Dua hari tak bersua, rasa rindu pun semakin menyeruak tak terkendali. Ego jua kekecewaan, membuat jarak antara sepasang kekasih yang saling mendamba. Padahal keduanya sama-sama menyimpan kerinduan mendalam.
"Hm... apa aku telepon saja ya?" pikir Matthew memutar-mutar benda pipih di tangan. Dia menimang-nimang, akankah menghubungi sang belahan jiwa atau mengabaikannya kembali. "Lebih baik, aku telepon saja. Masa iya hanya karena masalah ini, hubunganku dengan Amanda jadi renggang?!" Matthew akhirnya memutuskan menelepon gadis pujaan untuk memperbaiki keadaan.
"Angkat teleponnya, please..." Matthew menggerak-gerakkan kaki kanan agar meredakan rasa gelisah. "Kamu ke mana Manda, kenapa tidak mengangkat teleponku juga?" Perasaan Matthew bertambah gusar sebab sambungan teleponnya mendadak terputus. Dan ketika dia mencoba menghubungi Amanda kembali, nomornya berada di luar jangkauan.
Matthew mendesah, "Sepertinya dia marah padaku atau sedang tidak mau diganggu...."
Matthew menyimpan telepon genggam tersebut ke atas meja kemudian menyandarkan punggung dengan menaruh kedua tangan di belakang kepala. Perasaannya semakin tak menentu, memikirkan sang pujaan hati yang tak tahu rimbanya.
Di saat pemuda itu terjebak dalam lamunan, terdengar suara kegaduhan di koridor Rumah Sakit. Ia langsung beringsut, kemudian mengintip dari celah pintu yang terbuka. Terlihat olehnya, beberapa pria berwajah bengis menghajar siapa pun yang berani mencegat mereka.
Matthew terperanjat sebab salah satu dari pria tersebut, menyebutkan namanya juga menanyakan perihal gadis yang dia selamatkan tempo lalu bersama Amanda.
"Mereka mencariku! Lebih tepatnya mencari gadis itu!" Matthew langsung menutup pintu lanjut menguncinya. Kemudian menyorongkan meja kerja ke depan pintu tersebut untuk menahan dorongan dari arah luar.
Pria berjubah dokter itu mengamankan barang pribadinya, lalu bersigera keluar dari ruangan. Melompat melalui jendela samping. Sementara beberapa pria bertubuh besar tengah menggedor pintu dan menarik-narik knop dengan kasar.
"Kita dobrak saja!" titah salah satu dari mereka. Dua dari empat pria tersebut mendobrak pintu yang terbuat dari kayu. Dan beberapa saat kemudian, mereka berhasil menghancurkan daun pintu dan merangsek masuk ke dalam ruangan. Namun, tidak menemukan siapa pun di sana.
"Brengsekk!! Nampaknya keledai itu mengetahui kedatangan kita!" berang salah satu penjahat. Mereka berlari ke sana ke mari dan mendapati salah satu jendela ruangan yang terbuka.
"Sepertinya, dia kabur lewat jendela!" sahut yang lain menunjuk ke arah lawang angin tersebut.
"Kamu dan kamu, buru keledai itu ke tempat parkir! Karena aku yakin dia menuju ke sana, berusaha melarikan diri dari pengejaran kita!" titah orang suruhan Lucas pada anak buahnya. "Dan kamu, ikut aku ke gerbang Rumah Sakit! Kita hadang si dongok itu bersama-sama," tunjuknya pada anak buah yang tersisa.
Semua orang bergerak cepat meninggalkan ruangan Matthew menuju tempat yang sudah ditargetkan. Memburu pria yang telah menyelamatkan si gadis tawanan yang bernama Ivana, dalam keadaan hidup ataupun mati.
...***...
Hari-hari indah yang diangankan, ternyata tidak seindah pada kenyataannya. Karena sejak hari pertama menginjakkan kaki kembali ke tanah ini, selalu saja ada hal yang merusak suasana. Bayangan-bayangan kebahagiaan, redup sekejap mata. Sebab yang dialami akhir-akhir ini begitu membuat sesak di dada.
"Ya Tuhan... kenapa bisa ketemu lagi sama laki-laki sinting itu, sih?!" gerutu Amanda berjalan gusar sembari mendekap paper bag (kantong kertas) yang berisikan bahan makanan. Kejadian di toko tadi sangat merusak suasana hati si gadis bersurai panjang.
"Coba aku tebak. Kamu pasti sedang memikirkanku, 'kan?!" Pria bertindik tiba-tiba muncul dan turut berjalan di samping Amanda seolah mengenalnya.
Gadis yang tengah bersungut-sungut itu sontak menghentikan laju kaki dan membalikkan badan. Dia mengepal kedua tangan di samping wajah lantaran geregetan. "Maumu apa, hah...? Dan kenapa muncul terus di hadapanku?"
Pemuda itu menarik kedua alis dan pundaknya secara bersamaan. "Tak tahu... kalau kata si gadis barbar sih, katanya kebetulan! Kebetulan kita bertemu dan kebetulan juga kita beda jenis kelamin!"
Amanda mengerling, lanjut memutar bola matanya. "Tidak jelas!!"
"Dibuat jelas dong!" sahut pemuda tersebut ambigu.
"Maksudnya?" Amanda tidak mengerti dengan apa yang diucapkan lawan bicaranya.
"Tidak ada!" jawab si pemuda berjalan santai meninggalkan Amanda yang bermuram durja.
Gadis itu gemas dibuatnya. Rahang menegang dengan gigi-gigi bergemerutuk kencang. Dan disusul oleh suara erangan murka. "Dasar freak (aneh)! Laki-laki tidak jelas... sinting...!!"
Pria itu terus saja berjalan tanpa menoleh sekali pun. Tidak mengindahkan umpatan-umpatan yang ditujukan padanya.
Selepas meluapkan kekesalan dengan berteriak. Amanda melanjutkan langkah menuju rumah. Sebab dia mengingat sang ayah yang menanti kepulangannya dalam kondisi perut tak terisi.
...***...
"Putriku sedang berbelanja ke toko bahan makanan. Mungkin sebentar lagi juga pulang," ungkap Omran berbicara semeyakinkan mungkin.
"Benarkah?" Lucas menggesek-gesekkan belati itu ke atas lidahnya. "Lihat Omran, belati ini bahkan tidak tajam. Mana mungkin memiliki racun?!" kekehnya lantaran sudah berhasil mengelabui Omran. Lucas tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Omran nampak was-was karena gurauannya.
"Sialan! Aku dikibuli sama si tua bangka ini?!" gerutu Omran di dalam hati. "Lama-lama aku cekok juga pakai racun tikus, biar mampus!!"
"Wajahmu sangat lucu kalau lagi ketakutan begini, Omran!" lontar Lucas mengolok-olok. "Dan aku begitu menikmati momen ini. Karena bagiku sangat menyenangkan!" ujar Lucas seperti orang yang hilang akal sehat.
"Anda sudah tidak waras, Tuan!" cibir Omran yang mendadak memiliki keberanian untuk bersuara lantang.
"Apa katamu?" geram Lucas mencekik leher Omran.
"Manda pulang...!!" teriak gadis yang tengah ditunggu-tunggu kepulangannya oleh semua orang. Matanya menyalang tajam lantaran sang ayah berada dalam kondisi terancam.
"Siapa kalian? Dan mau apa ke rumahku?" tunjuk Amanda pada orang-orang asing yang menatap genit ke arahnya.
Perhatian gadis itu kini berhenti pada pria yang tengah mencengkeram leher Omran. Tanpa memberi peringatan, Amanda menendang bokong pria tersebut begitu saja. Kemudian menghentak kencang tubuhnya agar menjauh dari sang ayah.
"Papa tidak apa-apa, 'kan?" Amanda mengecek kondisi sang ayah yang terbatuk-batuk sebab perlakuan Lucas barusan.
Omran menggelengkan kepala. "Papa tidak apa-apa, Nak. Untung saja kamu datang di waktu yang tepat."
"Tapi mereka siapa, Pa? Kenapa mereka menyakiti Papa?" Mata Amanda menyipit, menelisik orang-orang bermuka sangar di depannya.
Mulut Omran berubah kelu, dia tidak sanggup untuk menjawab semua pertanyaan putrinya. Berkali-kali Amanda bertanya, dia memilih diam seribu bahasa.
Lucas tergelak sembari bertepuk tangan. "Omran... Omran. Bilang pada putrimu, kalau aku ini adalah calon suaminya!"
"Ca-calon suami? Pria bau tanah ini calon suami Manda, yang benar saja Pa?!" sentak gadis itu tidak percaya, kalau dia dijodohkan dengan pria tua yang seusia dengan sang ayah.
"Pa... tolong jawab pertanyaan Manda, jangan diam saja!" Amanda menarik-narik lengan Omran, supaya pria itu mau bersuara dan menjelaskan segala sesuatunya, tanpa ada satu pun rahasia yang ditutup-tutupi lagi.
Omran menundukkan kepala tidak berani menatap sang anak. "Maafkan Papa, Nak...."
"Aku tidak butuh maaf dari Papa, yang aku butuhkan adalah Papa menjelaskan segalanya! Karena aku berhak tahu, Pa... ada apa di balik semua ini!!"
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
apakah mattew selamat?
mirisnya nasib amanda.. 😔😔
2022-07-16
1
Watik Yd
ada hutang bpkmu untuk foya" Manda😀😀
2022-07-12
2
🍁𝐌𝐈❣️💋🄽🄸🄻🄰-🄰🅁🄰👻ᴸᴷ
Papa yg kejam demi kesenangan pribadi mengorbankan anak sendiri 😠semoga pahlawan kesasarmu dateng nolongin kamu Amanda 💪
2022-06-10
4