Bab 15 Bertemu Kembali

"No garlic, bread, margarine, cheesee and anything else?" tanya Amanda sembari membuka lemari dapur. Pagi ini dia berniat menyiapkan sarapan untuk ayahnya. Namun, tidak menemukan bahan makanan apa pun untuk diolah. "Uang yang aku kirim setiap bulan dipakai buat apa saja, Pa?" tanyanya lagi heran. Padahal selama ini dia selalu memenuhi kebutuhan hidup sang ayah. Sedangkan dirinya sendiri berjuang dalam keterbatasan materi.

Bibir Omran bergerak-gerak, tetapi tidak mengeluarkan suara. Lantaran dia tak mampu menjawab pertanyaan Amanda yang dilontarkan kepadanya.

"Papa mau menjawab apa?" Amanda lagi-lagi dibuat penasaran oleh sikap aneh sang ayah. Bola mata Omran berputar ke sana ke mari, tengah memikirkan alasan yang tepat untuk membela diri.

"I-itu uang yang kamu kasih, habis dipakai untuk Papa berobat. Kemarin-kemarin Papa sakit, Nak..." Omran berkilah untuk menutupi semua kesalahan. Pada kenyataannya uang tersebut ludes lantaran digunakan untuk berjudi, bermabuk-mabukkan juga bermain jalangg.

Amanda menghela napas lantas menghampiri Omran yang duduk bersandar di kursi makan. Dia merangkul pundak pria itu dan bicara begitu lembut. "Kenapa Papa tidak bilang sama Manda kalau Papa sakit? Manda, 'kan, bisa mengirimkan uang lebih untuk keperluan lainnya."

Omran menarik tangan sang anak dan menggenggam erat. "Papa malu minta uang terus sama kamu. Lagi pula Papa juga tahu kamu di kota hidup pas-pasan. Tidak tega rasanya kalau Papa membebanimu terus-terusan."

Amanda merekatkan pelukannya. Meski pun masih membekas rasa kecewa atas "kejutan" yang diberikan Omran. Tetapi, ayah tetaplah ayah baginya. Kasih sayang tiada batas hanya tercurah untuk laki-laki yang amat berarti.

"Lain kali kalau Papa lagi kesusahan, jangan sungkan-sungkan bilang sama Manda. Selama ini aku kerja di kota mengumpulkan uang buat siapa, kalau bukan buat Papa?!" ujar Amanda tidak ingin melepaskan rengkuhannya.

Amanda begitu menyayangi pria tua itu karena selepas kematian sang ibu beserta adik perempuannya tujuh belas yang lalu. Omranlah yang berperan sebagai ayah sekaligus ibu untuknya. Mengurus juga membesarkan dengan penuh kasih sayang.

"Papa sudah lapar ya?" tanya Amanda karena mendengar suara kriuk-kriuk dari perut sang ayah.

"Belum kok, Nak. Papa belum lapar. Biasanya, 'kan, sarapan pukul sembilan pagi," jawab Omran melihat jam di tangan kanan.

"Papa tunggu sebentar ya. Manda mau membeli kebutuhan rumah dulu ke grocery. Nanti, aku buatkan sarapan kesukaan Papa," tawar Amanda berseri-seri. Tanpa menunggu persetujuan sang ayah, gadis itu melepas dekapannya dan langsung beranjak ke dalam kamar guna mengganti pakaian juga membawa uang secukupnya.

"Aku pergi dulu ya Pa," teriak Amanda dari lawang pintu. Kedua kaki melangkah dengan derap cepat, menuju tempat yang dituju.

Lima belas menit berlalu, dara cantik itu telah sampai di sebuah toko bahan makanan. Matanya memperhatikan sekitar yang sudah banyak berubah sejak setahun terakhir. Ia pun melanjutkan langkah, untuk memasuki bangunan yang sekelilingnya hanyalah kaca.

"Roti gandum sudah, margarin, almond, olive oil (minyak zaitun). Apa lagi ya?" Amanda mengingat-ingat bahan makanan yang akan dibeli. Dia terus berjalan mengitari toko tersebut sembari mencatut apa pun yang dibutuhkan.

Keranjang pun kini sudah dipenuhi oleh segala macam kebutuhan. Dirasa sudah lengkap, Amanda menyudahi aktifitasnya pagi ini di toko tersebut. Dia beranjak ke arah cashier untuk membayar belanjaan dan kembali ke rumah sesegera mungkin.

Pagi ini, toko bahan pangan dalam keadaan ramai. Gadis itu harus rela mengantre lebih lama di depan tempat pembayaran. Akan tetapi, seorang pemuda tiba-tiba muncul dari arah samping dan menyerobot antrean tanpa rasa bersalah.

"Hey, apa matamu buta?" geram Amanda pada pemuda yang memunggunginya acuh tak acuh. "Hello... aku bicara sama kamu!" tegur Amanda menarik pundak lelaki tersebut agar menghadap ke arahnya. Biji mata terbuka sempurna sebab laki-laki yang berdiri di hadapannya kini adalah laki-laki menyebalkan, yang tidak ingin dia jumpai. Tetapi, takdir malah mempertemukannya kembali.

"Kita berjumpa lagi Nona barbar!" ledek pemuda tersebut mengerdipkan sebelah mata. "Bukankah... aku sudah berjanji kalau kita akan bertemu lagi?" tukasnya membuat Amanda semakin kesal.

"Ini hanya kebetulan!" sahut Amanda disertai sorot mata menantang.

Jarak antara keduanya begitu dekat. Dan saat ini, dua pasang mata bersitatap dengan isi pikirannya masing-masing. Pemuda itu mencondongkan wajahnya hingga tak berjarak. "Kata orang zaman dulu kalau serba kebetulan. Itu namanya jodoh!"

Saliva ditenggak kasar, kepalan tangan menggumpal. Deru napas kian memburu, amarah memuncak tak kenal waktu. "Berjodoh dengan laki-laki kurang etika sepertimu? Lebih baik, aku menjomlo seumur hidup!"

"Menjomlo itu tidak enak, Nona. Tidak bisa merasakan namanya surga dunia. Tapi aku jadi curiga, apa jangan-jangan... kamu ini seorang penyuka sesama jenis?" cibir pemuda itu berucap sekenanya.

Amarah sudah berada di ujung tanduk. Amanda tidak bisa lagi menahan diri. Lututnya bergerak cepat dan dalam hitungan detik mengenai area terlarang pemuda tersebut. Saat ini lelaki itu melompat-lompat lantaran menahan rasa sakit yang menyerang bagian vital tubuhnya.

"Ah... dasar wanita barbar!" pekik pemuda itu memegangi bagian tengah selangkangannya. Kerutan di atas dahi cukup menjelaskan bagaimana rasa ngilu yang dia derita.

"Mau aku tambahi lagi?" tantang Amanda. Karena dia tidak ragu-ragu untuk menyerang pemuda itu kembali kalau masih bersikap kurang ajar padanya.

Antrean semakin memanjang dan Amanda didesak untuk bergerak maju. Kondisi toko bertambah ricuh lantaran pertikaian antara sepasang anak Adam tersebut.

"Ayo cepat maju!" teriak seseorang. "Kalau kalian mau terus bertengkar, keluar saja dari barisan!" teriaknya lagi yang didukung semua orang.

Amanda menengok ke belakang lalu menarik kepalanya ke bawah. "Mohon maaf atas ketidaknyamanan yang saya ciptakan."

Gadis itu melangkah ke depan sembari mendepak kaki pemuda asing itu dari dalam antrean. Matanya mengerling senang sebab kali ini dia berhasil mengalahkan lelaki mengesalkan itu.

...***...

"Mana putrimu, Omran?" tanya Lucas yang baru saja datang ke kediaman calon istrinya.

Omran yang tengah menonton tivi tentu saja terkejut dengan kedatangan Lucas di rumahnya. Belum dia sempat menjawab, pria kejam itu sudah lebih dahulu melancarkan tuduhan. "Jangan bilang, kalau gadis itu sudah kembali ke kota lantaran kamu yang menyuruhnya?"

Omran geleng-geleng kepala dengan tubuh gemetaran sebab Lucas mengeluarkan sebuah belati dari dalam sepatu boot-nya. Dua orang bertubuh kekar mengelilingi Omran dan Lucas membungkukkan badan.

"Belati ini sudah aku beri racun mematikan. Sekali saja menggores kulit keriputmu itu. Maka sedetik kemudian, kamu sudah berada di neraka!" tekan Lucas.

Wajah berubah pias disertai keringat dingin yang menitik dari dalam pori-pori. Omran tertawa hambar lalu menelan ludah sebelum menjawab. "Jauhkan itu dari wajahku, Tuan Lucas! Gadismu aman, tenang saja tidak perlu khawatir."

"Di mana dia?" sentak Lucas tidak sabar ingin segera bertemu dengan perempuan yang akan dinikahinya itu.

...*****...

Terpopuler

Comments

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

amanda parah... rumah produksi orang ditendang gitu aja..🤪🤪🤪

2022-07-15

2

langit biru

langit biru

amanda bar bar sekali...😄

2022-06-15

3

🍁𝐌𝐈❣️💋🄽🄸🄻🄰-🄰🅁🄰👻ᴸᴷ

🍁𝐌𝐈❣️💋🄽🄸🄻🄰-🄰🅁🄰👻ᴸᴷ

Sadis banget si kakek Lucas 🙄🙄

2022-06-09

6

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lucas Denver
2 Bab 2 Matthew Alonzo
3 Bab 3 Kiss me
4 Bab 4 Sadis
5 Bab 5 Anggur Merah
6 Bab 6 Mata
7 Bab 7 Melepaskan Diri
8 Bab 8 Lenyap!!
9 Bab 9 Kejutan
10 Bab 10 Siuman
11 Bab 11 Pulang
12 Bab 12 Jambret...!!!
13 Bab 13 Menikah!!!
14 Bab 14 Rindu
15 Bab 15 Bertemu Kembali
16 Bab 16 Jawab, Pa...
17 Bab 17 Meloloskan Diri
18 Bab 18 Rahasia
19 Bab 19 Klub Malam
20 Bab 20 Kabur
21 Bab 21 No, Papa...
22 Bab 22 Istana Lucas Denver
23 Bab 23 Jangan Menikah!!!
24 Bab 24 Pernikahan
25 Bab 25 Gagal MP
26 Bab 26 Bebas
27 Bab 27 Ejakulasi Dini
28 Bab 28 Berpandangan Mata
29 Bab 29 Dilema Lucas
30 Bab 30 Godaan
31 Bab 31 Pintu Rahasia
32 Bab 32 Matthew Kembali
33 Bab 33 Mati
34 Bab 34 Allina
35 Bab 35 Kubur
36 Bab 36 Pergi
37 Bab 37 Memergoki
38 Bab 38 Kerja Sama
39 Bab 39 Pingsan
40 Bab 40 Meremang
41 Bab 41 Pasung
42 Bab 42 Kebakaran
43 Bab 43 Dokumen Penting
44 Bab 44 Roti Sobek
45 Bab 45 Ambulan
46 Bab 46 Televisi
47 Bab 47 Kabur
48 Bab 48 Ciuman Kedua
49 Bab 49 Ulet Bulu
50 Bab 50 Curiga
51 Bab 51 Melepasmu
52 Bab 52 Helikopter
53 Bab 53 Tertembak
54 Bab 54 Meledak
55 Bab 55 Hilang
56 Bab 56 Makan Malam
57 Bab 57 Bathtub
58 Bab 58 Mengintip
59 Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60 Bab 60 Saksi
61 Bab 61 Menyelinap
62 Bab 62 Senapan
63 Bab 63 Menggigil
64 Bab 64 Mayat
65 Bab 65 Kedatangan Polisi
66 Bab 66 Matthew Siuman
67 Bab 67 Ditangkap
68 Bab 68 Abigail
69 Bab 69 Allison Elizabeth
70 Bab 70 Bebas
71 Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72 Bab 72
73 Bab 73 Leo...
74 Bab 74 Kerinduan
75 Bab 75 Tulus
76 Bab 76 Batu
77 Bab 77 Obat
78 Bab 78 Sidang Pertama
79 Bab 79 Gagal Lagi
80 Bab 80 Donor Darah
81 Bab 81 Kritis
82 Bab 82 Janji
83 Bab 83 Tubruk
84 Bab 84 Monitor
85 Bab 85 Hidup dan Mati
86 Bab 86 Sidang Kedua
87 Bab 87 Tunggu!!!
88 Bab 88 Siapa ya?
89 Bab 89 Hakim Memutuskan...
90 Bab 90 Cemburu
91 Bab 91 Siuman
92 Bab 92 Buket Bunga
93 Bab 93 I Love You, Mom
94 Bab 94 Ivana?
95 Bab 95 Kau?
96 Bab 96 Desa
97 Bab 97 Pergi atau Kembali
98 Bab 98 Kecupp
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 Lucas Denver
2
Bab 2 Matthew Alonzo
3
Bab 3 Kiss me
4
Bab 4 Sadis
5
Bab 5 Anggur Merah
6
Bab 6 Mata
7
Bab 7 Melepaskan Diri
8
Bab 8 Lenyap!!
9
Bab 9 Kejutan
10
Bab 10 Siuman
11
Bab 11 Pulang
12
Bab 12 Jambret...!!!
13
Bab 13 Menikah!!!
14
Bab 14 Rindu
15
Bab 15 Bertemu Kembali
16
Bab 16 Jawab, Pa...
17
Bab 17 Meloloskan Diri
18
Bab 18 Rahasia
19
Bab 19 Klub Malam
20
Bab 20 Kabur
21
Bab 21 No, Papa...
22
Bab 22 Istana Lucas Denver
23
Bab 23 Jangan Menikah!!!
24
Bab 24 Pernikahan
25
Bab 25 Gagal MP
26
Bab 26 Bebas
27
Bab 27 Ejakulasi Dini
28
Bab 28 Berpandangan Mata
29
Bab 29 Dilema Lucas
30
Bab 30 Godaan
31
Bab 31 Pintu Rahasia
32
Bab 32 Matthew Kembali
33
Bab 33 Mati
34
Bab 34 Allina
35
Bab 35 Kubur
36
Bab 36 Pergi
37
Bab 37 Memergoki
38
Bab 38 Kerja Sama
39
Bab 39 Pingsan
40
Bab 40 Meremang
41
Bab 41 Pasung
42
Bab 42 Kebakaran
43
Bab 43 Dokumen Penting
44
Bab 44 Roti Sobek
45
Bab 45 Ambulan
46
Bab 46 Televisi
47
Bab 47 Kabur
48
Bab 48 Ciuman Kedua
49
Bab 49 Ulet Bulu
50
Bab 50 Curiga
51
Bab 51 Melepasmu
52
Bab 52 Helikopter
53
Bab 53 Tertembak
54
Bab 54 Meledak
55
Bab 55 Hilang
56
Bab 56 Makan Malam
57
Bab 57 Bathtub
58
Bab 58 Mengintip
59
Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60
Bab 60 Saksi
61
Bab 61 Menyelinap
62
Bab 62 Senapan
63
Bab 63 Menggigil
64
Bab 64 Mayat
65
Bab 65 Kedatangan Polisi
66
Bab 66 Matthew Siuman
67
Bab 67 Ditangkap
68
Bab 68 Abigail
69
Bab 69 Allison Elizabeth
70
Bab 70 Bebas
71
Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72
Bab 72
73
Bab 73 Leo...
74
Bab 74 Kerinduan
75
Bab 75 Tulus
76
Bab 76 Batu
77
Bab 77 Obat
78
Bab 78 Sidang Pertama
79
Bab 79 Gagal Lagi
80
Bab 80 Donor Darah
81
Bab 81 Kritis
82
Bab 82 Janji
83
Bab 83 Tubruk
84
Bab 84 Monitor
85
Bab 85 Hidup dan Mati
86
Bab 86 Sidang Kedua
87
Bab 87 Tunggu!!!
88
Bab 88 Siapa ya?
89
Bab 89 Hakim Memutuskan...
90
Bab 90 Cemburu
91
Bab 91 Siuman
92
Bab 92 Buket Bunga
93
Bab 93 I Love You, Mom
94
Bab 94 Ivana?
95
Bab 95 Kau?
96
Bab 96 Desa
97
Bab 97 Pergi atau Kembali
98
Bab 98 Kecupp

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!