kasur bawah tampak menggeliat, merasakan ada tangan yang menyentuh keningnya dengan lembut.

"Hmmm.. hmmm... hmmm..."

Terdengar lirih suara perempuan yang seperti tengah menggumamkan lagu pengantar tidur, bersamaan dengan suara deritan tempat tidur yang di mana dede bayi tertidur seolah ada sosok yang naik ke atas tempat tidur.

"Mama..."

Tita mengigau memanggil Mamanya, membuat sosok di samping dede bayi kini tersenyum pada para pembaca.

**-----------**

Terpopuler

Comments

Naviandha Icha

Naviandha Icha

ga sopan ih, baru bbrpa hari duka udah ngomongin pengganti

2025-03-23

0

syska

syska

αh σthσr mα nαkut² ín...😅😁

2024-04-19

0

novita setya

novita setya

lah saia melengos dong disenyumin hantu..ngeriiih

2024-04-17

0

lihat semua
Episodes
1 1. Mirna...
2 2. Satu Sosok Di Pemakaman
3 3. Bisikan Lirih
4 4. Kasih Mama
5 5. Mama Di Sini
6 6. Sebuah Senyuman
7 7. Tita Ingin Ikut
8 8. Keluhan Warga
9 9. Emosi
10 10. Suara Tak Asing
11 11. Dia Bukan Kunti
12 12. Sebuah Tatapan
13 13. Desas Desus
14 14. Halusinasi?
15 15. Pulanglah Mirna
16 16. Mama
17 17. Ada Hantu
18 18. Tunggu Mama
19 19. Kuntilanak
20 20. Baru Meninggal
21 21. Hanya Menyapa
22 22. Sosok Dari Masa Lalu
23 23. Nyi Parijem
24 24. Harus Bagaimana?
25 25. Siapa Di Sana?
26 26. Aku Pulang Mas
27 27. Tamu Tiba-tiba
28 28. Sedihnya
29 29. Gempar
30 30. Syarat Isyarat
31 31. Undangan Pak RT
32 32. Ancaman
33 33. Ke Mana Dia?
34 34. Usir Saja
35 35. Mama Juga Rindu
36 36. Tita Sayang
37 37. Protektif
38 38. Simpan Dulu
39 39. Sedih
40 40. Tumbal Palsu
41 41. Bukan Aku
42 42. Benang Kusut
43 43. Sang Penjaga
44 44. Peringatan
45 45. Hantu Lain
46 46. Penampakan Lagi
47 47. Celaka
48 48. Kisah Kasih
49 49. Bincang Malam
50 50. Senyuman Mama
51 51. Misteri Cincin
52 52. Pertemuan
53 53. Mirna Yang Asing
54 54. Mirna & Marni
55 55. Dua Perempuan
56 56. Cerita Bu RT
57 57. Kembalinya Masa Lalu
58 58. Dia Milikku
59 59. Mencari Jawaban
60 60. Sedikit Lagi
61 61. Sulit Dipercaya
62 62. Mirna
63 63. Sang Perantara
64 64. Terungkap
65 65. Akhirnya Mengerti
66 66. Kotak Kayu
67 67. Tabirpun Tersingkap
68 68. Masa Lalu Yang Pahit
69 69. Ungkapkan Rasa
70 70. Ketulusan Mbak Ukha
71 71. Selamat Tinggal
Episodes

Updated 71 Episodes

1
1. Mirna...
2
2. Satu Sosok Di Pemakaman
3
3. Bisikan Lirih
4
4. Kasih Mama
5
5. Mama Di Sini
6
6. Sebuah Senyuman
7
7. Tita Ingin Ikut
8
8. Keluhan Warga
9
9. Emosi
10
10. Suara Tak Asing
11
11. Dia Bukan Kunti
12
12. Sebuah Tatapan
13
13. Desas Desus
14
14. Halusinasi?
15
15. Pulanglah Mirna
16
16. Mama
17
17. Ada Hantu
18
18. Tunggu Mama
19
19. Kuntilanak
20
20. Baru Meninggal
21
21. Hanya Menyapa
22
22. Sosok Dari Masa Lalu
23
23. Nyi Parijem
24
24. Harus Bagaimana?
25
25. Siapa Di Sana?
26
26. Aku Pulang Mas
27
27. Tamu Tiba-tiba
28
28. Sedihnya
29
29. Gempar
30
30. Syarat Isyarat
31
31. Undangan Pak RT
32
32. Ancaman
33
33. Ke Mana Dia?
34
34. Usir Saja
35
35. Mama Juga Rindu
36
36. Tita Sayang
37
37. Protektif
38
38. Simpan Dulu
39
39. Sedih
40
40. Tumbal Palsu
41
41. Bukan Aku
42
42. Benang Kusut
43
43. Sang Penjaga
44
44. Peringatan
45
45. Hantu Lain
46
46. Penampakan Lagi
47
47. Celaka
48
48. Kisah Kasih
49
49. Bincang Malam
50
50. Senyuman Mama
51
51. Misteri Cincin
52
52. Pertemuan
53
53. Mirna Yang Asing
54
54. Mirna & Marni
55
55. Dua Perempuan
56
56. Cerita Bu RT
57
57. Kembalinya Masa Lalu
58
58. Dia Milikku
59
59. Mencari Jawaban
60
60. Sedikit Lagi
61
61. Sulit Dipercaya
62
62. Mirna
63
63. Sang Perantara
64
64. Terungkap
65
65. Akhirnya Mengerti
66
66. Kotak Kayu
67
67. Tabirpun Tersingkap
68
68. Masa Lalu Yang Pahit
69
69. Ungkapkan Rasa
70
70. Ketulusan Mbak Ukha
71
71. Selamat Tinggal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!