Bab 6 Mata

"Ayo keluar!!" titah anak buah Lucas mendorong punggung perempuan yang mereka sekap dari dalam gudang. "Jalan yang cepat!!" tambahnya lagi menendang kaki-kaki bergetar para gadis malang.

"Kenapa kalian masih diam saja, hah...? Mau aku hancurkan kepala kalian?" ancam John menodongkan sebuah senapan ke arah dua perempuan yang berdiri mematung. Dia menakut-nakuti tawanannya supaya mengikuti apa yang dia perintahkan.

Ancamannya pun berhasil, semua sandera sudah meninggalkan gudang dan berjalan terseok-seok menuju tempat di mana kendaraan yang akan membawa mereka, terparkir.

Suara isak tangis, mewakili perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Mulut terbungkam, meski dalam hati menjerit. Kenyataan yang berjalan saat ini bagaikan mimpi buruk. Meski pahit, harus tetap mereka terima.

Sepuluh remaja perempuan tersebut, saat ini sudah berada di dalam truk untuk diangkut ke sebuah dermaga. Mereka akan disebrangkan menggunakan kapal laut menuju negara asing yang belum pernah sekali pun disinggahi. Guratan kepasrahan berselimut ketakutan, terpancar dari wajah-wajah polos nan lusuh. Mereka saling merangkul, tidak ingin terpisahkan satu sama lainnya.

"Kak, kita mau dibawa ke mana? Ivana takut..." rengek gadis berusia tujuh belas tahun di dalam dekapan kakak perempuannya. Dia tak berhenti menangis sebab membayangkan hal-hal buruk yang tengah menanti di depan mata. "Aku dengar, kita akan dijual ke luar negeri. Kita... kita akan dijadikan PSK di sana!" Ivana meraung membuat perempuan lainnya turut tersedu-sedu.

Perempuan yang dipanggil kakak oleh Ivana mengeratkan pelukan. Ia menghujani pucuk kepala adiknya itu dengan kecupan seperti mengatakan selamat tinggal. "Semua akan baik-baik saja. Percaya sama Kakak!"

Ivana geleng-geleng kepala dan terus saja terisak. Sulit untuknya percaya bahwa dia maupun saudara kandungnya akan baik-baik saja. Mengingat bagaimana kejamnya Lucas juga antek-anteknya memperlakukan mereka selama ini.

"Dengarkan Kakak!" Perempuan muda itu menggamit kedua pipi Ivana dan berbicara dengan berbisik. "Tengah malam nanti, kita akan tiba di dermaga dan dipindahkan ke dalam kapal laut. Di saat itulah, kita memiliki kesempatan buat melarikan diri. Kamu dan Kakak sama-sama pandai berenang, bukan? Ini saat yang tepat buat menggunakan keahlian kita!" ungkap sang kakak mantap.

Ivana menghela napas dan menundukkan pandangan tak ingin menatap kakaknya. Semangat sudah luntur, dia telah pasrah akan nasib yang menantinya kini.

"Ivana, lihat Kakak!!" sentaknya agar sang adik mau menatap ke arahnya. Ivana mengangkat kepala dan memperlihatkan bola mata berkaca-kaca. "Kita harus bisa melarikan diri dari orang-orang biadap ini. Hidup atau mati tidak menjadi soal karena harga diri kita sebagai perempuan jauh lebih berharga dari sekedar kematian!" tegas Kakak Ivana.

"Tapi, Kak...."

"Tidak ada tapi-tapi! Kamu mau memangnya seumur hidup dijadikan budak sek-s?"

Ivana menggeleng kepala. "Tidak, Kak. Aku tidak mau. Aku ingin pulang. Aku mau bertemu mama papa...."

"Kamu pasti pulang dengan selamat tanpa kekurangan satu apa pun. Pegang omongan Kakak!"

Ivana mengangguk lalu menggeser posisi duduknya. Dia menyandarkan kepala ke atas bahu sang kakak. Lambat laun kelopak mata terpejam, dia terlelap penuh kedamaian. Di lain hal, kendaraan yang membawa mereka telah melaju meninggalkan desa. Meninggalkan tempat kelam menuju tempat penuh akan nestapa.

...***...

"Malam ini... langit sangat cerah." Matthew melingkarkan lengan ke pinggang Amanda lalu menautkan wajahnya ke atas pundak sang pujaan hati. "Tapi cerahnya langit, indahnya bintang... tidak bisa mengalahkan kecantikan parasmu, wahai gadis bermata biru safir." Matthew mengecup lembut pipi Amanda dan turut menatap langit. Membayangkan masa depan bersama wanita yang selalu hadir di setiap mimpi-mimpinya.

Gadis itu memutar badannya, kemudian mengalungkan kedua tangan ke leher Matthew. "Sejak kapan kamu pandai merayu, hm...? Rasa-rasanya, baru kali ini aku mendengar kamu bicara begitu lembut."

Matthew menarik pinggang Amanda, membuat tubuh keduanya merapat tanpa jarak. Sapuan hangat terasa menggelitik di atas wajah. Debaran perasaan di antara keduanya memacu detak jantung semakin cepat.

"Kenapa melihatku seperti itu? Ada yang salah di mukaku?" Amanda pura-pura bertanya untuk meredakan sinyalir aneh yang merangsek ke dalam sanubari.

"Aku melihat cinta yang begitu besar di matamu," cakap Matthew.

Amanda tertawa hambar. "Lihat! Di atas mukaku seperti ada kupu-kupu tengah bertebrangan karena ucapan-ucapan manismu, Matthew!"

"Artinya?" sahut Matthew.

"Tidak ada," kilah Amanda.

"Kamu menggodaku?" tekan Matthew.

"Mana ada?" kelit Amanda.

Matthew membekukan tubuh Amanda dengan tatapan hangatnya. Gadis itu memejamkan mata, membuka sedikit bibir tipis nan merah jambu menantikan sentuhan lembut menggairahkan. Cukup lama dia dalam posisi seperti itu. Namun, apa yang dia bayangkan belum juga terjadi.

Gadis itu membuka mata. Dan terlihat olehnya kini, paras Matthew dengan senyuman melengkung karena tingkah absurd-nya. Amanda langsung melengos, tidak kuasa menutupi rasa malu.

Matthew menarik wajah Amanda lalu menelungkup dengan kedua tangan. Matanya terpejam lanjut mencumbu bibir sang kekasih begitu lembut. Dia menikmati inci demi inci, benda tipis yang selalu membayang di pelupuk mata.

Tangan Matthew menekan kepala belakang Amanda untuk memperdalam ciumannya. Kedua mata gadis itu terbuka sempurna. Dengan kelopak mengerjap-ngerjap karena Matthew memagut bibirnya begitu saja.

"Buka mulutmu," desah Matthew.

Amanda membuka bibirnya dan kini dia pun turut terpejam. Merasakan lidah sang kekasih yang menari-nari di dalam rongga mulut. Mereka kini saling menyesap dan memagut satu sama lain, dengan napas terengah-engah dan detak jantung bertalu-talu.

"Nakal..." rajuk Amanda.

"Kamu yang membuatku nakal, Manda..." jawab Matthew.

"Mesum!!" ketus Matthew.

"Bagaimana aku tidak mendadak mesum kalau disuguhi pemandangan indah seperti ini?!" Matthew mengusap-usap bibir kekasihnya.

"Alibi!!" sergah Amanda.

"Itu faktanya, baby!" Lagi-lagi Matthew memagut bibir tipis yang membuatnya merasa ketagihan. Dia lumatt lalu gigit gemas. Tubuh keduanya meremang, gairah muda melonjak naik. Namun, tetap mereka tahan demi memegang teguh sebuah komitmen.

"Besok, sebelum kamu pulang. Aku ingin mengajakmu lunch di tepian pantai. Kamu mau, 'kan?" tanya Matthew berharap kekasihnya itu mau mengabulkan keinginannya.

"Besok siang? Memangnya kamu tidak ada jadwal praktek?" Amanda balik bertanya karena biasanya hari sabtu aktifitas Matthew sebagai seorang psikiater sangatlah padat.

"Iya, besok siang. Sudah lama kita tidak makan siang bersama, 'kan? Dan kebetulan, besok aku tukar jadwal dengan dokter yang lain. Jadi aman!"

Amanda manggut-manggut. "Oh...."

Matthew tersenyum lalu merangkul pundak kekasihnya dan mengajak untuk memandang langit kembali sebab saat ini banyak bintang berserakan disertai cahaya purnama.

Amanda turut tersenyum lalu melingkarkan tangannya ke pinggang sang pujaan. Kepalanya bersandar manja ke atas bahu datar. Mata menatap lurus keindahan Sang Pencipta yang tiada dua.

...*****...

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

ahhh swettt nya tapi menyedihkan klo authournya memisahkan mereka tegaaaa🥴🥺

2022-07-25

0

Neyna 🎭🖌️

Neyna 🎭🖌️

semangat senja crazy upnya semoga sukses 💪💕💕

2022-07-11

1

nath_e

nath_e

aaaaaah....mau gt jg, romantis😍

2022-07-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lucas Denver
2 Bab 2 Matthew Alonzo
3 Bab 3 Kiss me
4 Bab 4 Sadis
5 Bab 5 Anggur Merah
6 Bab 6 Mata
7 Bab 7 Melepaskan Diri
8 Bab 8 Lenyap!!
9 Bab 9 Kejutan
10 Bab 10 Siuman
11 Bab 11 Pulang
12 Bab 12 Jambret...!!!
13 Bab 13 Menikah!!!
14 Bab 14 Rindu
15 Bab 15 Bertemu Kembali
16 Bab 16 Jawab, Pa...
17 Bab 17 Meloloskan Diri
18 Bab 18 Rahasia
19 Bab 19 Klub Malam
20 Bab 20 Kabur
21 Bab 21 No, Papa...
22 Bab 22 Istana Lucas Denver
23 Bab 23 Jangan Menikah!!!
24 Bab 24 Pernikahan
25 Bab 25 Gagal MP
26 Bab 26 Bebas
27 Bab 27 Ejakulasi Dini
28 Bab 28 Berpandangan Mata
29 Bab 29 Dilema Lucas
30 Bab 30 Godaan
31 Bab 31 Pintu Rahasia
32 Bab 32 Matthew Kembali
33 Bab 33 Mati
34 Bab 34 Allina
35 Bab 35 Kubur
36 Bab 36 Pergi
37 Bab 37 Memergoki
38 Bab 38 Kerja Sama
39 Bab 39 Pingsan
40 Bab 40 Meremang
41 Bab 41 Pasung
42 Bab 42 Kebakaran
43 Bab 43 Dokumen Penting
44 Bab 44 Roti Sobek
45 Bab 45 Ambulan
46 Bab 46 Televisi
47 Bab 47 Kabur
48 Bab 48 Ciuman Kedua
49 Bab 49 Ulet Bulu
50 Bab 50 Curiga
51 Bab 51 Melepasmu
52 Bab 52 Helikopter
53 Bab 53 Tertembak
54 Bab 54 Meledak
55 Bab 55 Hilang
56 Bab 56 Makan Malam
57 Bab 57 Bathtub
58 Bab 58 Mengintip
59 Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60 Bab 60 Saksi
61 Bab 61 Menyelinap
62 Bab 62 Senapan
63 Bab 63 Menggigil
64 Bab 64 Mayat
65 Bab 65 Kedatangan Polisi
66 Bab 66 Matthew Siuman
67 Bab 67 Ditangkap
68 Bab 68 Abigail
69 Bab 69 Allison Elizabeth
70 Bab 70 Bebas
71 Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72 Bab 72
73 Bab 73 Leo...
74 Bab 74 Kerinduan
75 Bab 75 Tulus
76 Bab 76 Batu
77 Bab 77 Obat
78 Bab 78 Sidang Pertama
79 Bab 79 Gagal Lagi
80 Bab 80 Donor Darah
81 Bab 81 Kritis
82 Bab 82 Janji
83 Bab 83 Tubruk
84 Bab 84 Monitor
85 Bab 85 Hidup dan Mati
86 Bab 86 Sidang Kedua
87 Bab 87 Tunggu!!!
88 Bab 88 Siapa ya?
89 Bab 89 Hakim Memutuskan...
90 Bab 90 Cemburu
91 Bab 91 Siuman
92 Bab 92 Buket Bunga
93 Bab 93 I Love You, Mom
94 Bab 94 Ivana?
95 Bab 95 Kau?
96 Bab 96 Desa
97 Bab 97 Pergi atau Kembali
98 Bab 98 Kecupp
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 Lucas Denver
2
Bab 2 Matthew Alonzo
3
Bab 3 Kiss me
4
Bab 4 Sadis
5
Bab 5 Anggur Merah
6
Bab 6 Mata
7
Bab 7 Melepaskan Diri
8
Bab 8 Lenyap!!
9
Bab 9 Kejutan
10
Bab 10 Siuman
11
Bab 11 Pulang
12
Bab 12 Jambret...!!!
13
Bab 13 Menikah!!!
14
Bab 14 Rindu
15
Bab 15 Bertemu Kembali
16
Bab 16 Jawab, Pa...
17
Bab 17 Meloloskan Diri
18
Bab 18 Rahasia
19
Bab 19 Klub Malam
20
Bab 20 Kabur
21
Bab 21 No, Papa...
22
Bab 22 Istana Lucas Denver
23
Bab 23 Jangan Menikah!!!
24
Bab 24 Pernikahan
25
Bab 25 Gagal MP
26
Bab 26 Bebas
27
Bab 27 Ejakulasi Dini
28
Bab 28 Berpandangan Mata
29
Bab 29 Dilema Lucas
30
Bab 30 Godaan
31
Bab 31 Pintu Rahasia
32
Bab 32 Matthew Kembali
33
Bab 33 Mati
34
Bab 34 Allina
35
Bab 35 Kubur
36
Bab 36 Pergi
37
Bab 37 Memergoki
38
Bab 38 Kerja Sama
39
Bab 39 Pingsan
40
Bab 40 Meremang
41
Bab 41 Pasung
42
Bab 42 Kebakaran
43
Bab 43 Dokumen Penting
44
Bab 44 Roti Sobek
45
Bab 45 Ambulan
46
Bab 46 Televisi
47
Bab 47 Kabur
48
Bab 48 Ciuman Kedua
49
Bab 49 Ulet Bulu
50
Bab 50 Curiga
51
Bab 51 Melepasmu
52
Bab 52 Helikopter
53
Bab 53 Tertembak
54
Bab 54 Meledak
55
Bab 55 Hilang
56
Bab 56 Makan Malam
57
Bab 57 Bathtub
58
Bab 58 Mengintip
59
Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60
Bab 60 Saksi
61
Bab 61 Menyelinap
62
Bab 62 Senapan
63
Bab 63 Menggigil
64
Bab 64 Mayat
65
Bab 65 Kedatangan Polisi
66
Bab 66 Matthew Siuman
67
Bab 67 Ditangkap
68
Bab 68 Abigail
69
Bab 69 Allison Elizabeth
70
Bab 70 Bebas
71
Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72
Bab 72
73
Bab 73 Leo...
74
Bab 74 Kerinduan
75
Bab 75 Tulus
76
Bab 76 Batu
77
Bab 77 Obat
78
Bab 78 Sidang Pertama
79
Bab 79 Gagal Lagi
80
Bab 80 Donor Darah
81
Bab 81 Kritis
82
Bab 82 Janji
83
Bab 83 Tubruk
84
Bab 84 Monitor
85
Bab 85 Hidup dan Mati
86
Bab 86 Sidang Kedua
87
Bab 87 Tunggu!!!
88
Bab 88 Siapa ya?
89
Bab 89 Hakim Memutuskan...
90
Bab 90 Cemburu
91
Bab 91 Siuman
92
Bab 92 Buket Bunga
93
Bab 93 I Love You, Mom
94
Bab 94 Ivana?
95
Bab 95 Kau?
96
Bab 96 Desa
97
Bab 97 Pergi atau Kembali
98
Bab 98 Kecupp

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!