Pendekar Pilih Tanding
Seorang pemuda menggunakan topi caping berjalan menyusuri jalan desa , di desa kenanga yg berada di Kadipaten Pajang.
Nampak raut pemuda tampan itu berkerut melihat perkembangan desa yg sudah lama ditinggalkannya itu. Jalan-jalan terlihat ramai dilalui para penduduk yg berlalu lalang menuju tempat kerjanya masing-masing, ada yg ke sawah ada yg hendak pergi berdagang, bahkan tak jarang pula terlihat para penggembala yg sedang membawa ternaknya ke arah ara-ara yg berada di sebelah selatan desa itu.
Pemuda itu nampak menggenggam sebuah seruling di tangan kanannya sedang tangan kirinya memegangi sebuah buntelan yg dipikulkan ke atas pundaknya.
Ketika tiba di sebuah rumah yg agak besar dan di Pagar bambu agak tinggi, pemuda itu terlihat berhenti dan memandangi rumah itu agak lama. sepertinya ia sedang terkenang akan sesuatu atas rumah itu.
Wajah di balik topi caping itu kelihatan muram, ia segera melangkahkan kaki nya meninggalkan tempat itu dan menuju ke arah barat.
Setelah agak jauh berjalan ia mendapati daerah persawahan yg padinya sedang menguning, kembali pemuda itu memandangi sebuah gubuk sawah yg agak jauh ke tengah, sementara di dekat gubuk itu ada kali kecil yg melintasi dengan air yg cukup jernih.
Sesaat ia akan beranjak dari tempat itu dilihatnya dua orang gadis yg tengah berjalan menuju ke sawah dengan membawa makanan untuk para petani yg berada di sawah itu.
Terkesiap darah dari pemuda itu ketika berpapasan dengan dua orang gadis itu.
" Hehhmph, apakah itu Tara Rindayu, begitu cantik nya dia sekarang,!" desis pemuda itu.
Yang terus menatap gadis yg sedang lewat di sampingnya itu tanpa memperdulikan sang pemuda.
Ketika kedua gadis itu telah jauh berlalu dan masuk ke tanggul sawah, sang pemuda melanjutkan langkah kakinya meninggalkan tempat itu.
Dua kali kelokan ia lewati sampailah ia di depan sebuah rumah yg cukup megah di antara rumah-rumah yg lain, bahkan rumah itu memiliki gerbang dan halaman yg cukup luas dengan tanaman pohon mangga di kiri dan kanannya, ter lihat rumah itu layaknya sebuah rumah milik seorang Tumenggung, ya rumah itu milik seorang saudagar kaya yang bernama juragan Tarya , ayah dari Tara Rindayu yg di temui pemuda itu ketika berpapasan di sawah tadi.
Lama juga pemuda itu melihat rumah itu, setelah ada orang yg keluar dari dalam rumah itu, sang pemuda melanjutkan kembali langkah kaki nya terus menuju barat kemudian berbelok ke arah utara, sehingga ia memasuki daerah pategalan yg mengarah ke sebuah hutan di utara desa itu.
Langkah kaki pemuda itu terhenti ketika melihat sebuah rumah kecil yg kurang pantas untuk di sebut sebagai rumah melainkan gubuk, sementara di kiri dan kanan jalan kecil menuju rumah tersebut terdapat tanaman singkong dan ketela rambat.
Agak lama si pemuda berada di depan pintu itu, seolah ragu untuk masuk , ia masih berpikir mungkinkah orang yg akan di datanginya itu masih ada.
Karena terlihat dari keadaan gubuk atau rumah itu tampak sudah tidak terurus , namun ia masih berkeyakinan bahwa orangnya masih ada setelah melihat tanaman yg berada di tempat itu.
Setelah agak lama mematung ia kemudian memberanikan diri memanggil si pemilik rumah,
" Assalamualaikum, mbok, mbok, mbok, apakah mbok rondo ada,?' terdengar kata-kata keluar dari mulut si pemuda.
Keadaan hening tidak ada jawaban, kembali si pemuda memanggil,
" Assalamualaikum , mbok, mbok ,mbok rondo, ini aku mbok,,!" agak keras pemuda itu memanggil.
Namun tidak ada jawaban, dengan agak ragu sang pemuda men dorong daun pintu perlahan.
" Kreeeikk," bunyi daun pintu ketika di dorong sang pemuda, alangkah ter kejut nya si pemuda melihat rumah atau gubuk itu kosong tanpa penghuni.
" Hehh, kemana kah mbok rondo, apakah ia tidak berada di sini dan siapa yg menanam tanaman itu kalau bukan dia,!" pikir si pemuda.
Kemudian si pemuda langsung keluar dari gubuk itu dan duduk di luar, ia menunggu kedatangan dari si pemilik rumah itu.
Namun sampai malam menjelang si pemilik rumah tidak juga kembali.
Akhir nya si pemuda yg tiada lain adalah Raka Senggani ber malam di tempat itu, di rumah yg cukup jauh dari rumah-rumah yg lain yg berada di desa kenanga itu.
Untuk sekedar mengganjal perut nya , Raka Senggani mencabut sebatang pohon singkong dan kemudian mem bakarnya.
Malam itu Raka Senggani makan dengan singkong bakar , setelah larut malam barulah ia masuk ke dalam rumah untuk tidur .
Pagi-pagi sekali Raka Senggani bangun dan menuju sendang yg berada di sebelah barat tempat itu, ia kemudian membersihkan tubuhnya dan mengambil air wudhu.
Setelah terdengar sayup-sayup suara azan di kejauhan ia kemudian melakukan sholat subuh di gubuk mbok rondo itu.
Selanjut nya, Raka Senggani melakukan latihan gerakan silat yg telah di pelajari nya.
Ketika hari telah terang Raka Senggani kemudian keluar dari rumah mbok rondo itu menuju ke pasar desa yg berada tepat di tengah desa kenanga itu.
Dari pasar desa kenanga , Raka Senggani mendengar kabar bahwa Tara Rindayu akan menikah sehabis panen mungkin sekira satu atau dua purnama lagi. Hati Raka Senggani berdesir men dengar berita itu , meski ia baru melihat kembali Wajah dari putri juragan Tarya itu kemarin, namun rasa rasa nya ia tidak terima kalau Tara Rindayu segera menikah.
" Sungguh beruntung yg dapat bersanding dengan Tara Rindayu itu, selain cantik , ia pun sangat baik,!" kata Raka Senggani di dalam hati.
Karena tujuan Raka Senggani sesungguhnya ingin mencari tahu tentang ke beradaan dari si mbok rondo, maka ia terus saja berkeliling di pasar itu sampai ia ber temu dengan seseorang yg dikenalnya, yaitu seorang pande besi bernama ki lamiran.
Meski Ki lamiran telah nampak berumur, tetapi Raka Senggani masih mengenalinya, karena dulu ia dan mbok rondo sering singgah di tempat itu hanya sekedar memesan pacul ataupun pisau panjang.
Setelah dekat dengan ki lamiran maka Raka Senggani pun berkata karena melihat orang tua itu tengah duduk mengaso tidak dalam bekerja.
" Ki, ki Lamiran mengenal ku,?" tanya nya kepada pande besi desa kenanga itu.
Orang tua yg bernama ki Lamiran itu lama menatap wajah Raka Senggani yg bertanya kepada nya itu.
Setelah beberapa kali mengucek ucek mata nya, Ki Lamiran kemudian berkata,
" Bukan kah angger ini adalah,... angger,..., bukan ,,,kah angger ini angger, ...angger Seng,... ,alah, angger Sengg,...gani, !" ucap Ki Lamiran setelah ber hasil mengingat wajah dari Raka Senggani itu.
" Ahh, ternyata ki Lamiran masih mengingat ku, syukurlah,!" ucap Raka Senggani.
" Sini ngger, mari duduk di sini,!" ajak ki Lamiran untuk duduk di dekatnya.
Kemudian Raka Senggani melangkah mendekati tempat duduk Ki Lamiran dan lantas duduk di dekat ki Lamiran.
" Oaalah ngger , sudah besar sekarang , di mana saja selama ini,?" tanya Ki Lamiran sambil memeluk tubuh Raka Senggani.
" Panjang cerita nya Ki, namun sebelum Ku jawab pertanyaan dari Ki Lamiran itu, Ku ingin mengajukan satu pertanyaan, kemana mbok rondo sekarang,?" tanya Raka Senggani kepada pande besi Ki Lamiran itu.
" Hehh, mbakyu rondo telah lama pindah dari desa kenanga ini, ia ikut anak semata wayang nya ke desa pucatan, dekat Kotaraja demak,!" jelas Ki Lamiran.
" Jadi si mbok rondo telah pindah toh, jadi siapa yg menanam tanaman yg di dekat rumahnya itu,?" tanya Raka Senggani yg heran mendengar cerita dari Ki Lamiran itu.
Pembicaraan keduanya ter henti setelah ada seseorang yg sedang melihat dagangan dari Ki Lamiran itu.
" Ki , yang ini berapa harga nya, ?" tanya seorang gadis yg tiada lain adalah Tara Rindayu sambil mengangkat sebuah pisau kecil.
" Yang itu murah den ayu,!" jawab Ki Lamiran.
Sebelum Tara Rindayu bertanya lagi ki Lamiran malah yg bertanya,
" Apakah den ayu tidak mengenal teman ku ini,?": tanya nya sambil menunjuk ke arah Raka Senggani yg nampak salah tingkah di tatap seorang perempuan cantik yg dahulunya adalah temannya itu.
Setelah lama melihat pemuda yg berada di samping Ki Lamiran itu, terlihat kepala Tara Rindayu menggeleng dan berkata,
" Maaf ki, aku tidak mengenalnya,!" jawab Tara Rindayu yg terus memandangi wajah Raka Senggani.
" Ahh, masak den ayu tidak mengenal nya bukan kah ia adalah teman sepermainan den ayu sewaktu kecil,!' seru Ki Lamiran.
" Hehh, berarti ia kakang Senggani, !" teriak Tara Rindayu dan langsung datang memeluk pemuda yg ada di hadapan nya itu, ia segera mengingat kenangan di masa kecil nya cuma akrab dengan Raka Senggani sebagai teman nya yg lelaki. Jadi begitu disebutkan oleh Ki Lamiran teman nya sewaktu kecil, Tara Rindayu langsung menebak bahwa pemuda itu adalah Raka Senggani.
Mendapatkan pelukan tiba-tiba dari seorang perempuan, apalagi cantik membuat Raka Senggani gelagapan dan berusaha melepaskan pelukan dari Tara Rindayu itu. Karena sesungguhnya Raka Senggani tahu bahwa perempuan yg memeluknya itu sudah bertunangan dan sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan. Jadi agak tabu rasanya memeluk tunangan orang, pikir Raka Senggani yg kemudian berhasil melepaskan pelukan Tara Rindayu itu.
" Wah kakang, Senggani kemana saja selama ini, hilang tanpa ada kabar beritanya, dan baru kali ini muncul di sini,?" tanya Tara Rindayu sambil tetap menggenggam tangan dari Raka Senggani.
Kedua nya langsung mengobrol, saat seperti mereka masih kecil , yg sangat akrab karena keluarga dari Raka Senggani dahulu nya cukup ter pandang di desa kenanga itu, sayang ketika datang nya bencana itu mengubah jalan hidup Raka Senggani yg harus pergi meningggalkan desa itu.
" Ndayu, kudengar dari beberapa orang, sebentar lagi kau akan menikah dengan siapa,..?" tanya Raka Senggani.
" Benar kakang Senggani, kakang sih tidak pernah muncul jadi aku ke buru menikah dengan lelaki lain bukan nya dengan kakang,,!" kelakar Tara Rindayu dengan wajah ter senyum dan membuat jantung Raka Senggani berdenyut kencang.
Benar ucapan mu itu Rindayu, ternyata aku terlambat datangnya sehingga kembang desa kenanga segera di petik orang, kata hati Raka Senggani
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 360 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
asyik nih mampir dulu....
2024-11-13
0
Darien Gap
silat lokal...ane mampir gan. mantap
2024-03-27
0
Deki Marsoni
mantap nih👍👍👍👍👍 lanjuuut thor
2024-02-18
1