Bab 10 Siuman

Amanda dan Matthew berhasil menyeret tubuh gadis asing ke tepian pantai. Muka gadis itu begitu pucat dengan bibir yang sedikit membiru karena terlalu lama mengapung di air laut.

"Kamu membuatku takut, Amanda!" desah Matthew membaringkan tubuhnya di atas pasir putih. "Lain kali kalau ada sesuatu yang kamu lihat, beritahukan padaku jangan main pergi seperti tadi!" kesalnya karena rasa khawatir.

Amanda lagi-lagi tidak menghiraukan Matthew. Saat ini dia tengah fokus dengan gadis yang ditolongnya. Berkali-kali dia memompa dada, agar air yang tertelan bisa keluar.

"Matthew, bantu aku!" sentak Amanda tidak ingin kehilangan nyawa perempuan asing itu. Dia terus menekan kuat-kuat dada sang gadis seraya mengecek napas dan detak jantungnya. "Dia masih hidup, kita harus menolongnya!" Amanda mencoba memberi napas buatan. Namun, gadis itu masih tetap seperti semula.

Sekarang giliran Matthew. Dia melakukan hal sama yang dilakukan oleh Amanda, kecuali memberi napas buatan. "Come on, girl!!"

"Wake up!!" Matthew menekan lebih kuat. Dia turut merasa tegang meski gadis itu tidak dikenalnya.

Gadis dengan rambut sebahu akhirnya siuman seraya terbatuk-batuk. Air laut yang tertelan, keluar dengan sendirinya. Akan tetapi, kondisi tubuhnya sangatlah lemah. Dia kembali terkulai dengan mata terkatup rapat.

"Kita harus segera membawanya ke Rumah Sakit!" lontar Amanda.

"Tapi kita tidak tahu siapa sebenarnya gadis ini!" sergah Matthew. "Coba cek di bajunya, apa ada tanda pengenal?" Matthew ingin memastikan kalau gadis itu bukan penjahat atau buronan yang tengah melarikan diri dari pengejaran polisi.

"Ayolah Matthew, sekarang bukan saatnya mempertanyakan itu semua. Nyawa perempuan ini jauh lebih penting!" sentak Amanda kesal.

Matthew mengangguk, terpaksa mengiyakan perkataan Amanda. Keduanya langsung bergerak cepat, mengenakan pakaian kembali dan melupakan makan siang romantis yang belum selesai.

Tidak perlu menghabiskan waktu lama, gadis yang ditolong Amanda sudah berada di dalam mobil Matthew. Ia akan dibawa ke Rumah Sakit tempat Amanda bekerja untuk diberikan pertolongan.

"Kamu duluan saja, aku menyusul di belakang karena tidak mungkin juga meninggalkan kendaraanku di sini," ungkap Amanda pada kekasihnya. Dia lalu berjalan cepat ke arah tempat parkir khusus motor. Sedangkan Matthew menuruti perkataan Amanda untuk melesat terlebih dahulu.

Dua kendaraan memacu kecepatannya di atas normal. Melewati jalanan berkelok juga turunan tajam. Keselamatan diri sendiri pun tidak dihiraukan, yang mereka pikirkan adalah sesegera mungkin untuk sampai di tempat tujuan.

...***...

Pencarian terus dilakukan, Lucas mengerahkan semua anak buahnya untuk memburu Ivana ke seluruh penjuru. Mereka tidak ingin pulang dengan tangan kosong sebab keselamatan diri sendiri tengah dipertaruhkan.

Sudah berjam-jam lamanya beberapa perahu terkapung-kapung di lautan luas. Para penyelam pun masih terus berusaha untuk melacak keberadaan gadis itu. Sayangnya, tidak ada satu pun yang menemukan Ivana.

Raut-raut penuh keputus asaan terlihat jelas di wajah mereka. Gestur tubuh mengatakan bahwa semua orang telah lelah dan pasrah. Di lautan luas seperti ini bukan hal mudah mencari tubuh seseorang karena tidak tahu ke arah mana ombak menyapunya.

"Bagaimana, apa kalian sudah menemukan titik terang?" tanya Lucas pada orang kepercayaannya. Pria yang menundukkan kepala serendah-rendahnya, hanya menggelengkan kepala. "Tolol!!" Sebuah tembakan meluncur ke arah kepala pria tersebut. Tubuhnya roboh, dia mati mengenaskan.

"Siapa lagi yang mau aku buat mati?" Lucas membidikkan senjata api ke arah kening lima anak buahnya. "Jawab!!" Semua terdiam. Dan lima tembakan menyambar tanpa celah ke arah kepala-kepala si anak buah. Lantai yang awalnya bersih, kini bersimbah darah. Bau amis merebak, Lucas tertawa melihat jasad2 yang terbujur kaku karena ulahnya.

"Hukuman yang pantas buat manusia-manusia tidak berguna seperti kalian adalah maut! Karena untuk apa juga kalian hidup? Hanya akan menjadi sampah!!" Tanpa rasa belas kasih sedikit pun, Lucas meninggalkan mayat-mayat yang bergelimpangan tersebut lalu berjalan santai. Dia melemparkan pemantik api ke arah belakang. Ruangan tersebut meledak beserta tubuh-tubuh tak bernyawa di dalamnya.

...***...

Dara bernetra emerald, sekarang sudah berada di Rumah Sakit dalam penanganan dokter. Beruntung sekali gadis itu dipertemukan dengan Amanda dan Matthew di waktu yang tepat. Karena terlambat saja satu detik, maka nyawanya akan melayang tak tertolong.

Sudah tiga jam, ia terbaring kaku di atas ranjang pasien. Cairan infusan menetes cepat mengaliri tubuhnya dengan selang oksigen tertanam di dalam hidung.

"Kamu pulanglah... biarkan dokter dan suster yang merawat perempuan asing ini," titah Matthew lantaran Amanda nampak sekali kelelahan. Berkali-kali dia menguap menahan rasa kantuk yang semakin menyergap.

Amanda menggelengkan kepala. "Nanti malam saja aku pulang. Masih penasaran dengan kondisi gadis ini. Dia terlihat seperti anak baik-baik, mungkin terpisah dari kedua orangtuanya."

Matthew mendengkus karena mau secerewet apa pun berbicara, Amanda pasti akan menolak mentah-mentah sarannya. Kepedulian Amanda pada orang lain sering kali melupakan hak-hak dirinya sendiri yang juga memerlukan perhatian.

"Terserah kamulah, aku cuman tidak ingin kamu sakit," ungkap Matthew.

"Iya-iya... tenang saja aku, 'kan, kuat!" Amanda menarik tangan kanan ke bawah dan memperlihatkan otot bisepnya. Tidak lama dari berkata seperti itu, hidungnya bersin-bersin.

"Nah, 'kan!" tegur Matthew. "Mana yang katanya aku kuat?" Dia mengangkat kedua alisnya berbalik menekan kekasihnya itu.

Amanda hanya terkekeh dan memamerkan deretan gigi putih dengan gingsul di sebelah kiri. "Aku cuman bersin-bersin saja. Tidak kenapa-kenapa kok!"

"Dasar bebal!" omel Matthew.

"Iya-iya, aku pulang. Aku nurut!" tegas Amanda menautkan tas kerjanya ke atas pundak.

"Gitu dong, cantik!" Matthew menjimpit dagu kekasihnya. "Aku antar pulang ya. Biar motormu, diantarkan oleh office boy di sini," usulnya tak ingin dibantah lagi.

Amanda mengangguk lemah, memilih untuk menuruti perkataan kekasihnya karena saat ini dia tidak ingin mendebatkan sesuatu yang tidak penting. Kedua sejoli itu berjalan keluar ruang perawatan, tetapi langkah keduanya terhenti tiba-tiba. Sebab mendengar suara lirih dari arah belakang.

"Kak... jangan tinggalkan Ivana, Kak...."

"Ivana takut...."

"Ivana kedinginan di sini...."

Amanda bertatapan dengan Matthew dan memutar kepala berbarengan menengok ke arah gadis yang mereka tolong. "Anak itu!"

Keduanya berjalan kembali ke arah ranjang pasien untuk melihat kondisi gadis yang tengah meracau pilu. Amanda menepuk-nepuk lembut pipi gadis itu agar tersadar dari mimpi buruknya.

"Hey... bangun. Kamu selamat, kamu sudah tidak kedinginan lagi," ujar Amanda.

"Jangan bunuh kakakku, jangan tembak dia. Kumohon ...."

"Jangan pergi kak, Ivana butuh kakak....!!" pekik si perempuan asing.

"Kakak pengkhianat. Kakak sudah membohongiku! Aku benci kakak...!! Ia lalu terbangun dari pingsannya dan menatap ke sekeliling dengan tubuh bergetar karena ketakutan.

Gadis malang itu melihat ke arah Amanda dan sontak melemparinya dengan bantal. "Aku tidak mau melihat kakak. Kakak pembohong, kakak mengkhianatiku....!!"

Amanda merentangkan kedua tangan ingin menenangkan. Akan tetapi, gadis itu berteriak semakin histeris. Matthew terpaksa mendekap gadis yang baru ditemuinya agar tidak menyerang Amanda.

"Kamu sudah aman di sini. Tenang ya...."

Perempuan berusia tujuh belas tahun itu langsung saja meringkuk di dalam dekapan Matthew seakan telah mengenalnya sejak lama. Amanda mengusap-usap dadanya sendiri karena hampir saja gadis itu melempar pisau ke arahnya dan mencabut jarum selang infusan.

"Kamu tidak apa-apa?" Matthew cemas karena wajah Amanda berubah pias.

"A-aku baik-baik saja." Amanda menelan saliva karena saat ini dia tengah berbohong. "Sebaiknya kita pindahkan gadis ini ke Rumah Sakitmu. Di sini aku mencium sesuatu yang tidak beres," duga Amanda melihat gerak-gerik dari gadis yang didekap Matthew.

"Tapi...." timpal Matthew.

"Tidak ada tapi-tapi," potong Amanda. "Sepertinya dia trauma berat. Dan Rumah Sakitmu, tempat yang pas untuk memulihkan kondisinya. Selain itu, posisinya juga jauh dari pantai," tambahnya dengan kalimat ambigu.

Matthew menyetujui saran Amanda karena dia merasakan apa yang dipikirkan kekasihnya itu bisa dipahami secara logika.

...*****...

Terpopuler

Comments

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

aku juga mencium sesuatu

2022-07-10

1

Irma Kirana

Irma Kirana

Semangat kak senja 😘🥰

2022-06-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lucas Denver
2 Bab 2 Matthew Alonzo
3 Bab 3 Kiss me
4 Bab 4 Sadis
5 Bab 5 Anggur Merah
6 Bab 6 Mata
7 Bab 7 Melepaskan Diri
8 Bab 8 Lenyap!!
9 Bab 9 Kejutan
10 Bab 10 Siuman
11 Bab 11 Pulang
12 Bab 12 Jambret...!!!
13 Bab 13 Menikah!!!
14 Bab 14 Rindu
15 Bab 15 Bertemu Kembali
16 Bab 16 Jawab, Pa...
17 Bab 17 Meloloskan Diri
18 Bab 18 Rahasia
19 Bab 19 Klub Malam
20 Bab 20 Kabur
21 Bab 21 No, Papa...
22 Bab 22 Istana Lucas Denver
23 Bab 23 Jangan Menikah!!!
24 Bab 24 Pernikahan
25 Bab 25 Gagal MP
26 Bab 26 Bebas
27 Bab 27 Ejakulasi Dini
28 Bab 28 Berpandangan Mata
29 Bab 29 Dilema Lucas
30 Bab 30 Godaan
31 Bab 31 Pintu Rahasia
32 Bab 32 Matthew Kembali
33 Bab 33 Mati
34 Bab 34 Allina
35 Bab 35 Kubur
36 Bab 36 Pergi
37 Bab 37 Memergoki
38 Bab 38 Kerja Sama
39 Bab 39 Pingsan
40 Bab 40 Meremang
41 Bab 41 Pasung
42 Bab 42 Kebakaran
43 Bab 43 Dokumen Penting
44 Bab 44 Roti Sobek
45 Bab 45 Ambulan
46 Bab 46 Televisi
47 Bab 47 Kabur
48 Bab 48 Ciuman Kedua
49 Bab 49 Ulet Bulu
50 Bab 50 Curiga
51 Bab 51 Melepasmu
52 Bab 52 Helikopter
53 Bab 53 Tertembak
54 Bab 54 Meledak
55 Bab 55 Hilang
56 Bab 56 Makan Malam
57 Bab 57 Bathtub
58 Bab 58 Mengintip
59 Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60 Bab 60 Saksi
61 Bab 61 Menyelinap
62 Bab 62 Senapan
63 Bab 63 Menggigil
64 Bab 64 Mayat
65 Bab 65 Kedatangan Polisi
66 Bab 66 Matthew Siuman
67 Bab 67 Ditangkap
68 Bab 68 Abigail
69 Bab 69 Allison Elizabeth
70 Bab 70 Bebas
71 Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72 Bab 72
73 Bab 73 Leo...
74 Bab 74 Kerinduan
75 Bab 75 Tulus
76 Bab 76 Batu
77 Bab 77 Obat
78 Bab 78 Sidang Pertama
79 Bab 79 Gagal Lagi
80 Bab 80 Donor Darah
81 Bab 81 Kritis
82 Bab 82 Janji
83 Bab 83 Tubruk
84 Bab 84 Monitor
85 Bab 85 Hidup dan Mati
86 Bab 86 Sidang Kedua
87 Bab 87 Tunggu!!!
88 Bab 88 Siapa ya?
89 Bab 89 Hakim Memutuskan...
90 Bab 90 Cemburu
91 Bab 91 Siuman
92 Bab 92 Buket Bunga
93 Bab 93 I Love You, Mom
94 Bab 94 Ivana?
95 Bab 95 Kau?
96 Bab 96 Desa
97 Bab 97 Pergi atau Kembali
98 Bab 98 Kecupp
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 Lucas Denver
2
Bab 2 Matthew Alonzo
3
Bab 3 Kiss me
4
Bab 4 Sadis
5
Bab 5 Anggur Merah
6
Bab 6 Mata
7
Bab 7 Melepaskan Diri
8
Bab 8 Lenyap!!
9
Bab 9 Kejutan
10
Bab 10 Siuman
11
Bab 11 Pulang
12
Bab 12 Jambret...!!!
13
Bab 13 Menikah!!!
14
Bab 14 Rindu
15
Bab 15 Bertemu Kembali
16
Bab 16 Jawab, Pa...
17
Bab 17 Meloloskan Diri
18
Bab 18 Rahasia
19
Bab 19 Klub Malam
20
Bab 20 Kabur
21
Bab 21 No, Papa...
22
Bab 22 Istana Lucas Denver
23
Bab 23 Jangan Menikah!!!
24
Bab 24 Pernikahan
25
Bab 25 Gagal MP
26
Bab 26 Bebas
27
Bab 27 Ejakulasi Dini
28
Bab 28 Berpandangan Mata
29
Bab 29 Dilema Lucas
30
Bab 30 Godaan
31
Bab 31 Pintu Rahasia
32
Bab 32 Matthew Kembali
33
Bab 33 Mati
34
Bab 34 Allina
35
Bab 35 Kubur
36
Bab 36 Pergi
37
Bab 37 Memergoki
38
Bab 38 Kerja Sama
39
Bab 39 Pingsan
40
Bab 40 Meremang
41
Bab 41 Pasung
42
Bab 42 Kebakaran
43
Bab 43 Dokumen Penting
44
Bab 44 Roti Sobek
45
Bab 45 Ambulan
46
Bab 46 Televisi
47
Bab 47 Kabur
48
Bab 48 Ciuman Kedua
49
Bab 49 Ulet Bulu
50
Bab 50 Curiga
51
Bab 51 Melepasmu
52
Bab 52 Helikopter
53
Bab 53 Tertembak
54
Bab 54 Meledak
55
Bab 55 Hilang
56
Bab 56 Makan Malam
57
Bab 57 Bathtub
58
Bab 58 Mengintip
59
Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60
Bab 60 Saksi
61
Bab 61 Menyelinap
62
Bab 62 Senapan
63
Bab 63 Menggigil
64
Bab 64 Mayat
65
Bab 65 Kedatangan Polisi
66
Bab 66 Matthew Siuman
67
Bab 67 Ditangkap
68
Bab 68 Abigail
69
Bab 69 Allison Elizabeth
70
Bab 70 Bebas
71
Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72
Bab 72
73
Bab 73 Leo...
74
Bab 74 Kerinduan
75
Bab 75 Tulus
76
Bab 76 Batu
77
Bab 77 Obat
78
Bab 78 Sidang Pertama
79
Bab 79 Gagal Lagi
80
Bab 80 Donor Darah
81
Bab 81 Kritis
82
Bab 82 Janji
83
Bab 83 Tubruk
84
Bab 84 Monitor
85
Bab 85 Hidup dan Mati
86
Bab 86 Sidang Kedua
87
Bab 87 Tunggu!!!
88
Bab 88 Siapa ya?
89
Bab 89 Hakim Memutuskan...
90
Bab 90 Cemburu
91
Bab 91 Siuman
92
Bab 92 Buket Bunga
93
Bab 93 I Love You, Mom
94
Bab 94 Ivana?
95
Bab 95 Kau?
96
Bab 96 Desa
97
Bab 97 Pergi atau Kembali
98
Bab 98 Kecupp

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!