Janda Kembang & Bad Guy
"Ampun Tuan, tolong berikan lagi tambahan waktu. Saya pasti akan melunasi semua utang berikut bunganya," pinta seorang pria dengan wajah mencium lantai sebab kaki seseorang menindih kepalanya.
Seseorang tersebut menyeringai kejam lantas menekan dan memutar-mutar sepatunya di atas kepala pria malang itu. "Aku sudah memberimu perpanjangan waktu, Omran. Sekarang, sudah tidak ada lagi toleransi. Kamu bayar semua utang serta bunganya, atau aku patahkan lehermu ini?"
"A-ampun Tuan Lucas... saat ini saya benar-benar tidak memiliki uang sepersen pun. Tuan bisa ambil semua perabotan dan sertifikat rumah saya sebagai jaminan," kata Omran membuat kesepakatan.
Pria bernama Lucas tertawa terbahak-bahak lalu melempar puntung rokok ke arah kepala Omran lanjut mematikannya menggunakan tapak sepatu. "Rumah butut ini mau kamu jadikan jaminan, Omran? Yang benar saja! Bahkan untuk membayar bunganya pun, tidak cukup!!"
Lucas memerintahkan anak buahnya untuk mengobrak-abrik seisi rumah. Kursi dan meja sudah tidak berada pada tempatnya. Keadaan hunian sederhana itu telah porak poranda dengan serpihan kaca di mana-mana sebab para anak buah Lucas telah memecahkan semua jendela.
"Ambilkan pecahan kaca itu padaku!" titah Lucas pada salah satu anak buah. Senyumnya semakin menakutkan. Sudah dipastikan pikiran jahat berkelibatan di dalam otaknya.
"Ini Bos," ucap anak buah Lucas memberikan pecahan kaca lalu kembali ke tempat semula seraya memainkan janggut tipisnya. Bibir-bibir kehitam-hitaman menyunggingkan senyuman tipis lantaran sudah tidak sabar dengan apa yang akan terjadi di depan mata.
Lucas mengangkat kakinya dari atas kepala Omran. Dia memainkan pecahan kaca dengan cara diputar-putar. Matanya tak lepas dari tubuh pria yang masih dalam posisi bersimpuh mencium lantai. Semburat kebengisan sangat jelas dari raut wajahnya. "Angkat pria tua bangka ini dan pegang tangannya kuat-kuat!!"
Dua orang bertubuh besar langsung melakukan apa yang diperintahkan bos-nya. Masing-masing dari mereka memegangi tangan Omran agar tidak bisa melarikan diri.
"Mau apa kamu?" bentak Omran yang sudah memiliki firasat buruk sebab dia menilik benda tajam yang berada di genggaman Lucas.
Lucas terkekeh. "Lihat wajah keriputmu, Omran! Penuh dengan keringat, mau aku tambahi darah segar?"
"Ma-maksud Tuan?" Omran terbata-bata sudah tak sanggup lagi berbicara dengan jelas. Hanya kedua mata yang terlihat penuh tanda tanya.
"Omran... Omran. Kenapa kamu ketakutan seperti itu? Aku bukanlah malaikat mautmu, jadi tenanglah sedikit!" Lucas menggoreskan serpihan kaca tersebut ke atas pipi Omran dan meninggalkan luka yang lumayan dalam.
"Ahgrh..." erang Omran menahan rasa pedih. Darah segar menetes dari atas pipi bercampur air mata yang tiba-tiba berderai.
"Lagi?" tanya Lucas. Tanpa perasaan, pria berusia enam puluh tahun itu kembali melukai wajah kisut Omran dengan benda tajam tersebut. Dia nampak menikmati saat Omran memekik kesakitan. Mulutnya terbuka lebar, suara gelak tawa menggema di dalam bangunan yang saat ini acak-acakkan. "Ini hukuman karena kamu telah berani bermain-main denganku, Omran! Aku sudah memberimu kelonggaran waktu. Tapi, kamu malah menyia-nyiakannya. Jadi, rasakan saja akibatnya!"
Teriakan Omran semakin mengencang sebab Lucas menendang betisnya menggunakan ujung sepatu membuat kaki renta itu bergetar nyeri.
"Ampuni saya Tuan Lucas. Saya janji akan melunasi utang-utang saya. Tapi, tolong berikan waktu satu minggu lagi," pinta Omran berharap pria yang seusia dengannya bisa berbaik hati memberi perpanjangan waktu.
Seorang pria dengan kaca mata hitam di atas kepala menghampiri Lucas lantas membisikkan sesuatu ke telinganya. Bibir kehitaman itu mengukir senyuman yang berbeda dari sebelumnya.
"Omran, apa benar kamu memiliki seorang putri yang sangat cantik?" tanya Lucas menatap bola mata pria yang tengah dia tekan. "Aku dengar, gadismu itu adalah kembang desa di sini. Benarkah itu?" tanyanya lagi dengan mata tak berhenti menatap.
"Sa-saya tidak memiliki anak, Tuan." Omran berdusta untuk menjaga keselamatan putrinya.
"Benarkah?" tekan Lucas. "Aku bisa membaca matamu, Omran. Jadi, aku bisa tahu apa kamu sekarang tengah berbohong atau tidak...!!" Lucas menyabet perut Omran menggunakan benda yang dia genggam. Tetesan berwarna merah saga, menembus kemeja putih miliknya.
"Su-sudah Tuan... saya mengaku kalah." Suara Omran terdengar parau, sorotan manik matanya sedikit meredup.
"Jadi?" tanya Lucas.
"Iya Tuan, saya memiliki seorang anak perempuan. Usianya saat ini menginjak dua puluh tiga tahun," ungkap Omran dengan berat hati. Dia tahu pasti kalau setelah ini pria yang terkenal kaya raya, tetapi sangat kejam itu akan menjadikan putri semata wayangnya sebagai istri keenam.
"Di mana dia sekarang?" Lucas terus saja bertanya. Dia amat penasaran dengan paras bak bidadari yang dikatakan oleh anak buahnya.
Omran menelan saliva sebelum menjawab. "Anak saya berada di kota P, Tuan. Di sana dia bekerja sebagai bidan, di salah satu Rumah Sakit."
Lucas memainkan bibirnya menggunakan lidah. Membayangkan dara muda berusia dua puluh tiga tahun, hasrat kelakiannya sontak saja terbangun. "Tunjukkan foto anakmu itu. Kalau dia masuk dalam kriteria istri keenam, aku anggap utang kita lunas!"
"Ma-maksud Tuan?" Omran berpura-pura tidak mengerti makna dari selorohan Lucas.
Lucas menggepit kuat kedua rahang Omran. "Sangat mudah dimengerti seharusnya. Jadi, jangan berlagak bodoh di hadapanku. Atau aku akan menghancurkan sel-sel otakmu sampai kamu benar-benar menjadi orang bodoh!!"
"Maaf, Tuan... saya mengaku salah!" balas Omran setelah cengkeraman tangan Lucas di mulutnya terlepas.
"Mana foto anakmu? Aku tidak akan memintanya lagi setelah ini. Kalau kamu masih saja bermain-main..." Lucas menjeda ucapannya. Dia menggerakan ke lima jarinya di depan leher.
Omran lagi-lagi menelan ludah membayangkan kalau kepala yang menyatu dengan leher akan terputus dari urat-uratnya. "Di-di laci meja sudut ada album foto. Di situ banyak gambar anak perempuan saya. Tuan bisa mengambilnya."
Lucas menggerakkan kepala ke samping sebagai tanda perintah pada bawahannya. Pria berkepala gundul mengangguk dan berjalan menuju meja sudut yang dimaksudkan oleh Omran. Dia membuka laci tersebut lalu mengeluarkan sebuah album foto yang sedikit usang.
"Ini, Bos!" Pria itu menyerahkan barang yang dia ambil dari dalam laci.
Lucas tersenyum tipis seraya menatap Omran kemudian membuka album itu selembar demi selembar. Kedua bibirnya tertarik sempurna dengan binar mata bercahaya. "Waw... anakmu benar-benar seperti bidadari, Omran! Dia sangat cantik dan tubuhnya begitu sempurna."
"Lalu apa yang Tuan inginkan dari putriku?" Omran ingin memastikan niat yang terselubung di dalam hati seorang Lucas Denver.
Lucas tergelak. "Berikan gadis cantikmu itu padaku! Semua utang yang kamu miliki, aku anggap lunas!!"
"Anakku dijadikan alat pembayaran utang?" Omran terus saja bertanya. Tetapi, di dalam hatinya antara setan dan malaikat tengah bertikai. Di satu sisi dia merasa bersalah karena sang anak menjadi korban atas kebiasan buruk dirinya yang senang berjudi dan bermain wanita jalangg. Namun, satu sisi lain dia berpikir akan menjadi keuntungan tersendiri bila memiliki menantu seorang saudagar kaya raya.
"Menurutmu?" cibir Lucas. "Suruh dia pulang secepatnya! Atau jangan salahkan, apabila anak buahku menyeret putrimu itu ke hadapanku!"
"Ba-baik, Tuan. Saya akan memintanya pulang minggu ini," ujar Omran pasrah karena sudah tidak memiliki jalan keluar yang lain atas kesulitan hidupnya.
"Aku tunggu!!" Lucas mengibaskan tangan menyuruh anak buahnya untuk melepaskan Omran dan pergi dari hunian yang kondisinya sudah mengkhawatirkan.
...*****...
...Bismillah... semoga setelah ini bisa lebih fokus berkarya 🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Alriani Hespiapi
ceritanya menyedihkan,semoga tidak berjumpa di kehidupan nyata
2022-07-16
2
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ayah yg bejat anak yg jadi tumbal
2022-07-10
2
Ulfa
ohh rupanya omran juga salah...
2022-07-08
0