"Kang Mas mu ke mana?"
Tanya Ibu pada Lukman yang kini tiduran di depan TV tapi main hp, kelakuan ABG Jaman sekarang yang hampir semuanya memang begitu.
Ibu tampak mematikan TV, membuat Lukman menatap Ibunya,
"TV tidak ditonton, mana hujan di luar banyak petir."
Omel Ibu.
Lukman nyengir.
"Mas Yanto di kamar, Bu. Tidur."
Kata Lukman akhirnya menjawab pertanyaan Ibunya barusan.
"Lah tidak makan?"
Tanya Ibu.
Lukman mengedikkan bahu, lalu tiduran lagi dan main hp lagi.
"Tidak mau makan Bu, tadi sudah Ukha sediakan, tapi tidak mau."
Tampak Mbak Ukha, kakak perempuan Yanto yang sudah sejak dua bulan ini tinggal bersama ibunya karena rumahnya sedang direnovasi keluar dari kamarnya.
Ibu tampak menghela nafas,
"Tidak mau makan sih bagaimana? Dari kemarin malam tidak makan, sekarang tidak mau makan lagi, apa mau sakit?"
Ibu terlihat akan berjalan ke kamar di mana Yanto tidur, tapi Mbak Ukha segera menarik tangan Ibu.
"Bu, jangan, maklumkan dulu, namanya lagi berduka, Ibu harus mengerti."
Ujar Mbak Ukha.
"Lho, kalau dibiarkan dia sakit terus bagaimana? Anak-anaknya masih kecil, dia masih muda, lalu mau bagaimana? Ini sudah takdir."
Ujar Ibu jadi kesal.
Mbak Ukha merangkul Ibu,
"Sabar Bu, sabar, ini berat buat Yanto, buat kita saja kehilangan Mirna kan juga berat."
Lirih Mbak Ukha.
Ibu matanya berkaca-kaca, teringat ia sosok menantunya yang baik dan selalu menghormatinya sebagai orangtua.
"Ibu sedih memikirkan Tita dan anak bayinya, ah kita kasih nama siapa nanti kalau tali pusarnya sudah putus?"
Ibu terduduk lemas di atas kasur sebelah Lukman yang tiduran.
"Lee Min Ho saja."
Sahut Lukman asal, membuat Mbak Ukha menabok kakinya sambil menyusul duduk Ibu tepat di sampingnya ibu pula.
"Ngopo to Mbak?"
Lukman nyengir.
"Lee Min Ho gundul mu."
Kesal Mbak Ukha pada Lukman yang bercanda tidak pada tempatnya.
Ya begitulah ABG.
"Kalau Yanto begitu terus, terpuruk, kehilangan semangat hidup, tidak mau kerja, sakit, lalu bagaimana nasib anak-anaknya, aduh Yanto... Yanto..."
Ibu mengusap dadanya yang jadi sesak karena sedih.
"Nanti juga baik lagi Bu, itu si Mas Munir, sekarang kan sudah move on, sudah cengar-cengir lagi."
Kata Lukman nimbrung lagi, tidak kapok.
"Ya kan Munir belum terlalu lama menikahnya, jadi pasti cepat lupa."
Kata Ibu.
"Nopo kalau sudah seratus hari, coba dikenalkan sama perempuan lain, mbok sapa tahu nanti jadi bisa semangat hidup lagi Bu."
Ujar Mbak ukha.
"Itu, mantan Yanto, sopo jenenge Man?".
Tanya Mbak Ukha ke arah Lukman yang berbaring di belakang Mbak Ukha dan Ibu duduk di tepi tempat tidur depan TV.
"Sopo sih? Winda?"
Tanya Lukman.
"Nah iya Winda, yang jualan jajanan di pasar."
Kata Mbak Ukha.
"Ngopo emange?"
Tanya Ibu jadi penasaran, menoleh ke arah Mbak Ukha dan juga pada Lukman.
"Janda dia, Bu, cerai sama suaminya, tapi anaknya satu ikut suaminya, diminta paksa keluarga suaminya katanya."
Tutur Mbak Ukha.
"Opo Iyo to?"
Ibu penasaran.
"Lah Ibu tidak percayaan."
Ujar mbak Ukha.
"Bukan tidak percaya, wong Ibu tidak pernah dengar cerita soal begituan."
"Ya Kan Ibu di rumah terus, mana dengar kisah-kisah seperti itu."
Kata Mbak Ukha lagi.
Ibu jadi nyengir.
"Yo wes, nek ngunu sopo ngerti nanti jadi jalan jodoh lain buat Yanto, biar hidupnya bisa semangat lagi."
Kata Ibu.
"Hmm, aku tidak ikut-ikutan, nanti Mbak Mirna dengar tidak setuju lho yo mbuh."
Kata Lukman lagi asal nyeletuk, yang semula akan membuat Mbak Ukha menaboknya, namun tiba-tiba seperti mencium aroma bunga tabur yang ada di kuburan.
Aromanya tercium tipis saja seperti terbawa angin.
Dan di saat yang sama, Ibu juga tiba-tiba saja menoleh ke arah pintu yang menuju kamar depan yang juga berhadapan dengan ruang tamu.
"Kayak ada yang lewat ya barusan."
Gumam Ibu tiba-tiba, membuat semua jadi melihat ke arah yang sama dengan Ibu.
Sementara itu, tirai yang menutupi pintu kamar depan di mana Tita dan dede bayi tertidur kini terlihat seperti terbuka pelahan seolah ada yang masuk ke dalam kamar sementara padahal tak ada angin yang berhembus.
Tita yang tidur meringkuk di kasur bawah tampak menggeliat, merasakan ada tangan yang menyentuh keningnya dengan lembut.
"Hmmm.. hmmm... hmmm..."
Terdengar lirih suara perempuan yang seperti tengah menggumamkan lagu pengantar tidur, bersamaan dengan suara deritan tempat tidur yang di mana dede bayi tertidur seolah ada sosok yang naik ke atas tempat tidur.
"Mama..."
Tita mengigau memanggil Mamanya, membuat sosok di samping dede bayi kini tersenyum pada para pembaca.
**-----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Naviandha Icha
ga sopan ih, baru bbrpa hari duka udah ngomongin pengganti
2025-03-23
0
syska
αh σthσr mα nαkut² ín...😅😁
2024-04-19
0
novita setya
lah saia melengos dong disenyumin hantu..ngeriiih
2024-04-17
0