"Ah... shitt!! Pakai habis segala lagi!" gerundel Omran lantaran minuman kesukaannya hanya tersisa beberapa tetes saja. Dia melempar botol bekas wine itu lalu terkulai lesu di atas kursi kayu, dengan kedua kaki menjuntai tak bergairah.
Pecahan-pecahan botol tersebut berserakan di atas lantai. Menambah semrawut keadaan rumah yang semula sudah tak beraturan lantaran ulah anak buah Lucas.
"Tamaryn... lihat kondisiku sekarang! Aku terlihat sangat menyedihkan, bukan?" racau Omran mengingat mendiang istrinya. "Aku laki-laki tua kesepian. Hidupku hancur dan tak memiliki tujuan hidup, selain bersenang-senang sampai mati!!" Omran terisak dan terkekeh secara bersamaan. Dia tidak mempedulikan suara dering ponsel yang berbunyi sejak tadi. Telinganya seolah menuli, pikiran pun berubah kosong.
"Papa mana sih, dari kemarin tidak bisa dihubungi?" keluh Amanda yang sudah berkali-kali menelpon Omran, tetapi nihil. "Perasaanku kok semakin tidak enak ya?" Amanda memijit lagi tombol berwarna hijau dan kali ini Omran menjawab panggilan teleponnya.
Amanda
Ah, akhirnya papa mengangkat teleponku!
Papa kenapa? Papa baik-baik saja, 'kan?
Papa sehat, 'kan?"
Omran
Bagaimana Papa bisa menjawab, kalau kamu tidak memberikan kesempatan buat Papa bicara?"
Amanda
(Terkekeh) Maafkan Manda ya Pa. Manda cuman kepikiran papa terus.
Ngomong-ngomong, kemarin siang ada apa papa menelponku sampai berpuluh-puluh kali? Tidak ada masalah, 'kan, pa?"
Tidak ada hal buruk menimpa papa, 'kan? Manda, sangat mencemaskan papa....
Omran
Papa sehat. Papa cuman ingin kamu pulang, itu saja!
Kamu, mentang-mentang sudah sukses di kota, sampai lupa dan tidak mau menjenguk papamu ini!
Amanda
Tidak begitu, pa
Pekerjaan Manda sulit sekali mendapatkan hari libur. Tapi, Manda janji. Minggu ini pasti pulang
Omran
Benarkah?
Amanda
Tentu saja benar, pa....
Omran
Tapi kalau tidak bawa uang, tidak usah pulang!
Amanda
Tenang saja pa... kemarin-kemarin, Manda sengaja menabung banyak uang untuk papa.
Omran
(Menahan tawa bahagia)
Baiklah... Papa tunggu di rumah ini. Papa putus sambungan teleponnya ya karena pekerjaan Papa belum selesai.
Amanda
Iya, pa. Manda, sayang... sama papa.
I love you my hero....
Sebelum sempat menjawab, Omran sudah lebih dahulu mengakhiri panggilan telepon putrinya. Wajah yang semula kecut, kini mendadak sumringah sebab dia melihat masa depan cemerlang yang sebentar lagi akan datang menghampiri.
Tubuh yang semula lemah tak bertenaga, tiba-tiba bugar kembali. Omran langsung bangkit. Dia mendadak memiliki kekuatan di tengah rasa perih bekas sayatan karena perbuatan Lucas kemarin.
"Ah... aku harus merapikan beling-beling ini. Jangan sampai anakku tahu, kalau papanya tukang mabuk!" Omran beranjak ke arah dapur untuk mengambil sapu lantas membersihkan serpihan-serpihan botol minuman.
Sementara, pecahan kaca jendela dan kondisi rumah yang awut-awutan dibiarkan begitu saja. Semua itu akan Omran jadikan salah satu alasan, untuk menekan putrinya agar menyetujui permintaan Lucas menjadi istri muda.
Setelah selesai membersihkan pecahan botol tersebut, Omran lanjut ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia cukur bulu-bulu halus di atas bibir dan di atas dagu. Rambut yang memutih, disemir menjadi warna cokelat mengkilap. Pria tua itu seperti memperoleh energi baru setelah mendapat telepon dari putrinya.
...***...
Suara bising dari musik yang dimainkan oleh seorang Disc Jockey (DJ) teramat memekikkan telinga. Hentakkannya seakan berusaha memecahkan gendang telinga setiap orang. Belum lagi suara pekikkan para penghuninya, menambah hingarnya dunia malam.
"Lihat itu siapa datang ke mari?" tanya seseorang pada rekannya karena melihat sesosok pria yang ia kenali. Matanya terus menyoroti laki-laki yang baru saja memasuki diskotek sembari mengangguk-anggukkan kepala mengikuti irama musik.
"Bedebah itu, masih punya nyali rupanya!" Pria yang mengenakan setelan jas, melempar rokok dari mulutnya lalu beringsut menghampiri lelaki tersebut. Ia bertepuk tangan sangat kencang, tepat di depan wajah pria yang tidak disukainya.
"Omran... Omran. Tebal juga mukamu! Sudah berkali-kali aku usir, tetap saja kamu kembali ke tempat ini. Urat malumu benar-benar sudah putus!!" geram pria pemilik diskotek yang sering didatangi Omran.
Omran tidak mengindahkan teguran pria yang menghadangnya. Dia malah melengos dan berlalu begitu saja sembari petantang-petenteng berjalan ke arah meja judi.
"Berdiri!!" Omran menarik kasar lengan seseorang agar beringsut dari atas kursi yang hendak dia tempati. Dia duduk begitu saja di kursi tersebut meski pemiliknya melayangkan makian kepadanya. "Berikan aku satu kartu!!" titahnya pada joki judi malam ini.
Pemuda yang mengenakan dasi kupu-kupu menatap gamang ke arah Omran lantaran ia mengenal dengan baik pria yang berbicara padanya saat ini. Ia melirik ke arah pemilik diskotek. Apakah membiarkan Omran untuk ikut berjudi atau mengusirnya.
"Berikan kartunya!" sentak Omran karena joki jodi itu hanya berdiam diri.
"Kalau mau ikut berjudi, bayar dulu semua utang-utangmu, Omran!" timpal pemilik diskotek berdiri di belakang Omran.
Omran memutar kepalanya dan mengerlingkan mata. "Tenang saja, Paul. Dua hari lagi putriku akan pulang dan membawa uang yang banyak. Aku pasti akan melunasi utang-utangku!"
"Alasan klasik!" kesal Paul.
"Ayolah... kali ini kamu harus percaya padaku, Paul! Lagi pula, sebentar lagi putriku akan menikah dengan tuan Lucas. Bisa kamu bayangkan bukan, aku akan memiliki menantu kaya raya!" Omran terbahak-bahak karena perkataannya sendiri. Sedangkan semua orang, menatapnya tanpa ekspresi.
Paul berdiri di samping Omran dan berbicara bernada geram. "Kebohongan apa lagi yang kamu katakan, Omran? Mana mungkin tuan Lucas akan menikah dengan putrimu! Jangan-jangan...."
Omran menengok ke samping. "Jangan-jangan apa?"
"Jangan-jangan, kamu sudah menjual darah dagingmu itu!" ujar Paul.
Bibir Omran melengkung tipis. "Tidak, aku tidak mungkin menjual putriku sendiri."
"Lalu?" potong Paul.
"Aku cuman terpaksa menikahkan Amanda lantaran terjebak utang yang sangat besar pada tuan Lucas," kilah Omran tidak ingin merusak citranya sendiri sebagai seorang ayah.
"Itu sama saja dengan menjual anakmu. Dasar bodoh!!" sembur Paul.
Omran masa bodoh, saat ini yang terpenting baginya adalah bisa terbebas dari jeratan utang si mafia yang terkenal sadis pada siapa pun tanpa memandang bulu. "It's not your business, Paul. Urusanmu adalah membiarkanku malam ini berjudi sepuasnya dan bercinta dengan dua wanita malam di sini."
Paul mendengus kasar. "Oke, aku memberimu toleransi sekali lagi. Tapi kalau kamu masih saja menipuku, rasakan saja akibatnya!!"
Omran menepuk-nepuk bahu Paul. "Tenang saja man... sekarang, aku tidak sedang membual. Kamu bisa lakukan apa pun, bahkan memotong lidahku ini bila semua pekataanku sekedar omong kosong!!"
"Aku simpan omonganmu, Omran!" Paul menarik langkah dan membiarkan Omran bertingkah semaunya. Dia hanya memantau gerak-gerik pria tua itu dari kejauhan. Sembari melanjutkan kebiasan buruknya, menyesap batangan rokok dan menikmati minuman beralkohol.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bìadab si omran itu. tega pada anak sendiri
2022-07-10
0
Neyna 🎭🖌️
semangat senja 💪💕💕
2022-06-27
1
HIATUS
omran ... kmu sehat?🤧
2022-06-27
0