Bab 20 Kabur

Hari-hari yang berat bagi seorang Amanda Shawnette ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa sang ayah menukarnya dengan kebahagiaan dirinya sendiri.

Terluka? Tentu saja, siapa yang tidak akan terluka bila laki-laki yang disayangi sepenuh hati dengan tega menjual tubuh dan harga diri putrinya demi harta juga untuk menutupi utang-utang yang ia ciptakan.

Terluka karena kehilangan figur seorang ibu untuk selamanya, memang meninggalkan goresan yang mendalam. Tapi, kehilangan masa depan sebab kesalahan sang ayah, bagaikan luka tak berdarah. Terlalu sakit dan hanya diri sendiri yang merasakannya.

Gadis yang sejak sore mengurung diri di kamar, kini terlelap bersama kemelut hidup yang tiba-tiba datang tanpa diminta. Ia pikir, kehidupan di masa lalu sudahlah begitu berat. Namun, ternyata belum ada apa-apanya. Di depan sana batu kerikil dan jalanan terjal telah menanti untuk dipijak serta dilewati. Dan saat ini, ia bagai terjebak di antara hunusan pedang. Maju terluka, mundur pun terluka.

"Ah... sudah malam." Gadis bernetra biru itu menggeliat lalu menggucek kedua matanya. Ia mengitarkan tatapan ke sekeliling kamar yang sekarang berubah gelap dan hening. "Aku tidur sangat lama sepertinya." Ia meraih weker dari atas nakas untuk melihat pukul berapa sekarang.

Ia pun terperanjat kaget langsung terduduk diam sebab saat ini jam menunjukkan pukul dua belas malam. "Ya Tuhan... aku menghabiskan waktu berharga, dengan tidur tiada guna...."

Amanda menyalakan lampu tidur kemudian beranjak dari atas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Dia membasuh wajah dan menatap paras dirinya dari balik cermin. "Aku harus pergi malam ini. Aku harus kabur! Aku yakin papa cuman menakut-nakuti soal aki-aki itu!"

Amanda segera menarik langkah, membuka lemari dan menyiapkan koper lalu disimpan di atas kasur. Dia memasukkan semua barang-barang pribadi ke dalam wadah tersebut. "Maafkan Manda Pa... karena tidak menuruti permintaan Papa. Manda tidak mau menikah sama tua bangka sialan itu!"

Waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi. Di saat semua orang terlelap, gadis itu bergegas untuk meninggalkan desa tercinta dan kembali ke kota. "Aku yakin, pilihanku ini tidak salah! Aku memiliki hak atas hidupku sendiri!"

Ia pun mulai bergerak. Berjalan mengendap-endap, keluar dari kamar menuju pintu keluar. Telinga ia pasang, penglihatan dipertajam. Memastikan situasi aman serta terkendali.

Amanda mendesah pilu, "Selamat tinggal Pa, maafkan Manda...."

Gadis itu menatap nanar ke seluruh sudut bangunan yang banyak menyimpan kenangan. Kakinya melangkah pasti. Namun, di dalam hati menyimpan kegamangan. Ia pun cepat-cepat keluar dari rumah sebelum sang ayah memergoki dan mengurungnya di kamar.

"Yess, berhasil!" gumam Amanda yang sudah berhasil keluar dari rumah tanpa diketahui Omran. Dia pun mengeret kopernya untuk mencari taksi. "Tapi... jam segini, apa iya ada taksi?" gumamnya lagi melihat kondisi desa yang sepi. Dia pun memilih untuk terus berjalan, tidak peduli seberapa pun jauhnya jarak antara rumah dan stasiun kota.

Malam ini angin bertiup sangat kencang. Rasa takut bersatu padu dengan rasa dingin, tetapi semua itu tak menyurutkan tekadnya. Kedua kaki terus melangkah, menerjang bahaya apa pun yang menanti di depan sana.

Akan tetapi, keberanian gadis itu mendadak meredup sebab ia merasakan ada seseorang yang membuntutinya. Ia pun menoleh ke belakang. Namun, tidak mendapati siapa pun di sana. "Huh... mungkin hanya perasaanku saja."

Gadis itu berjalan lebih cepat dan sangat cepat. Benar saja ada satu bahkan dua orang yang tengah mengikuti dan berusaha mengejarnya. Ia pun berlari, meski dengan susah payah sebab menenteng koper yang menyulitkan langkah.

"Nona, berhenti!" teriak orang-orang yang mengikuti Amanda dan tak lain adalah orang suruhan Lucas. "Berhenti, Nona!!" teriaknya lagi.

Amanda tidak mengindahkan peringatan kedua pria tersebut. Dia terus berlari meski kakinya terasa sakit juga lecet-lecet. Salah seorang anak buah Lucas meluncurkan tembakan peringatan. Amanda menjerit dan dia pun mulai tersedu-sedu sembari menoleh ke sana ke mari mencari tempat untuk bersembunyi.

"Berhenti!" teriak anak Lucas lagi. "Kami tidak segan-segan untuk menembakmu!!" Tembakan peringatan kedua dibidikkan kembali, untuk menciutkan mental gadis yang tengah mereka kejar.

Amanda geleng-geleng kepala dan berlari menyebrangi jalan tanpa melihat ke kiri dan ke kanan. Di waktu bersamaan, ada satu mobil yang melaju kencang ke arahnya. Gadis itu pun memekik nyaring seraya memejamkan mata juga menutupi kedua telinganya.

"Dasar wanita gila!!" umpat si pengendara karena hampir saja ia menabrak gadis yang tiba-tiba menyebrang jalan. "Kamu mau mati, hah...?" bentaknya tanpa perasaan.

Seraya terisak, Amanda membuka mata dan melihat ke arah si pemilik mobil. "Ma-maaf...."

Pengendara mobil itu pun mendengus kasar kemudian menarik mundur kendaraannya untuk memberikan jarak. Ia menancap gas, melesat cepat melewati perempuan yang ia anggap gila.

Tubuh Amanda bergetar hebat, sementara para penjahat sudah lebih mendekat ke arahnya. Dia pun menyeka air mata dan masih berusaha untuk kabur di sisa tenaganya.

"Mau lari ke mana Nona manis?" Anak buah Lucas tahu-tahu berada di depan menghadang Amanda. Gadis itu pun membalikkan badan. Namun, suruhan si tua bangka menghalau langkahnya.

"Pergi, kalian. Pergi...!!" Amanda mengayunkan tas selempangnya, menghantam tubuh-tubuh kekar itu dengan benda yang dia pegang. Salah seorang dari mereka menyergap tubuh Amanda dari arah belakang. Gadis itu terus berteriak serta memberontak. "Lepas...! Lepas kataku!! Tolong...."

"Berteriaklah sampai suaramu habis, Nona! Tapi kami pastikan, tidak akan ada yang sudi menolongmu!" cicit si penjahat.

"Lepaskan!!" Amanda menggerak-gerakkan badannya berusaha untuk meloloskan diri. "Lepaskan kubilang!" Amanda menarik kepalanya ke bawah kemudian menarik ke belakang sekaligus, menghentak hidung pria yang memeganginya hingga berdarah.

"Ah... shitt!!" umpat pria tersebut mengatup hidungnya yang terasa nyeri. "Perempuan sinting!!" hardiknya seraya menggeleng-gelengkan kepala karena pening.

Kini tersisa satu pria lagi yang mencoba menghadang Amanda. "Mau lari ke mana kamu, kelinci kecil?"

"Aku memang kelinci, tapi kalian keledai dongok!" balas Amanda. Dia pun menendang kemaluann pria tersebut kemudian memukul kepalanya menggunakan tas selempang.

"Makan tuh kelinci!" ejek Amanda menyeringai puas. Dia pun berlari kembali, tetapi langkahnya lagi-lagi terhenti sebab rambutnya dijambak seseorang. "Aw..." pekiknya memegangi rambut yang ditarik si penjahat.

Kedua pria suruhan Lucas pun terbahak-bahak sebab mangsanya sudah berhasil didapatkan. "Selincah-lincahnya kelinci, tetap saja hanya binatang kecil dan lemah!!"

"Aku tidak lemah!!" sergah Amanda lalu meludahi pria yang tersenyum licik ke arahnya.

"Benarkah?" timpal pria tersebut. Ia menjetikkan jari memanggil temannya yang lain. "Coba perlihatkan video Omran pada gadis ini!"

Lelaki yang Amanda tendang tadi menunjukkan video Omran yang tengah disiksa oleh Lucas dan anak buahnya. Amanda terbelalak, seraya menggeleng-geleng kepala.

...******...

Terpopuler

Comments

lina

lina

jgn berenti, lari bae manda

2022-08-09

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

omran... omran... gara2 nafsumu, amanda jadi dilecehkan

2022-07-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lucas Denver
2 Bab 2 Matthew Alonzo
3 Bab 3 Kiss me
4 Bab 4 Sadis
5 Bab 5 Anggur Merah
6 Bab 6 Mata
7 Bab 7 Melepaskan Diri
8 Bab 8 Lenyap!!
9 Bab 9 Kejutan
10 Bab 10 Siuman
11 Bab 11 Pulang
12 Bab 12 Jambret...!!!
13 Bab 13 Menikah!!!
14 Bab 14 Rindu
15 Bab 15 Bertemu Kembali
16 Bab 16 Jawab, Pa...
17 Bab 17 Meloloskan Diri
18 Bab 18 Rahasia
19 Bab 19 Klub Malam
20 Bab 20 Kabur
21 Bab 21 No, Papa...
22 Bab 22 Istana Lucas Denver
23 Bab 23 Jangan Menikah!!!
24 Bab 24 Pernikahan
25 Bab 25 Gagal MP
26 Bab 26 Bebas
27 Bab 27 Ejakulasi Dini
28 Bab 28 Berpandangan Mata
29 Bab 29 Dilema Lucas
30 Bab 30 Godaan
31 Bab 31 Pintu Rahasia
32 Bab 32 Matthew Kembali
33 Bab 33 Mati
34 Bab 34 Allina
35 Bab 35 Kubur
36 Bab 36 Pergi
37 Bab 37 Memergoki
38 Bab 38 Kerja Sama
39 Bab 39 Pingsan
40 Bab 40 Meremang
41 Bab 41 Pasung
42 Bab 42 Kebakaran
43 Bab 43 Dokumen Penting
44 Bab 44 Roti Sobek
45 Bab 45 Ambulan
46 Bab 46 Televisi
47 Bab 47 Kabur
48 Bab 48 Ciuman Kedua
49 Bab 49 Ulet Bulu
50 Bab 50 Curiga
51 Bab 51 Melepasmu
52 Bab 52 Helikopter
53 Bab 53 Tertembak
54 Bab 54 Meledak
55 Bab 55 Hilang
56 Bab 56 Makan Malam
57 Bab 57 Bathtub
58 Bab 58 Mengintip
59 Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60 Bab 60 Saksi
61 Bab 61 Menyelinap
62 Bab 62 Senapan
63 Bab 63 Menggigil
64 Bab 64 Mayat
65 Bab 65 Kedatangan Polisi
66 Bab 66 Matthew Siuman
67 Bab 67 Ditangkap
68 Bab 68 Abigail
69 Bab 69 Allison Elizabeth
70 Bab 70 Bebas
71 Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72 Bab 72
73 Bab 73 Leo...
74 Bab 74 Kerinduan
75 Bab 75 Tulus
76 Bab 76 Batu
77 Bab 77 Obat
78 Bab 78 Sidang Pertama
79 Bab 79 Gagal Lagi
80 Bab 80 Donor Darah
81 Bab 81 Kritis
82 Bab 82 Janji
83 Bab 83 Tubruk
84 Bab 84 Monitor
85 Bab 85 Hidup dan Mati
86 Bab 86 Sidang Kedua
87 Bab 87 Tunggu!!!
88 Bab 88 Siapa ya?
89 Bab 89 Hakim Memutuskan...
90 Bab 90 Cemburu
91 Bab 91 Siuman
92 Bab 92 Buket Bunga
93 Bab 93 I Love You, Mom
94 Bab 94 Ivana?
95 Bab 95 Kau?
96 Bab 96 Desa
97 Bab 97 Pergi atau Kembali
98 Bab 98 Kecupp
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 Lucas Denver
2
Bab 2 Matthew Alonzo
3
Bab 3 Kiss me
4
Bab 4 Sadis
5
Bab 5 Anggur Merah
6
Bab 6 Mata
7
Bab 7 Melepaskan Diri
8
Bab 8 Lenyap!!
9
Bab 9 Kejutan
10
Bab 10 Siuman
11
Bab 11 Pulang
12
Bab 12 Jambret...!!!
13
Bab 13 Menikah!!!
14
Bab 14 Rindu
15
Bab 15 Bertemu Kembali
16
Bab 16 Jawab, Pa...
17
Bab 17 Meloloskan Diri
18
Bab 18 Rahasia
19
Bab 19 Klub Malam
20
Bab 20 Kabur
21
Bab 21 No, Papa...
22
Bab 22 Istana Lucas Denver
23
Bab 23 Jangan Menikah!!!
24
Bab 24 Pernikahan
25
Bab 25 Gagal MP
26
Bab 26 Bebas
27
Bab 27 Ejakulasi Dini
28
Bab 28 Berpandangan Mata
29
Bab 29 Dilema Lucas
30
Bab 30 Godaan
31
Bab 31 Pintu Rahasia
32
Bab 32 Matthew Kembali
33
Bab 33 Mati
34
Bab 34 Allina
35
Bab 35 Kubur
36
Bab 36 Pergi
37
Bab 37 Memergoki
38
Bab 38 Kerja Sama
39
Bab 39 Pingsan
40
Bab 40 Meremang
41
Bab 41 Pasung
42
Bab 42 Kebakaran
43
Bab 43 Dokumen Penting
44
Bab 44 Roti Sobek
45
Bab 45 Ambulan
46
Bab 46 Televisi
47
Bab 47 Kabur
48
Bab 48 Ciuman Kedua
49
Bab 49 Ulet Bulu
50
Bab 50 Curiga
51
Bab 51 Melepasmu
52
Bab 52 Helikopter
53
Bab 53 Tertembak
54
Bab 54 Meledak
55
Bab 55 Hilang
56
Bab 56 Makan Malam
57
Bab 57 Bathtub
58
Bab 58 Mengintip
59
Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60
Bab 60 Saksi
61
Bab 61 Menyelinap
62
Bab 62 Senapan
63
Bab 63 Menggigil
64
Bab 64 Mayat
65
Bab 65 Kedatangan Polisi
66
Bab 66 Matthew Siuman
67
Bab 67 Ditangkap
68
Bab 68 Abigail
69
Bab 69 Allison Elizabeth
70
Bab 70 Bebas
71
Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72
Bab 72
73
Bab 73 Leo...
74
Bab 74 Kerinduan
75
Bab 75 Tulus
76
Bab 76 Batu
77
Bab 77 Obat
78
Bab 78 Sidang Pertama
79
Bab 79 Gagal Lagi
80
Bab 80 Donor Darah
81
Bab 81 Kritis
82
Bab 82 Janji
83
Bab 83 Tubruk
84
Bab 84 Monitor
85
Bab 85 Hidup dan Mati
86
Bab 86 Sidang Kedua
87
Bab 87 Tunggu!!!
88
Bab 88 Siapa ya?
89
Bab 89 Hakim Memutuskan...
90
Bab 90 Cemburu
91
Bab 91 Siuman
92
Bab 92 Buket Bunga
93
Bab 93 I Love You, Mom
94
Bab 94 Ivana?
95
Bab 95 Kau?
96
Bab 96 Desa
97
Bab 97 Pergi atau Kembali
98
Bab 98 Kecupp

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!