Bab 12 Jambret...!!!

"Jambret...!" pekik orang-orang mengejar pemuda berbadan kekar yang berlarian di pinggir jalan.

Amanda yang tengah berdiri menunggu taksi, spontan menoleh dan mendapati seorang pria berlari tunggang langgang ke arahnya. Dia menghadangkan kaki kanan membuat pria tersebut terjungkal dan wajahnya tersungkur mencium tanah.

Gadis berusia dua puluh tiga tahun itu membekuk si penjambret dengan menarik kedua tangan ke belakang lantas menguncinya. "Ayo bangun!!"

Pria itu bangkit dengan susah payah lalu memutar kepala memperlihatkan wajahnya yang terluka karena serangan Amanda.

"Kamu, 'kan, pria yang di kereta tadi?" sentak Amanda mengeratkan cekalan tangannya. "Aku tidak salah menerka, kamu memang perampok sialan!" tuduhnya karena orang-orang menyebutnya jambret.

"Kamu salah orang!" kelakar pria yang disangka penjambret oleh Amanda. "Aku bukan jambret, rampok ataupun copet. Kamu keliru kalau menangkapku karena penjahat yang asli keburu kabur sebelum kutangkap!" jelasnya membela diri. Ia mengerdikkan kedua lengan, berusaha untuk kabur.

Amanda menyentak lengan pria tersebut hingga dia mengerang kesakitan. "Mana ada maling bicara jujur?! Yang ada, penjara bakalan penuh nanti!"

Semua orang yang tengah mengejar pria beranting itu menghampiri Amanda dan menyorot heran ke arahnya.

"Bukan dia pencurinya, tapi anak muda itu!" tunjuk salah satu dari mereka ke lelaki berbaju hitam yang di sebrang jalan.

"Ja-jadi, saya salah orang?" tanya Amanda karena dia begitu yakin kalau pria berandalan itu adalah komplotan pencuri. "Ma-maaf, saya pikir orang ini yang sedang kalian kejar." Amanda melepaskan cengkeraman tangannya, membebaskan lelaki tersebut.

"Bukankah aku sudah bilang, kalau kamu salah menangkap orang?" tekan pemuda itu. "Lihat! Gara-gara belaga menjadi pahlawan kesiangan, penjahat sebenarnya berhasil meloloskan diri dan membawa dompet wanita ini!" hardiknya menunjuk-nunjuk muka Amanda.

Amanda merasa tidak enak hati lantaran sudah menuduh yang bukan-bukan. Terlebih dia membuat seorang wanita kehilangan harta berharganya.

"Maafkan saya." Amanda membungkukkan badan di hadapan semua orang. Niat hati ingin menolong orang lain, malah kesialan yang menimpanya.

Orang-orang itu menyoraki dan mempermalukan Amanda secara tidak langsung, meski mereka tahu kalau semua ini bukan seluruhnya kesalahan dia.

"Sekali lagi, saya minta maaf." Amanda masih dalam posisi membungkuk dan membiarkan orang-orang itu berkata sesuka hati.

"Meski kamu meminta maaf berkali-kali, uangku tidak akan bisa kembali!" bentak wanita yang kehilangan dompetnya. Ia mengajak yang lainnya untuk membubarkan diri sebab kerumunan semakin tak terkendali. Dan menimbulkan kondisi jalanan padat merayap.

Pemuda yang memakai tindik dan memasang tato di kedua lengannya, meledek Amanda dengan gelak tawa menjengkelkan. Ia masih belum puas membalas perlakuan Amanda yang membuat hidungnya meneteskan darah.

"Bagaimana rasanya jadi orang yang sok jagoan, apakah menyenangkan?" sindir pria berandalan cengengesan. Ia menilik tubuh Amanda, dari pucuk kepala hingga ujung kaki. "Kelihatannya, kamu orang terpelajar. Tapi sayang, otaknya dongok!" hinanya menujuk ke atas pelipis.

Amanda menjulurkan jari telunjuk. "Jaga bicaramu, Tuan!! Anda tidak berhak mengataiku seperti itu!"

Pemuda tanpa identitas mengarahkan telapak tangan ke muka Amanda agar dara cantik itu berhenti berceloteh. "Kenapa memangnya? Aku punya mulut dan pemikiran sendiri. So, bebas buatku berkata apa pun juga!"

"Kamu!!" geram Amanda karena si pria asing seakan sengaja membuatnya murka. Dia ingin sekali memberikan pemuda itu pelajaran, tetapi pertikaian yang melibatkan dirinya mengundang rasa penasaran orang-orang di sekitar halte.

"Apa?" tantang si lelaki.

Amanda mendengus kesal lantas menghentikan taksi yang melaju ke arah halte. Dia tidak ingin membuang-buang waktu dengan terus berdebat.

"Minggir!" Amanda menubruk dada pria itu karena menghalangi jalannya. "Minggir kataku!" sentaknya karena pemuda tersebut tidak ingin bergeser dari posisinya. Amanda membulatkan bola mata lanjut menginjak sangat kencang punggung kaki si pemuda asing.

"Wanita barbar...!!" teriak laki-laki bertubuh atletis.

"Aku memang barbar!!" Amanda berhasil naik ke dalam taksi kemudian menjulurkan lidah mengejek si pemuda bergajulan.

"Aku bersumpah kita akan bertemu lagi...!" teriak pemuda itu setelah taksi yang ditumpangi Amanda beranjak meninggalkan halte.

Amanda yang mendengar suara samar-samar teriakan, hanya menggerundel di dalam hati. "Aku pun bersumpah, kita tidak akan pernah bertemu lagi!!"

"Mau ke mana kita, Nona?" Pertanyaan sopir taksi memberaikan pikirannya.

Amanda terkesiap. "Ya?"

"Mau ke mana kita, Nona?" ulang sang sopir.

"Tolong antarkan saya ke villa Wildstone," jawab Amanda.

"Baik, Nona..." sahut sopir sopan.

...***...

Amanda menghirup dalam-dalam udara yang sangat sejuk, meski hari kian terik. Matanya terpejam merasai aliran oksigen menyapa tubuh bagian dalamnya. Pikiran tenang dan hati pun turut merasa damai.

Kelopak mata perlahan terbuka. Sepanjang netra memandang, hanya ada keindahan serta ketakjuban. Kepalanya berputar, pupil membesar, ingatan kenangan masa kecil berkelibatan di dalam nalar. Senyuman tipis tersungging, menarik kaki untuk segera melangkah menuju bangunan sederhana yang memiliki segudang cerita.

Akan tetapi, senyum itu sirna lantaran melihat kondisi jendela yang semuanya pecah. Amanda lekas mendorong pintu rumah, hati yang berbunga menguncup seketika.

"Kenapa dengan rumahku? Kenapa bisa acak-acakkan begini? Pantas saja aku merasa kalau ada yang terjadi sama papa," lirih Amanda menengok ke seisi rumah.

Rasa khawatir semakin menelusup karena melihat bekas darah mengering di atas lantai. Gadis itu pun memanggil sang ayah begitu gamang. "Pa... papa! Amanda pulang, pa. Papa di mana?"

Tidak ada suara sahutan, membuat Amanda terjebak dalam kekalutan. Dia berlarian mencari sang ayah, ke setiap penjuru rumah. "Pa... papa di mana? Jawab Manda, pa!!"

Ruangan terakhir yang belum diperiksa adalah kamarnya sendiri. Pintu dibuka perlahan dan benar saja nampak olehnya, Omran tengah terbaring di atas dipan dengan tubuh berselimut kain tipis.

"Pa... Papa kenapa? Apa Papa sakit? Terus rumah kita kenapa sangat beranta—" ucap Amanda terjeda sebab dia melihat bekas luka di atas wajah sang ayah. "Pa... siapa yang membuat Papa terluka? Ayo bilang sama Manda!" isak gadis itu tidak kuat hati melihat sang ayah dengan luka sayatan.

Omran menegakkan tubuhnya kemudian duduk membungkuk di depan Amanda. "Papa tidak kenapa-kenapa, Nak. Papa baik-baik saja kok!"

Amanda geleng-geleng kepala. "Tidak, Papa berbohong. Papa tidak sedang baik-baik saja. Manda obatin ya lukanya biar tidak infeksi. Setelah itu, Papa ceritakan semuanya sama Manda. Apa yang sudah terjadi sama Papa juga rumah ini!"

"Iya-iya... nanti Papa ceritakan. Kamu seperti mamamu saja, cerewet!" Omran mencubit gemas pipi putrinya.

"Manda memang harus cerewet sama Papa," rajuknya menggeronyotkan bibir. "Ya sudah, Manda ambilkan kotak obat dulu. Papa tunggu di sini, jangan ke mana-mana!" Amanda meninggalkan Omran ke ruang keluarga untuk mengambil wadah yang berisikan obat antiseptik.

"Sandiwaraku sepertinya akan berhasil mengelabui anak itu! Maafkan Papa, Manda. Kalau tidak begini, kamu pasti akan menolak permintaan Papa buat menikah dengan tuan Lucas."

...*****...

Terpopuler

Comments

Watik Yd

Watik Yd

bpk yg jahat,hanya mikirin uang

2022-07-12

2

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

tega bapaknya

2022-07-11

2

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

up again

2022-06-08

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lucas Denver
2 Bab 2 Matthew Alonzo
3 Bab 3 Kiss me
4 Bab 4 Sadis
5 Bab 5 Anggur Merah
6 Bab 6 Mata
7 Bab 7 Melepaskan Diri
8 Bab 8 Lenyap!!
9 Bab 9 Kejutan
10 Bab 10 Siuman
11 Bab 11 Pulang
12 Bab 12 Jambret...!!!
13 Bab 13 Menikah!!!
14 Bab 14 Rindu
15 Bab 15 Bertemu Kembali
16 Bab 16 Jawab, Pa...
17 Bab 17 Meloloskan Diri
18 Bab 18 Rahasia
19 Bab 19 Klub Malam
20 Bab 20 Kabur
21 Bab 21 No, Papa...
22 Bab 22 Istana Lucas Denver
23 Bab 23 Jangan Menikah!!!
24 Bab 24 Pernikahan
25 Bab 25 Gagal MP
26 Bab 26 Bebas
27 Bab 27 Ejakulasi Dini
28 Bab 28 Berpandangan Mata
29 Bab 29 Dilema Lucas
30 Bab 30 Godaan
31 Bab 31 Pintu Rahasia
32 Bab 32 Matthew Kembali
33 Bab 33 Mati
34 Bab 34 Allina
35 Bab 35 Kubur
36 Bab 36 Pergi
37 Bab 37 Memergoki
38 Bab 38 Kerja Sama
39 Bab 39 Pingsan
40 Bab 40 Meremang
41 Bab 41 Pasung
42 Bab 42 Kebakaran
43 Bab 43 Dokumen Penting
44 Bab 44 Roti Sobek
45 Bab 45 Ambulan
46 Bab 46 Televisi
47 Bab 47 Kabur
48 Bab 48 Ciuman Kedua
49 Bab 49 Ulet Bulu
50 Bab 50 Curiga
51 Bab 51 Melepasmu
52 Bab 52 Helikopter
53 Bab 53 Tertembak
54 Bab 54 Meledak
55 Bab 55 Hilang
56 Bab 56 Makan Malam
57 Bab 57 Bathtub
58 Bab 58 Mengintip
59 Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60 Bab 60 Saksi
61 Bab 61 Menyelinap
62 Bab 62 Senapan
63 Bab 63 Menggigil
64 Bab 64 Mayat
65 Bab 65 Kedatangan Polisi
66 Bab 66 Matthew Siuman
67 Bab 67 Ditangkap
68 Bab 68 Abigail
69 Bab 69 Allison Elizabeth
70 Bab 70 Bebas
71 Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72 Bab 72
73 Bab 73 Leo...
74 Bab 74 Kerinduan
75 Bab 75 Tulus
76 Bab 76 Batu
77 Bab 77 Obat
78 Bab 78 Sidang Pertama
79 Bab 79 Gagal Lagi
80 Bab 80 Donor Darah
81 Bab 81 Kritis
82 Bab 82 Janji
83 Bab 83 Tubruk
84 Bab 84 Monitor
85 Bab 85 Hidup dan Mati
86 Bab 86 Sidang Kedua
87 Bab 87 Tunggu!!!
88 Bab 88 Siapa ya?
89 Bab 89 Hakim Memutuskan...
90 Bab 90 Cemburu
91 Bab 91 Siuman
92 Bab 92 Buket Bunga
93 Bab 93 I Love You, Mom
94 Bab 94 Ivana?
95 Bab 95 Kau?
96 Bab 96 Desa
97 Bab 97 Pergi atau Kembali
98 Bab 98 Kecupp
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 Lucas Denver
2
Bab 2 Matthew Alonzo
3
Bab 3 Kiss me
4
Bab 4 Sadis
5
Bab 5 Anggur Merah
6
Bab 6 Mata
7
Bab 7 Melepaskan Diri
8
Bab 8 Lenyap!!
9
Bab 9 Kejutan
10
Bab 10 Siuman
11
Bab 11 Pulang
12
Bab 12 Jambret...!!!
13
Bab 13 Menikah!!!
14
Bab 14 Rindu
15
Bab 15 Bertemu Kembali
16
Bab 16 Jawab, Pa...
17
Bab 17 Meloloskan Diri
18
Bab 18 Rahasia
19
Bab 19 Klub Malam
20
Bab 20 Kabur
21
Bab 21 No, Papa...
22
Bab 22 Istana Lucas Denver
23
Bab 23 Jangan Menikah!!!
24
Bab 24 Pernikahan
25
Bab 25 Gagal MP
26
Bab 26 Bebas
27
Bab 27 Ejakulasi Dini
28
Bab 28 Berpandangan Mata
29
Bab 29 Dilema Lucas
30
Bab 30 Godaan
31
Bab 31 Pintu Rahasia
32
Bab 32 Matthew Kembali
33
Bab 33 Mati
34
Bab 34 Allina
35
Bab 35 Kubur
36
Bab 36 Pergi
37
Bab 37 Memergoki
38
Bab 38 Kerja Sama
39
Bab 39 Pingsan
40
Bab 40 Meremang
41
Bab 41 Pasung
42
Bab 42 Kebakaran
43
Bab 43 Dokumen Penting
44
Bab 44 Roti Sobek
45
Bab 45 Ambulan
46
Bab 46 Televisi
47
Bab 47 Kabur
48
Bab 48 Ciuman Kedua
49
Bab 49 Ulet Bulu
50
Bab 50 Curiga
51
Bab 51 Melepasmu
52
Bab 52 Helikopter
53
Bab 53 Tertembak
54
Bab 54 Meledak
55
Bab 55 Hilang
56
Bab 56 Makan Malam
57
Bab 57 Bathtub
58
Bab 58 Mengintip
59
Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60
Bab 60 Saksi
61
Bab 61 Menyelinap
62
Bab 62 Senapan
63
Bab 63 Menggigil
64
Bab 64 Mayat
65
Bab 65 Kedatangan Polisi
66
Bab 66 Matthew Siuman
67
Bab 67 Ditangkap
68
Bab 68 Abigail
69
Bab 69 Allison Elizabeth
70
Bab 70 Bebas
71
Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72
Bab 72
73
Bab 73 Leo...
74
Bab 74 Kerinduan
75
Bab 75 Tulus
76
Bab 76 Batu
77
Bab 77 Obat
78
Bab 78 Sidang Pertama
79
Bab 79 Gagal Lagi
80
Bab 80 Donor Darah
81
Bab 81 Kritis
82
Bab 82 Janji
83
Bab 83 Tubruk
84
Bab 84 Monitor
85
Bab 85 Hidup dan Mati
86
Bab 86 Sidang Kedua
87
Bab 87 Tunggu!!!
88
Bab 88 Siapa ya?
89
Bab 89 Hakim Memutuskan...
90
Bab 90 Cemburu
91
Bab 91 Siuman
92
Bab 92 Buket Bunga
93
Bab 93 I Love You, Mom
94
Bab 94 Ivana?
95
Bab 95 Kau?
96
Bab 96 Desa
97
Bab 97 Pergi atau Kembali
98
Bab 98 Kecupp

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!