Kini, desa sudah tak lagi terjangkau dan dermaga hanya tinggal beberapa langkah saja. Raga-raga yang kelelahan, terlelap serta saling bersandar. Mereka tidak tahu nasib seperti apa yang tengah menanti di sebrang samudra.
"Ivana, bangun!" sang kakak mengusap-usap wajah adiknya.
Gadis belia itu menggeliat lantas menggucek kedua matanya. "Kenapa Kak? Kenapa membangunkanku? Apa kita sudah sampai?"
"Tadi Kakak dengar dari orang yang membawa kita, sebentar lagi truk ini akan tiba di dermaga," jawabnya. "Siapkan dirimu sekarang juga. Beberapa saat lagi kita akan menjalankan rencana yang Kakak siapkan!" titahnya pada Ivana. Tekadnya sudah tak tergoyahkan, hidup atau mati bukan menjadi suatu kekhawatiran. Yang terpenting adalah, terbebas dari lembah hina juga terkutuk yang bernama prostitusi.
Ivana mengangguk cepat dan menggenggam erat tangan sang kakak. "Janji padaku, kita berdua akan selamat dan tetap hidup bagaimana pun keadaannya."
"Kakak janji. Apa pernah Kakak mengingkari janji?"
Ivana geleng-geleng kepala. "Tidak Kak... Kakak selalu menepati janji. Dan kali ini Ivana yakin Kakak tidak akan mengkhianati kepercayaanku!"
"Tentu....!"
Percakapan keduanya terputus lantaran kendaraan yang membawa mereka sudah berhenti. Dapat dipastikan saat ini semua orang telah tiba di tempat pertama yang sangat ditakuti, yakni dermaga.
Terdengar suara engsel pintu belakang truk dibuka. Perempuan-perempuan yang berada di dalam truk, sontak menutupi mata mereka menggunakan lengan karena cahaya lampu yang menyilaukan indra penglihatan.
"Keluar semua!!" sentak dua orang pria naik ke dalam bak truk di mana anak-anak remaja itu duduk meringkuk dan menjerit sehisteris mungkin. "Kalian mau kami lenyapkan, hah...?" sentaknya lagi menekan batin tawanannya dalam kekalutan. Dengan kasar dia menarik satu persatu gadis muda itu lantas mendorong untuk segera turun.
"Wah... wah... wah... anak cantik, anak manis. Kita bertemu lagi!" goda John karena kini di hadapannya Ivana berdiri bersembunyi di belakang tubuh sang kakak. Kejadian kemarin, membuat gadis itu trauma dan kerap kali ketakutan bila melihat si pria bajingan yang hampir saja melecehkan dirinya.
"Jangan ganggu adikku! Atau, kamu kuadukan pada tuan Lucas!" ancam kakak Ivana.
Mendengar nama Lucas, keberanian John langsung ciut seketika. Karena pria tua itu seperti memiliki mata dan telinga di mana-mana. Bisa mengetahui hal-hal yang terjadi, meski di tempat tersembunyi.
"Kamu dan kamu, ayo keluar!! Lama sekali gerak kalian, seperti siput saja!" John membetot lengan dua gadis terakhir agar menyusul perempuan lainnya yang sudah lebih dahulu turun keluar dari truk.
Sepuluh anak perempuan di bawah umur berjalan beriringan, digiring untuk menaiki kapal laut yang sudah para penjahat itu siapkan. Mereka tidak bisa berkutik apalagi melawan. Sebab anak buah Lucas, selain jumlahnya banyak, mereka juga memegang senjata api laras panjang. Anak-anak itu hanya bisa pasrah, dari pada harus mati konyol di tangan orang-orang biadab.
"Dengar!! Pekerjaan kalian di sana itu sangat enak dan menjanjikan. Dengan modal tubuh dan wajah cantik, kalian akan mendapatkan uang yang sangat banyak. Hidup kalian akan sejahtera tanpa khawatir akan menjadi sengsara." Lucas berbicara pada gadis-gadis tawanannya. Seakan pekerjaan yang dimaksud adalah sesuatu yang baik.
"Kalian tidak perlu bersedih apalagi menangis. Tanyakan saja pada teman kalian yang duduk di paling belakang, bagaimana nikmatnya semalam denganku. Aku masih ingat suara gadis itu ketika menjerit dan mendesahh karena permainan liarku!" Lucas mengemut bibirnya sendiri dengan mata terpejam seakan tengah membayangkan sesuatu.
Semua orang menoleh ke arah gadis yang duduk di samping Ivana dengan tatapan seakan meminta jawaban.
Lucas terbahak-bahak. "Dia tidak akan berkata sejujurnya karena merasa malu. Kalian rasakan sendiri saja nanti kalau sudah sampai di tempat indah itu. Aku pastikan, kalian semua akan ketagihan dan air-air mata itu tidak akan ada lagi di wajah kalian!!"
Setelah memberikan rangkaian omong kosong, Lucas melepaskan kepergian sandera-sanderanya menuju negara di mana mereka akan disambut dengan suka cita. Tempat di mana hanya ada masa depan kelam juga menjijikkan.
...***...
Sudah satu jam kapal berlayar di tengah laut, orang-orang kembali tertidur lantaran merasa kelelahan akibat perjalanan panjang. Begitu pun juga dengan sebagian anak buah Lucas, mereka terlelap di saat sebagian lainnya terjaga.
"Ivana... ini sudah saatnya! Ingat, 'kan, apa kata Kakak?"
"Berenanglah sejauh yang kamu bisa dan jangan menengok ke belakang. Harga diri tidak bisa dibeli, lebih baik mati mempertahankan kehormatan dari pada hidup menjadi manusia kotor," jawab Ivana dengan ekpresi datar.
"Bagus... itu baru adik Kakak!!" ucapnya lalu merengkuh tubuh sang adik. "Nanti kita akan bertemu lagi di tempat yang sangat... indah!!" Ia mengacungkan jari kelingking sebagai simbol berjanji atas perkataannya.
Ivana mengangguk dan turut mengacungkan jari kelingkingnya. "Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita, selain kematian!"
"Ya... hanya kematian," timpal kakak Ivana.
Gadis berusia sembilan belas tahun itu mulai melancarkan rencananya. Ia menghampiri John yang berdiri di depan pintu untuk mengalihkan perhatiannya. Sementara Ivana, sudah bersiap bersembunyi di balik tumpukan tong-tong kayu.
"Di mana kamar mandi?"
"Mau apa memangnya?" sahut John ketus.
Kakak Ivana memegangi bagian selangkangannya. "Mau pipislah, memangnya mau apa lagi?! Atau, kamu maunya aku pipis di mulut jahanammu itu, John?!"
Hanya dengan godaan seperti itu saja, hasrat kelakian John langsung melonjak tak terbendung. Keperkasaan mengeras, lidahnya menari-nari di atas bibir hitam.
Gadis itu paham betul kalau targetnya sudah masuk ke dalam perangkap. Dia berjalan mundur seraya memainkan sepasang buah dada montok. John mengikuti begitu saja bak seekor kerbau yang dicucuk hidungnya.
"Aku mau pipis. Kamu jangan mengikutiku!!"
"Aku juga mau pipis!" sahut John membuka celananya. "Tapi pipis di dalam bibir seksimu!" Dia mengeluarkan barang pribadi miliknya yang sudah ereksi dan menarik tubuh gadis itu agar berlutut di hadapannya.
John memasukkan batang kejantanannya ke dalam mulut si gadis dengan kasar. Meski merasa jijik dan terhina, perempuan malang itu harus melakukannya demi sang adik tercinta. Ia melambaikan tangan, memberikan kode kepada Ivana agar bersegera untuk melarikan diri.
Dara berambut sepinggang itu menganggukkan kepala sembari menyeka air mata. Melihat pengorbanan sang kakak begitu melukai hati juga dirinya. Ia berlari sekencang mungkin kemudian melucur dengan mulus ke dalam laut dan langsung berenang sekuat tenaga tanpa melihat ke belakang.
Seakan mendengar sesuatu yang terjatuh dengan keras ke dalam air, John sontak menyudahi permainannya untuk melihat apa yang terjadi. "Brengsekk!! Ada saja yang menggangguku!!"
John dan anak buahnya mengecek ke dalam dek terlebih dahulu, mereka menyadari kalau jumlah tawanan mereka berkurang satu orang.
Di saat para bedebah semua lengah, gadis berambut sepinggang cepat-cepat terjun ke dalam laut untuk menyusul sang adik. Dia berenang dengan gerakan cepat. Namun, naas. John dan anak buahnya sudah lebih dahulu memergoki dirinya.
Laki-laki tak berperasaan itu memberondong dengan peluru dari senjata laras panjang yang mereka pegang. Ivana membalikkan badan karena mendengar suara tembakan bertubi-tubi. Dia berteriak pilu saat melihat tubuh kakaknya itu tak berdaya dihujani peluru. Sosok pelindungnya kini sudah tak lagi terlihat, ia tenggelam bersama air mata dan kisah suram yang bukan sekedar mimpi buruk.
Ivana lanjut berenang sejauh yang dia bisa. Dan pada akhirnya, gadis itu pun menyerah. Membiarkan tubuhnya terseret arus dan terombang-ambing oleh sapuan ombak.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Neyna 🎭🖌️
semangat senja 💪💕💕
2022-07-18
1
Watik Yd
sungguh tragis
2022-07-10
1
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
kuatlah ivana.. jgn sampai pengorbanan kakakmu sia2...
2022-07-10
1