"Mau minum apa?" tanya seorang bartender pada pelanggan yang baru saja datang.
"Vodka!" jawabnya singkat.
"Oke, tunggu sebentar!" seru bartender mengerdipkan mata genit melihat sosok pria maskulin dengan piercing di daun telinganya.
Pria tersebut mengerdikkan bahu lantaran merasa geli dengan tingkah laku lelaki tulang lunak yang menggodanya itu.
"Ini pesananmu, handsome!" Bartender menyodorkan gelas berisikan vodka. Ia mencuri-curi kesempatan untuk menggenggam tangan lelaki tersebut. Lidahnya menjulur-julur seperti seekor ular yang ingin membidik mangsangya.
"Aku lelaki normal, tidak main pedang-pedangan. Tapi mainanku, ini!" Pria itu mengeluarkan senjata api dari dalam pinggang celana, kemudian menarik pelatuknya. Sang bartender langsung melepas genggaman dan buru-buru pergi sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Lelaki dengan tindik tersebut cengengesan, kemudian berjalan menuju sofa kosong sembari membawa serta minumannya. Ia duduk santai dengan tangan merentang di atas sandaran, beserta kedua kaki menjuntai ke lantai.
Ia menikmati hentakkan musik, mengangguk-anggukkan kepala seraya meneguk sedikit demi sedikit minuman beralkohol yang ia pesan tadi. Namun, kedua manik mata memperhatikan gerak-gerik perempuan muda yang tengah bercengkerama dengan dua orang wanita sebaya.
Sesaat kemudian, perempuan muda yang diperhatikan lelaki tersebut beringsut meninggalkan teman-temannya. Ia berlenggak-lenggok bak seekor kucing, menghampiri pria muda yang memiliki paras menawan.
"Boleh aku temani?" tanya perempuan berkisar usia tujuh belas tahun, bernetra cokelat pekat dan memiliki wajah khas Asia Tengah. Ia duduk begitu saja di atas pangkuan lelaki tersebut memamerkan payudara bulat juga padat. Pakaian serba mini seakan tidak mampu untuk menutupi lekuk tubuh indahnya.
"Seksi!" balas pemuda itu tanpa basa-basi.
"Laki-laki tampan dan hot sepertimu, kenapa sendirian?" tanyanya dengan tangan membelai dada bidang yang ditumbuhi rambut halus di tengahnya. "Milikmu bangun, baby! Mau aku puaskan?" tawar gadis itu dengan tangan berkelana di atas sesuatu yang mengeras seakan memberontak.
Lelaki itu menelan kasar saliva, kemudian menarik pinggang si gadis malam agar tubuhnya semakin merapat. "Harus! Kamu harus memuaskanku malam ini. Karena aku pria yang haus akan belaian perempuan nakal sepertimu."
"Tapi apa kamu akan kuat dengan goyanganku? Karena aku rasa, bermain satu ronde pun kamu akan kewalahan!" ledek si wanita malam. Wajahnya semakin mendekat, ia meniupkan napas hangat lantas menggigit ceruk leher pria tersebut. Bulu kuduk pria itu meremang, napasnya kian memburu karena sengatan gairah yang dilancarkan gadis tak tahu malu.
"Kita buktikan saja sekarang!" Lelaki tersebut mencolek dagu wanita malam lanjut berdiri. Ia menoleh ke arah gadis yang masih terpaku di tempatnya. "Kenapa masih duduk saja? Apa kamu takut dan mau berubah pikiran?"
Gadis malam itu menyunggingkan senyuman kemudian turut berdiri. "Tidak ada kata takut dalam kamusku untuk memuaskan pelanggan menggairahkan sepertimu!"
Pria itu membawa gadis malam keluar dari klub dan menuntunnya menuju kendaraan yang terparkir di bawah gedung. Tangannya tidak berhenti meremass bokong perempuan itu serta sesekali mengusap-usap pangkal paha. Membuat tubuh indah meliuk-liuk lantaran rasa geli dari sentuhan-sentuhan yang mengenai area sensitif.
"Kamu sudah tidak sabar?"
"Begitulah," desah si lelaki.
"Kita bermain di situ saja," saran si perempuan menunjuk pintu tangga darurat.
"Aku bukan anjing liar yang bercinta tidak melihat tempat!" tolak laki-laki tersebut.
"Kalau di dalam mobil, bagaimana?" usul si gadis yang sudah sama-sama tidak tahan untuk merasakan dahsyatnya kejantanan laki-laki tersebut.
"Baiklah, asal kau benar-benar memuaskanku!" Lelaki itu langsung berjalan tergesa-gesa agar segera sampai di tempat parkir. Ia sudah tidak sabar untuk meredakan sesuatu yang mendesak di ujung kemaluann. Memuntahkan semua cairan yang bersarang di dalamnya.
Sesampainya di depan pintu mobil, gadis malam itu didorong kasar tanpa perasaan. Tubuhnya terjungkal ke atas jok mobil dengan kepala menghentak keras. "Hey... pelan-pelan sedikit! Kamu menyakitiku!"
"Aku tidak biasa bermain pelan-pelan. Itu bukan gayaku!" ungkap si lelaki. Ia meraih beberapa utas tali yang sudah disiapkan sebelumnya, lalu digunakan untuk mengikat kedua tangan juga kaki gadis tersebut.
"Kenapa aku diikat? Kamu mau bermain kasar?" desah gadis itu masih berpikir kalau pelanggannya ingin bersenang-senang dengannya.
"Jangan banyak protes!!" hardik si lelaki yang tidak diketahui namanya. Ia pun menutupi mulut gadis itu dengan lakban agar tidak bisa membuat kegaduhan. "Nah... begini, 'kan, jadinya lebih bagus!" ucapnya kemudian tersenyum licik.
Gadis yang tidak mengerti apa-apa, kini hanya bisa menggerak-gerakkan badannya. Dengan mulut berusaha berteriak meminta tolong. Namun sayang, tertutupi lakban.
"Jangan macam-macam, kalau ingin selamat!" ancam si lelaki. Ia membanting pintu lanjut berjalan memutar dan masuk ke dalam mobil, duduk di belakang kemudi.
Gadis itu barulah menyadari kalau sekarang ia tengah disandera oleh seseorang. Ia berusaha memberontak, menggerak-gerakkan badannya juga menggeliat. Akan tetapi, tautan yang menyimpul di tangan dan kakinya tidak jua terlepas. Ia harus pasrah ketika seseorang yang tidak kenalinya tersebut, mulai melajukan kendaraan ke tempat yang jauh dari kata menyenangkan.
Bayangan akan ujung malam yang indah ternyata hanya sekedar khayalan semata. Sebab pria yang menyewa gadis itu bukanlah menginginkan tubuhnya melainkan informasi penting yang ia butuhkan mengenai mafia prostitusi bernama Lucas Denver.
...***...
Sementara itu, di markas utama milik Lucas sudah berjejer beberapa anak buahnya mengelilingi seorang pria mengenakan setelan jas berwarna abu muda dan kemeja putih yang ditemani oleh dua orang bodyguard-nya. Pria tersebut menyodorkan koper berwarna hitam ke arah Lucas lantas memperlihatkan isinya.
"Ini uangmu, mana barang yang saya minta?"
Lucas menggambil satu gepok uang kertas dari dalam koper lalu menghirup aromanya. Dia menarik benda berwarna hitam tersebut dan melemparkan ke arah salah satu anak buah. "Hitung jumlahnya!"
"Nominal uang itu pas, tidak kurang tidak lebih!" sahut pria berjas abu.
"Saya hanya ingin memastikan," jawab Lucas. Ia menepuk tangan memanggil orang kepercayaannya setelah mengetahui nominal uang tersebut. Seorang pria berwajah sangar mendekat sembari menenteng koper serupa.
"Ini barang yang Anda inginkan!" Lucas melemparkan koper ke arah salah satu body guard.
Pria yang mengenakan kaca mata hitam, membuka koper tersebut lalu mengecek keaslian isinya. Ia menyobek salah satu plastik pembungkus menggunakan pisau, kemudian menjilat benda tajam itu merasai heroin yang dipesan.
"Bagaimana?" tanya lelaki yang mengenakan jas abu-abu.
"Ini benar-benar barang bagus, Tuan!" sahut si body guard setelah mencicipi barang terlarang itu.
Pria berjas abu menyeringai puas. Ia mengulurkan tangan untuk berjabatan tangan dengan Lucas. "Senang rasanya bisa bekerja sama dengan Anda, Tuan Lucas Denver."
"Begitu pun juga dengan saya," balas Lucas seraya menggenggam erat. "Saya tunggu kerja sama berikutnya." Lucas melepaskan tangannya.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
setelah ini, serbuk itu melanglang buana merusak pemakainya
2022-07-17
1
langit biru
apa itu ?di belai langsung mengeras???🤔
2022-06-17
2