Bab 3 Kiss me

"Matthew?" panggil Amanda dengan suara lembut.

"Yes?" sahut Matthew. "Ada apa? Kamu terlihat tidak nyaman. Apakah ada masalah?" tanyanya pada Amanda. Dia mengiris lamb steak, lalu memasukkannya ke dalam mulut menunggu Amanda menjawab pertanyaan yang dia lontarkan.

"Akhir pekan ini, kamu ada waktu luang?" Amanda menaruh garpu dan pisau lanjut duduk bersidekap di atas meja. Dia menatap kekasihnya itu penuh harap. Meski dia tahu pasti, Matthew akan menjawab dengan satu kata, sibuk.

Suara nyaring piring karena hentakan benda keras di atasnya, sudah mewakili akan jawaban yang terucap dari mulut pria berlesung pipi itu. "Memangnya ada apa dengan akhir pekan? Tumben sekali kamu bertanya seperti ini."

Amanda mendesah. "Tidak ada apa-apa, lupakan saja!"

"Begitu?" Matthew menarik kedua alisnya ke atas sebab dia penasaran dengan apa yang dipikirkan kekasihnya. "Akhir pekan ini, kebetulan aku sengaja cuti. Agar memiliki waktu berduaan denganmu." Matthew menjulurkan tangannya kemudian mengenggenggam jemari Amanda.

"Really?" tanya Amanda berbinar bahagia. "Apa aku tidak sedang bermimpi, honey?" cicitnya. Meski terkesan berlebihan. Namun, itulah ungkapan dari apa yang dia rasakan.

"Apa aku terlihat sedang berbohong?" Matthew kembali menarik kedua alisnya ke atas. Membuat beberapa lipatan muncul di atas keningnya.

Amanda berdeham, "Ya... tidak sih. Aku cuma merasa terkejut sekaligus bahagia. Aku pikir, kita hanya bisa bersama dalam waktu satu sampai dua jam saja setiap akhir pekan."

Matthew manggut-manggut. "Lalu, ada apa dengan akhir pekan ini. Kamu mau mengajakku ke suatu tempat or berkencan?"

Amanda terkekeh dan menggigit tipis ujung bibirnya. Matanya tak berkedip sekali pun memandangi wajah rupawan sang kekasih yang sangat dia cintai. "Aku ingin pulang. Sudah satu tahun aku tidak bertemu dengan papa. Firasatku kali ini sangat tidak enak. Maka dari itu, aku ingin menemuinya. Kamu bisa, 'kan, mengantarku?"

"...." Matthew nampak berpikir keras dan menimang-nimang akan permintaan sang kekasih. Amanda menghela napas, tidak ingin terlalu berharap pada lelakinya itu.

"It's ok, aku bisa pulang sendiri." Amanda meneguk air mineral yang tersaji di dalam gelas untuk meredakan perasaannya. "Mungkin Tuhan belum mengizinkan untuk kamu bertemu dengan papaku. Tidak apa-apa..." Amanda geleng-geleng kepala seraya mendenguskan kekecewaan. Dia mengelap bibirnya menggunakan napkin dan melempar kasar kain itu ke atas meja.

Suara deritan kursi bersamaan dengan hentak langkah dari kaki mulus nan jenjang. Gadis bernetra biru safir berjalan gontai ke arah kamar. Dia membanting pintu dan langsung mencampakkan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi menelungkup.

Matthew geleng-geleng kepala lalu beringsut dan menyusul kekasihnya yang tengah merajuk. Perlahan tapi pasti, kini pria matang itu sudah berada di samping Amanda dan membelai rambut indahnya. "Aku belum selesai bicara. Kenapa kamu pergi begitu saja?"

Amanda menoleh sepintas lantas memalingkan muka. "Karena jawabanmu sangat mudah diprediksi."

Suara bariton dengan sedikit sentuhan lembut, terdengar renyah juga maskulin secara bersamaan. "Tapi, jangan menyesal karena kamu sok tahu dengan pikiranku!"

Amanda bangkit lantas duduk dengan tegak menghadap kekasihnya. "Aku bukan sok tahu. Tapi memang tahu!"

"Kamu memang si gadis manjaku!" Matthew merangkum kedua pipi Amanda dan mengunci pergerakan mata kekasihnya itu. "Listen to me! Pekan ini, aku akan mengantarkan ke mana pun yang kamu mau. Termasuk untuk pulang dan menemui keluargamu," tegasnya tidak memperlihatkan keraguan sedikit pun.

Biji mata Amanda bergerak-gerak. Dia ingin sekali menjawab dengan sederet kata-kata, tetapi mulutnya yang mengerucut karena tangan Matthew, mendadak kelu dan tak mampu berucap meski hanya satu huruf.

"I love you, Amanda. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untukmu dan hubungan kita!" Matthew menatap hangat manik mata yang selalu membuatnya mabuk kepayang. Dia memiringkan kepala dan satu kecupan mendarat sangat lembut di atas bibir dingin tak bergincu. "Kamu tidak ingin merespon, meski hanya dengan kalimat I love you t—"

"I love you too," potong Amanda membuat darah keduanya berdesir.

Sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta itu menelan saliva bersama-sama. Sebagai anak muda yang memiliki gejolak sek-s sangat tinggi, mereka harus bersusah payah menahan godaan yang terus menerobos akal sehat keduanya.

Amanda, dara berusia dua puluh tiga tahun itu berkomitmen untuk melakukan sek-s selepas menikah. Bukan tanpa sebab, dengan profesinya sebagai bidan. Dia seringkali menemukan wanita-wanita muda yang depresi lantaran melahirkan tanpa dukungan orang-orang terdekat. Khususnya suami ataupun kekasih.

Sementara Matthew, sejak kecil dia diasuh oleh sang nenek jauh dari orang tuanya. Di mana wanita itu mendidik dan menanamkan nilai-nilai agama yang kuat. Salah satunya, *n*o se-x before marriage.

Amanda lagi-lagi merajuk. Dia mendorong dada Matthew sebab pria itu menyesap bibir bawahnya begitu kencang. "Sudah... nanti bibirku bengkak!"

"Malah, aku suka kalau bibirmu berubah tebal. Akan lebih nikmat untuk kusesap nantinya." Matthew sengaja mengusili kekasihnya itu yang selalu bersikap manja padanya.

"Oke-oke... nanti aku suntik filler bibir, biar seperti artis-artis Hollywood. Puas?" kesal Amanda.

"Tidak mau." Matthew geleng-geleng kepala. "Aku hanya ingin bibirmu menebal secara natural." Pria itu menggerak-gerakkan bibirnya, menirukan gaya seekor ikan.

Amanda mendorong kening kekasihnya lantaran wajah tampan itu semakin mendekat, bersiap untuk melahap kembali bibir mungilnya. "Sudah malam, aku mau tidur. Kamu pulanglah!"

"Biarkan aku tidur di kamarmu, malam ini... saja," rengek Matthew seperti anak kecil yang meminta dibelikan permen pada ibunya. Dia menepuk-nepuk bantal kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Wajah yang tampan terlihat bertambah tampan. Saat matanya terpejam dengan raut damai, meneduhkan siapa pun yang memandanginya.

"Iya tahu, aku memang tampan. So, kiss me!" seloroh Matthew tanpa membuka kelopak matanya.

Paras Amanda bersemu merah karena dia kedapatan tengah memandangi wajah kekasihnya. "Aku izinkan kamu tidur di kamarku. Tapi cukup sekali ini saja ya...."

Tidak ada sahutan, yang terdengar hanya suara dengkuran dari mulut Matthew. Lantaran dia telah tertidur dengan pulas.

Amanda menarik bibirnya tipis. Tangan halus membelai lembut wajah tampan yang menjadi angan-angan di masa depan. Khayalan melambung tinggi, membayangkan bila suatu saat Tuhan menyatukan dia dan lelaki yang amat dicintai dengan ikatan suci pernikahan. Akan menjadi kebahagiaan terbesar dalam hidupnya, yang tak akan dapat terbeli oleh apa pun juga.

"I love you to the moon and back, my future husband!" Amanda memberikan ciuman selamat tidur pada wajah Matthew tanpa terlewati seinci pun. Dia beringsar dari atas kasur seraya mengambil bantal dan selimut. Malam ini, dia harus rela tidur di atas sofa kamar. Mengalah demi pria yang selalu membuat hari-harinya kian berharga.

...*****...

Terpopuler

Comments

Alriani Hespiapi

Alriani Hespiapi

ingat komitmennya Amanda..

2022-07-17

0

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

seranjang sampe pagi aja. drpd ke sofa, pegel...🤭🤭🤭

2022-07-10

1

Ulfa

Ulfa

udah berbagi ranjang ya...🤭🤭

2022-07-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lucas Denver
2 Bab 2 Matthew Alonzo
3 Bab 3 Kiss me
4 Bab 4 Sadis
5 Bab 5 Anggur Merah
6 Bab 6 Mata
7 Bab 7 Melepaskan Diri
8 Bab 8 Lenyap!!
9 Bab 9 Kejutan
10 Bab 10 Siuman
11 Bab 11 Pulang
12 Bab 12 Jambret...!!!
13 Bab 13 Menikah!!!
14 Bab 14 Rindu
15 Bab 15 Bertemu Kembali
16 Bab 16 Jawab, Pa...
17 Bab 17 Meloloskan Diri
18 Bab 18 Rahasia
19 Bab 19 Klub Malam
20 Bab 20 Kabur
21 Bab 21 No, Papa...
22 Bab 22 Istana Lucas Denver
23 Bab 23 Jangan Menikah!!!
24 Bab 24 Pernikahan
25 Bab 25 Gagal MP
26 Bab 26 Bebas
27 Bab 27 Ejakulasi Dini
28 Bab 28 Berpandangan Mata
29 Bab 29 Dilema Lucas
30 Bab 30 Godaan
31 Bab 31 Pintu Rahasia
32 Bab 32 Matthew Kembali
33 Bab 33 Mati
34 Bab 34 Allina
35 Bab 35 Kubur
36 Bab 36 Pergi
37 Bab 37 Memergoki
38 Bab 38 Kerja Sama
39 Bab 39 Pingsan
40 Bab 40 Meremang
41 Bab 41 Pasung
42 Bab 42 Kebakaran
43 Bab 43 Dokumen Penting
44 Bab 44 Roti Sobek
45 Bab 45 Ambulan
46 Bab 46 Televisi
47 Bab 47 Kabur
48 Bab 48 Ciuman Kedua
49 Bab 49 Ulet Bulu
50 Bab 50 Curiga
51 Bab 51 Melepasmu
52 Bab 52 Helikopter
53 Bab 53 Tertembak
54 Bab 54 Meledak
55 Bab 55 Hilang
56 Bab 56 Makan Malam
57 Bab 57 Bathtub
58 Bab 58 Mengintip
59 Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60 Bab 60 Saksi
61 Bab 61 Menyelinap
62 Bab 62 Senapan
63 Bab 63 Menggigil
64 Bab 64 Mayat
65 Bab 65 Kedatangan Polisi
66 Bab 66 Matthew Siuman
67 Bab 67 Ditangkap
68 Bab 68 Abigail
69 Bab 69 Allison Elizabeth
70 Bab 70 Bebas
71 Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72 Bab 72
73 Bab 73 Leo...
74 Bab 74 Kerinduan
75 Bab 75 Tulus
76 Bab 76 Batu
77 Bab 77 Obat
78 Bab 78 Sidang Pertama
79 Bab 79 Gagal Lagi
80 Bab 80 Donor Darah
81 Bab 81 Kritis
82 Bab 82 Janji
83 Bab 83 Tubruk
84 Bab 84 Monitor
85 Bab 85 Hidup dan Mati
86 Bab 86 Sidang Kedua
87 Bab 87 Tunggu!!!
88 Bab 88 Siapa ya?
89 Bab 89 Hakim Memutuskan...
90 Bab 90 Cemburu
91 Bab 91 Siuman
92 Bab 92 Buket Bunga
93 Bab 93 I Love You, Mom
94 Bab 94 Ivana?
95 Bab 95 Kau?
96 Bab 96 Desa
97 Bab 97 Pergi atau Kembali
98 Bab 98 Kecupp
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 Lucas Denver
2
Bab 2 Matthew Alonzo
3
Bab 3 Kiss me
4
Bab 4 Sadis
5
Bab 5 Anggur Merah
6
Bab 6 Mata
7
Bab 7 Melepaskan Diri
8
Bab 8 Lenyap!!
9
Bab 9 Kejutan
10
Bab 10 Siuman
11
Bab 11 Pulang
12
Bab 12 Jambret...!!!
13
Bab 13 Menikah!!!
14
Bab 14 Rindu
15
Bab 15 Bertemu Kembali
16
Bab 16 Jawab, Pa...
17
Bab 17 Meloloskan Diri
18
Bab 18 Rahasia
19
Bab 19 Klub Malam
20
Bab 20 Kabur
21
Bab 21 No, Papa...
22
Bab 22 Istana Lucas Denver
23
Bab 23 Jangan Menikah!!!
24
Bab 24 Pernikahan
25
Bab 25 Gagal MP
26
Bab 26 Bebas
27
Bab 27 Ejakulasi Dini
28
Bab 28 Berpandangan Mata
29
Bab 29 Dilema Lucas
30
Bab 30 Godaan
31
Bab 31 Pintu Rahasia
32
Bab 32 Matthew Kembali
33
Bab 33 Mati
34
Bab 34 Allina
35
Bab 35 Kubur
36
Bab 36 Pergi
37
Bab 37 Memergoki
38
Bab 38 Kerja Sama
39
Bab 39 Pingsan
40
Bab 40 Meremang
41
Bab 41 Pasung
42
Bab 42 Kebakaran
43
Bab 43 Dokumen Penting
44
Bab 44 Roti Sobek
45
Bab 45 Ambulan
46
Bab 46 Televisi
47
Bab 47 Kabur
48
Bab 48 Ciuman Kedua
49
Bab 49 Ulet Bulu
50
Bab 50 Curiga
51
Bab 51 Melepasmu
52
Bab 52 Helikopter
53
Bab 53 Tertembak
54
Bab 54 Meledak
55
Bab 55 Hilang
56
Bab 56 Makan Malam
57
Bab 57 Bathtub
58
Bab 58 Mengintip
59
Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60
Bab 60 Saksi
61
Bab 61 Menyelinap
62
Bab 62 Senapan
63
Bab 63 Menggigil
64
Bab 64 Mayat
65
Bab 65 Kedatangan Polisi
66
Bab 66 Matthew Siuman
67
Bab 67 Ditangkap
68
Bab 68 Abigail
69
Bab 69 Allison Elizabeth
70
Bab 70 Bebas
71
Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72
Bab 72
73
Bab 73 Leo...
74
Bab 74 Kerinduan
75
Bab 75 Tulus
76
Bab 76 Batu
77
Bab 77 Obat
78
Bab 78 Sidang Pertama
79
Bab 79 Gagal Lagi
80
Bab 80 Donor Darah
81
Bab 81 Kritis
82
Bab 82 Janji
83
Bab 83 Tubruk
84
Bab 84 Monitor
85
Bab 85 Hidup dan Mati
86
Bab 86 Sidang Kedua
87
Bab 87 Tunggu!!!
88
Bab 88 Siapa ya?
89
Bab 89 Hakim Memutuskan...
90
Bab 90 Cemburu
91
Bab 91 Siuman
92
Bab 92 Buket Bunga
93
Bab 93 I Love You, Mom
94
Bab 94 Ivana?
95
Bab 95 Kau?
96
Bab 96 Desa
97
Bab 97 Pergi atau Kembali
98
Bab 98 Kecupp

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!