Bab 5 Anggur Merah

"Ah... shitt!! Pakai habis segala lagi!" gerundel Omran lantaran minuman kesukaannya hanya tersisa beberapa tetes saja. Dia melempar botol bekas wine itu lalu terkulai lesu di atas kursi kayu, dengan kedua kaki menjuntai tak bergairah.

Pecahan-pecahan botol tersebut berserakan di atas lantai. Menambah semrawut keadaan rumah yang semula sudah tak beraturan lantaran ulah anak buah Lucas.

"Tamaryn... lihat kondisiku sekarang! Aku terlihat sangat menyedihkan, bukan?" racau Omran mengingat mendiang istrinya. "Aku laki-laki tua kesepian. Hidupku hancur dan tak memiliki tujuan hidup, selain bersenang-senang sampai mati!!" Omran terisak dan terkekeh secara bersamaan. Dia tidak mempedulikan suara dering ponsel yang berbunyi sejak tadi. Telinganya seolah menuli, pikiran pun berubah kosong.

"Papa mana sih, dari kemarin tidak bisa dihubungi?" keluh Amanda yang sudah berkali-kali menelpon Omran, tetapi nihil. "Perasaanku kok semakin tidak enak ya?" Amanda memijit lagi tombol berwarna hijau dan kali ini Omran menjawab panggilan teleponnya.

Amanda

Ah, akhirnya papa mengangkat teleponku!

Papa kenapa? Papa baik-baik saja, 'kan?

Papa sehat, 'kan?"

Omran

Bagaimana Papa bisa menjawab, kalau kamu tidak memberikan kesempatan buat Papa bicara?"

Amanda

(Terkekeh) Maafkan Manda ya Pa. Manda cuman kepikiran papa terus.

Ngomong-ngomong, kemarin siang ada apa papa menelponku sampai berpuluh-puluh kali? Tidak ada masalah, 'kan, pa?"

Tidak ada hal buruk menimpa papa, 'kan? Manda, sangat mencemaskan papa....

Omran

Papa sehat. Papa cuman ingin kamu pulang, itu saja!

Kamu, mentang-mentang sudah sukses di kota, sampai lupa dan tidak mau menjenguk papamu ini!

Amanda

Tidak begitu, pa

Pekerjaan Manda sulit sekali mendapatkan hari libur. Tapi, Manda janji. Minggu ini pasti pulang

Omran

Benarkah?

Amanda

Tentu saja benar, pa....

Omran

Tapi kalau tidak bawa uang, tidak usah pulang!

Amanda

Tenang saja pa... kemarin-kemarin, Manda sengaja menabung banyak uang untuk papa.

Omran

(Menahan tawa bahagia)

Baiklah... Papa tunggu di rumah ini. Papa putus sambungan teleponnya ya karena pekerjaan Papa belum selesai.

Amanda

Iya, pa. Manda, sayang... sama papa.

I love you my hero....

Sebelum sempat menjawab, Omran sudah lebih dahulu mengakhiri panggilan telepon putrinya. Wajah yang semula kecut, kini mendadak sumringah sebab dia melihat masa depan cemerlang yang sebentar lagi akan datang menghampiri.

Tubuh yang semula lemah tak bertenaga, tiba-tiba bugar kembali. Omran langsung bangkit. Dia mendadak memiliki kekuatan di tengah rasa perih bekas sayatan karena perbuatan Lucas kemarin.

"Ah... aku harus merapikan beling-beling ini. Jangan sampai anakku tahu, kalau papanya tukang mabuk!" Omran beranjak ke arah dapur untuk mengambil sapu lantas membersihkan serpihan-serpihan botol minuman.

Sementara, pecahan kaca jendela dan kondisi rumah yang awut-awutan dibiarkan begitu saja. Semua itu akan Omran jadikan salah satu alasan, untuk menekan putrinya agar menyetujui permintaan Lucas menjadi istri muda.

Setelah selesai membersihkan pecahan botol tersebut, Omran lanjut ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia cukur bulu-bulu halus di atas bibir dan di atas dagu. Rambut yang memutih, disemir menjadi warna cokelat mengkilap. Pria tua itu seperti memperoleh energi baru setelah mendapat telepon dari putrinya.

...***...

Suara bising dari musik yang dimainkan oleh seorang Disc Jockey (DJ) teramat memekikkan telinga. Hentakkannya seakan berusaha memecahkan gendang telinga setiap orang. Belum lagi suara pekikkan para penghuninya, menambah hingarnya dunia malam.

"Lihat itu siapa datang ke mari?" tanya seseorang pada rekannya karena melihat sesosok pria yang ia kenali. Matanya terus menyoroti laki-laki yang baru saja memasuki diskotek sembari mengangguk-anggukkan kepala mengikuti irama musik.

"Bedebah itu, masih punya nyali rupanya!" Pria yang mengenakan setelan jas, melempar rokok dari mulutnya lalu beringsut menghampiri lelaki tersebut. Ia bertepuk tangan sangat kencang, tepat di depan wajah pria yang tidak disukainya.

"Omran... Omran. Tebal juga mukamu! Sudah berkali-kali aku usir, tetap saja kamu kembali ke tempat ini. Urat malumu benar-benar sudah putus!!" geram pria pemilik diskotek yang sering didatangi Omran.

Omran tidak mengindahkan teguran pria yang menghadangnya. Dia malah melengos dan berlalu begitu saja sembari petantang-petenteng berjalan ke arah meja judi.

"Berdiri!!" Omran menarik kasar lengan seseorang agar beringsut dari atas kursi yang hendak dia tempati. Dia duduk begitu saja di kursi tersebut meski pemiliknya melayangkan makian kepadanya. "Berikan aku satu kartu!!" titahnya pada joki judi malam ini.

Pemuda yang mengenakan dasi kupu-kupu menatap gamang ke arah Omran lantaran ia mengenal dengan baik pria yang berbicara padanya saat ini. Ia melirik ke arah pemilik diskotek. Apakah membiarkan Omran untuk ikut berjudi atau mengusirnya.

"Berikan kartunya!" sentak Omran karena joki jodi itu hanya berdiam diri.

"Kalau mau ikut berjudi, bayar dulu semua utang-utangmu, Omran!" timpal pemilik diskotek berdiri di belakang Omran.

Omran memutar kepalanya dan mengerlingkan mata. "Tenang saja, Paul. Dua hari lagi putriku akan pulang dan membawa uang yang banyak. Aku pasti akan melunasi utang-utangku!"

"Alasan klasik!" kesal Paul.

"Ayolah... kali ini kamu harus percaya padaku, Paul! Lagi pula, sebentar lagi putriku akan menikah dengan tuan Lucas. Bisa kamu bayangkan bukan, aku akan memiliki menantu kaya raya!" Omran terbahak-bahak karena perkataannya sendiri. Sedangkan semua orang, menatapnya tanpa ekspresi.

Paul berdiri di samping Omran dan berbicara bernada geram. "Kebohongan apa lagi yang kamu katakan, Omran? Mana mungkin tuan Lucas akan menikah dengan putrimu! Jangan-jangan...."

Omran menengok ke samping. "Jangan-jangan apa?"

"Jangan-jangan, kamu sudah menjual darah dagingmu itu!" ujar Paul.

Bibir Omran melengkung tipis. "Tidak, aku tidak mungkin menjual putriku sendiri."

"Lalu?" potong Paul.

"Aku cuman terpaksa menikahkan Amanda lantaran terjebak utang yang sangat besar pada tuan Lucas," kilah Omran tidak ingin merusak citranya sendiri sebagai seorang ayah.

"Itu sama saja dengan menjual anakmu. Dasar bodoh!!" sembur Paul.

Omran masa bodoh, saat ini yang terpenting baginya adalah bisa terbebas dari jeratan utang si mafia yang terkenal sadis pada siapa pun tanpa memandang bulu. "It's not your business, Paul. Urusanmu adalah membiarkanku malam ini berjudi sepuasnya dan bercinta dengan dua wanita malam di sini."

Paul mendengus kasar. "Oke, aku memberimu toleransi sekali lagi. Tapi kalau kamu masih saja menipuku, rasakan saja akibatnya!!"

Omran menepuk-nepuk bahu Paul. "Tenang saja man... sekarang, aku tidak sedang membual. Kamu bisa lakukan apa pun, bahkan memotong lidahku ini bila semua pekataanku sekedar omong kosong!!"

"Aku simpan omonganmu, Omran!" Paul menarik langkah dan membiarkan Omran bertingkah semaunya. Dia hanya memantau gerak-gerik pria tua itu dari kejauhan. Sembari melanjutkan kebiasan buruknya, menyesap batangan rokok dan menikmati minuman beralkohol.

...*****...

Terpopuler

Comments

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

bìadab si omran itu. tega pada anak sendiri

2022-07-10

0

Neyna 🎭🖌️

Neyna 🎭🖌️

semangat senja 💪💕💕

2022-06-27

1

HIATUS

HIATUS

omran ... kmu sehat?🤧

2022-06-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lucas Denver
2 Bab 2 Matthew Alonzo
3 Bab 3 Kiss me
4 Bab 4 Sadis
5 Bab 5 Anggur Merah
6 Bab 6 Mata
7 Bab 7 Melepaskan Diri
8 Bab 8 Lenyap!!
9 Bab 9 Kejutan
10 Bab 10 Siuman
11 Bab 11 Pulang
12 Bab 12 Jambret...!!!
13 Bab 13 Menikah!!!
14 Bab 14 Rindu
15 Bab 15 Bertemu Kembali
16 Bab 16 Jawab, Pa...
17 Bab 17 Meloloskan Diri
18 Bab 18 Rahasia
19 Bab 19 Klub Malam
20 Bab 20 Kabur
21 Bab 21 No, Papa...
22 Bab 22 Istana Lucas Denver
23 Bab 23 Jangan Menikah!!!
24 Bab 24 Pernikahan
25 Bab 25 Gagal MP
26 Bab 26 Bebas
27 Bab 27 Ejakulasi Dini
28 Bab 28 Berpandangan Mata
29 Bab 29 Dilema Lucas
30 Bab 30 Godaan
31 Bab 31 Pintu Rahasia
32 Bab 32 Matthew Kembali
33 Bab 33 Mati
34 Bab 34 Allina
35 Bab 35 Kubur
36 Bab 36 Pergi
37 Bab 37 Memergoki
38 Bab 38 Kerja Sama
39 Bab 39 Pingsan
40 Bab 40 Meremang
41 Bab 41 Pasung
42 Bab 42 Kebakaran
43 Bab 43 Dokumen Penting
44 Bab 44 Roti Sobek
45 Bab 45 Ambulan
46 Bab 46 Televisi
47 Bab 47 Kabur
48 Bab 48 Ciuman Kedua
49 Bab 49 Ulet Bulu
50 Bab 50 Curiga
51 Bab 51 Melepasmu
52 Bab 52 Helikopter
53 Bab 53 Tertembak
54 Bab 54 Meledak
55 Bab 55 Hilang
56 Bab 56 Makan Malam
57 Bab 57 Bathtub
58 Bab 58 Mengintip
59 Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60 Bab 60 Saksi
61 Bab 61 Menyelinap
62 Bab 62 Senapan
63 Bab 63 Menggigil
64 Bab 64 Mayat
65 Bab 65 Kedatangan Polisi
66 Bab 66 Matthew Siuman
67 Bab 67 Ditangkap
68 Bab 68 Abigail
69 Bab 69 Allison Elizabeth
70 Bab 70 Bebas
71 Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72 Bab 72
73 Bab 73 Leo...
74 Bab 74 Kerinduan
75 Bab 75 Tulus
76 Bab 76 Batu
77 Bab 77 Obat
78 Bab 78 Sidang Pertama
79 Bab 79 Gagal Lagi
80 Bab 80 Donor Darah
81 Bab 81 Kritis
82 Bab 82 Janji
83 Bab 83 Tubruk
84 Bab 84 Monitor
85 Bab 85 Hidup dan Mati
86 Bab 86 Sidang Kedua
87 Bab 87 Tunggu!!!
88 Bab 88 Siapa ya?
89 Bab 89 Hakim Memutuskan...
90 Bab 90 Cemburu
91 Bab 91 Siuman
92 Bab 92 Buket Bunga
93 Bab 93 I Love You, Mom
94 Bab 94 Ivana?
95 Bab 95 Kau?
96 Bab 96 Desa
97 Bab 97 Pergi atau Kembali
98 Bab 98 Kecupp
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 Lucas Denver
2
Bab 2 Matthew Alonzo
3
Bab 3 Kiss me
4
Bab 4 Sadis
5
Bab 5 Anggur Merah
6
Bab 6 Mata
7
Bab 7 Melepaskan Diri
8
Bab 8 Lenyap!!
9
Bab 9 Kejutan
10
Bab 10 Siuman
11
Bab 11 Pulang
12
Bab 12 Jambret...!!!
13
Bab 13 Menikah!!!
14
Bab 14 Rindu
15
Bab 15 Bertemu Kembali
16
Bab 16 Jawab, Pa...
17
Bab 17 Meloloskan Diri
18
Bab 18 Rahasia
19
Bab 19 Klub Malam
20
Bab 20 Kabur
21
Bab 21 No, Papa...
22
Bab 22 Istana Lucas Denver
23
Bab 23 Jangan Menikah!!!
24
Bab 24 Pernikahan
25
Bab 25 Gagal MP
26
Bab 26 Bebas
27
Bab 27 Ejakulasi Dini
28
Bab 28 Berpandangan Mata
29
Bab 29 Dilema Lucas
30
Bab 30 Godaan
31
Bab 31 Pintu Rahasia
32
Bab 32 Matthew Kembali
33
Bab 33 Mati
34
Bab 34 Allina
35
Bab 35 Kubur
36
Bab 36 Pergi
37
Bab 37 Memergoki
38
Bab 38 Kerja Sama
39
Bab 39 Pingsan
40
Bab 40 Meremang
41
Bab 41 Pasung
42
Bab 42 Kebakaran
43
Bab 43 Dokumen Penting
44
Bab 44 Roti Sobek
45
Bab 45 Ambulan
46
Bab 46 Televisi
47
Bab 47 Kabur
48
Bab 48 Ciuman Kedua
49
Bab 49 Ulet Bulu
50
Bab 50 Curiga
51
Bab 51 Melepasmu
52
Bab 52 Helikopter
53
Bab 53 Tertembak
54
Bab 54 Meledak
55
Bab 55 Hilang
56
Bab 56 Makan Malam
57
Bab 57 Bathtub
58
Bab 58 Mengintip
59
Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60
Bab 60 Saksi
61
Bab 61 Menyelinap
62
Bab 62 Senapan
63
Bab 63 Menggigil
64
Bab 64 Mayat
65
Bab 65 Kedatangan Polisi
66
Bab 66 Matthew Siuman
67
Bab 67 Ditangkap
68
Bab 68 Abigail
69
Bab 69 Allison Elizabeth
70
Bab 70 Bebas
71
Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72
Bab 72
73
Bab 73 Leo...
74
Bab 74 Kerinduan
75
Bab 75 Tulus
76
Bab 76 Batu
77
Bab 77 Obat
78
Bab 78 Sidang Pertama
79
Bab 79 Gagal Lagi
80
Bab 80 Donor Darah
81
Bab 81 Kritis
82
Bab 82 Janji
83
Bab 83 Tubruk
84
Bab 84 Monitor
85
Bab 85 Hidup dan Mati
86
Bab 86 Sidang Kedua
87
Bab 87 Tunggu!!!
88
Bab 88 Siapa ya?
89
Bab 89 Hakim Memutuskan...
90
Bab 90 Cemburu
91
Bab 91 Siuman
92
Bab 92 Buket Bunga
93
Bab 93 I Love You, Mom
94
Bab 94 Ivana?
95
Bab 95 Kau?
96
Bab 96 Desa
97
Bab 97 Pergi atau Kembali
98
Bab 98 Kecupp

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!