Matthew tersenyum cerah. Selangkah demi selangkah, merapatkan jarak. Dia menyodorkan buket mawar putih kepada kekasihnya. "Untukmu, Amanda Shawnette...."
Mata Amanda sontak berkilap bahagia sembari meraih buket tersebut lalu menyesap wanginya. "Ini untukku?"
Matthew mengangguk pasti kemudian membuka kotak perhiasan yang berisikan kalung berlian. "Dan ini untukmu juga."
Amanda tertegun lantaran terheran-heran dengan semua kejutan yang disiapkan lelakinya. "I-ini untukku juga? Ta-tapi dalam rangka apa kamu membelikan aku semua ini? Hari ini bukan ulang tahunku!"
Matthew menjulurkan tangan dan membelai lembut paras sang pujaan. "Ini hanya sedikit bukti rasa cintaku. Selebihnya ada di sini, di dalam hati."
Wajah Amanda menjadi merah merona karena perlakuan manis kekasihnya itu. Dia merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Sebab dipertemukan dengan lelaki sebaik Matthew.
"Tapi, kamu tidak perlu memberikanku barang mahal seperti ini, Matthew. Ini terlalu mewah buatku," kata Amanda merasa tidak enak hati lantaran dia tidak terbiasa menerima pemberian dari orang lain.
"Kamu sangat cantik, hatimu juga. Kalung ini tidak ada apa-apanya dibandingkan ketulusanmu selama ini," jawab Matthew membuai perasaan Amanda. "Aku hanya ingin menyenangkan hati perempuan yang kusayangi. Jadi, terimalah..." Matthew menyorongkan kotak berbahan beludru.
"Terima kasih." Amanda menerima barang pemberian tersebut dengan senang hati. "Bisa bantu aku untuk memasangkannya?" tanya Amanda langsung membalikkan badan dan menata rambutnya ke samping.
Matthew melingkarkan kalung berlian ke leher Amanda kemudian memutar pundak kekasih itu. Kini kedua sejoli bersitatap. Berbalas kata yang tersirat dari sepasang mata penuh cinta. Bibir pun turut mewakili perasaan keduanya, melalui ciuman hangat nan bergelora.
"Terima kasih untuk semua cinta yang kamu berikan padaku. Semoga... rasa cintamu tak akan berkurang sedikit pun." Amanda berjinjit lanjut merangkum wajah kekasihnya. Dia mencumbu terlebih dahulu bibir Matthew, begitu lembut dan penuh penghayatan.
Setelah beberapa saat, Amanda melepas pagutannya. Dia mengusap lipstik yang menempel di atas bibir pasangannya. "Aku harus kembali ke Rumah Sakit sesegera mungkin. Bisakah kita makan siang sekarang juga?"
"Tentu." Matthew menuntun tangan kekasihnya menuju pinggiran pantai. Dia sudah menyiapkan satu meja dan dua kursi untuk private lunch bersama Amanda.
"Waw... romantis!" puji Amanda ketika sampai di tempat yang dimaksud dan melihat tampilan meja dengan taburan kelopak bunga di atasnya. "Ini makan siang teristimewa, Matthew. Terima kasih, aku benar-benar tersanjung...."
Matthew menarik salah satu kursi lantas membungkukkan badan dan menaruh tangan di atas perut. "Silakan duduk Tuan putri."
Amanda tertawa renyah lalu mendaratkan tubuhnya di atas kursi yang disiapkan Matthew." Thankyou so much, my Prince...."
Matthew turut tertawa dan duduk bersebrangan dengan kekasihnya. Dia bertepuk tangan dan munculah dua orang waiters beserta seorang pemain biola. Meja yang semula hanya ada kelopak bunga dan piring kosong, sekarang sudah dipenuhi beberapa santapan lezat. Perut Amanda sontak saja keroncongan sebab tadi pagi, dia melewatkan waktu sarapannya.
"Waw... ini semua makanan kesukaanku!" Bola mata Amanda tidak lepas dari memandangi makanan-makanan yang menggugah selera. Dia menyapu bibirnya berulang kali, tidak sabar untuk mencicipi semua hidangan yang tersaji di atas meja.
"Makanlah... dan habiskan semuanya," lontar Matthew yang dibalas dengan raut masam.
"Kamu mau aku gendut ya?" rajuk Amanda karena makanan yang dipesan Matthew tidak akan muat di perutnya yang kecil.
Matthew terkekeh, memperlihatkan lesung pipinya. "Kalau iya, kenapa? Kamu pasti semakin menggemaskan, baby!"
Amanda berdecih dan memutar bola matanya kesal. "Iya... sekarang bisa bilang begitu. Nanti, kalau aku berubah gemuk. Kamu pasti kabur, terus mencari perempuan lain yang lebih seksi!"
Matthew tidak merespon omelan Amanda. Dia hanya tertawa kecil karena saat seperti ini tingkah kekasihnya itu semakin membuatnya geregetan. Dia mengambil makanan menggunakan garpu dan diarahkan ke depan mulut Amanda yang tidak berhenti berkicau.
"Makanlah... lebih cepat kita menghabiskan makan siang ... lebih cepat juga akan pulang." Matthew menyodorkan potongan steak ayam, menyuapi kekasihnya itu. "Makan yang banyak, aktifitasmu sangat padat sebagai seorang midwife." Matthew kembali menyuapi Amanda. Tatapannya kali ini lebih dalam dari biasanya. Tatapan yang mampu menggetarkan hati seorang Amanda.
...***...
"Bagaimana, apa gadis itu sudah kalian temukan?" tanya Lucas pada anak buahnya. Dia memerintahkan untuk mencari tawanannya, dalam kondisi hidup ataupun sudah mati.
Semua orang suruhan Lucas menggelengkan kepala lantaran mereka tidak menemukan Ivana di mana pun juga. "Maaf, Bos. Kami tidak bisa mendeteksi keberadaan gadis itu. Dari semalam hingga siang ini, kami menyisir ke tengah laut dan pinggiran pantai. Kami pun mengerahkan penyelam profesional. Tapi anak itu tetap tidak ada."
"Bisa saja dia dimakan ikan hiu, Bos!" sahut pria berbadan kurus.
"Atau, mungkin sudah mati. Dan mayatnya terbawa ombak," timpal pria lainnya.
Lucas menggeram marah dan menyiram anak buahnya menggunakan air panas dari gelas. "Dasar otak udang kalian semua! Perkerjaan begini saja kalian tidak becus!! Aku tidak mau tahu, sore ini gadis itu harus ditemukan. Kalau tidak, aku akan memenggal kepala kalian satu per satu. Camkan itu!!!"
"I-iya, Bos!" jawab semua orang serentak, lalu berlari terbirit-birit kembali bekerja mencari Ivana lantaran takut akan ancaman Lucas, yang pastinya bukan sekedar omong kosong belaka.
"Punya anak buah, tapi tidak ada satu pun yang bisa aku andalkan. Semuanya payah...!! Brengseeekkk!!" pekik Lucas ketika antek-anteknya sudah menghilang pergi. Dia meluapkan kekesalan pada botol-botol minuman. Semua benda itu dia lempar ke sembarang arah, sembari mengerang dan mengumpat murka.
...****...
"Amanda?" panggil Matthew mesra.
"Ya?" sahut Amanda menunggu jawaban.
"Ada saus di bawah bibirmu," tunjuk Matthew pada bibirnya sendiri. Amanda gelagapan dan langsung menarik tisu untuk mengelap sisa-sisa kotoran di dagunya. Namun, saus tomat itu masih saja menempel. Matthew geleng-geleng kepala kemudian membersihkan noda makanan tersebut menggunakan ibu jarinya. "Kamu seperti anak kecil saja...."
Wajah Amanda meremang malu. Dia melengos, melihat ke arah pantai yang damai. Akan tetapi, keningnya mengerut heran karena melihat seperti ada tubuh manusia yang terombang-ambing oleh sapuan ombak.
Amanda menajamkan penglihatan dan benar saja yang dilihatnya bukanlah sebuah ilusi. Tanpa berkata apa pun, dia langsung melucuti pakaiannya dan menyisakan baju dalam saja. Gadis itu langsung berlari kencang ke arah pantai tidak mengindahkan Matthew yang berteriak memanggilnya.
"Amanda... what happen?"
"Amanda, wait!!"
"Oh, My Gosh!!" Matthew menyugar pucuk rambut lalu menariknya kasar saat Amanda mulai berenang ke tengah pantai. Dia turut melepas pakaian dan menyusul kekasihnya itu.
Amanda terus berenang tidak mempedulikan apa pun sebab dia sangat yakin dengan apa yang tertangkap oleh indra penglihatannya.
"Ayo sedikit lagi, Manda!" ucapnya di dalam hati. "Kamu pasti bisa!!"
"I got you!!" Amanda membetot tangan perempuan asing yang tubuhnya mengapung tak sadarkan diri. Dia meletakkan jari telunjuk di bawah lubang hidung perempuan tersebut. "Gadis ini masih hidup. Aku harus segera membawanya ke tepian. Semoga belum terlambat!"
Susah payah Amanda menyeret tubuh yang sudah sedikit membeku itu. Meski tenaganya pun tidak cukup kuat. Beruntung, Matthew tiba di waktu yang tepat. Dia langsung membantu kekasihnya membawa sosok asing tersebut ke pinggiran pantai.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
alhamdulillah. ivana selamat
2022-07-10
0
langit biru
akhirnya terselamatkan ...kasian ivanna.
2022-06-15
1
Mbak Rin
ivana ditolong amanda.. mungkinkah nanti jodoh Matthew kak
2022-06-08
5