Bab 11 Pulang

Besok, jadi pulang, 'kan, Nak?

Kamu tidak ingkar janji, 'kan?

Papa tunggu ya. Papa rindu sama kamu, Nak!

Pesan singkat yang dikirimkan oleh sang ayah membuat Amanda sulit untuk memejamkan mata karena teringat kembali pada gadis yang tergolek di Rumah Sakit. Mungkin, orang-orang akan berpikir bahwa dia terlalu berlebihan. Tapi itulah Amanda, yang terlalu memikirkan urusan orang lain ketimbang dirinya sendiri.

"Huh... aku sudah tidak mungkin mengulur waktu untuk pulang ke desa karena papa juga membutuhkanku. Tapi gadis itu?" tanyanya pada diri sendiri. "Aku juga tidak bisa membiarkan dia berada dalam kondisi terancam!" gumamnya lalu meraih ponsel kembali untuk mengetik beberapa pesan untuk sang kekasih.

Matthew, besok aku bertolak ke desa sendiri saja. Kamu tidak perlu mengantarkanku.

Aku titip gadis itu, ya. Pastikan kondisinya aman.

Kalau dia sudah sadar, bawa saja ke Rumahmu. Jangan ke kantor polisi atau ke tempat mana pun.

I love you

Selepas mengirimkan beberapa pesan, Amanda lalu menonaktifkan telepon genggam. Lantaran dia sudah membayangkan kalau kekasihnya itu tidak akan menerima keputusan yang hanya berasal sebelah pihak.

"Aku harus tidur, perjalanan besok pagi akan sangat melelahkan." Amanda mematikan lampu utama lanjut memejamkan mata. Dia berusaha menenangkan pikiran dengan aroma relaksasi yang menguar di seisi kamar.

...***...

Malam kelabu telah terlewati, kini pagi yang cerah telah menyambut dengan berbagai keindahan. Namun, menyimpan banyak rahasia. Hangatnya mentari, menyapa wajah lelah yang terlelap di samping jendela kereta api. Meninggalkan kota dan sang kekasih hati untuk sementara waktu.

"Ah... sudah jam sembilan pagi lagi." Amanda menggeliat sembari menutupi mulut yang menguap lantaran dia masih mengantuk. "Matthew!" pekiknya teringat sang pujaan hati. Dia mengeluarkan benda pipih dari dalam tas lantas menyalakannya. Ponsel tidak berhenti berbunyi sebab pemberitahuan seratus panggilan telepon dan berpuluh-puluh pesan masuk dari nomor kekasihnya, sejak tadi malam.

"Ya Tuhan... maafkan aku Matthew!" Amanda memijit nama kontak kekasihnya untuk memberikan kabar.

Matthew

Aku marah, jangan menghubungiku lagi!

Amanda

Jangan marah, please....

Matthew

Apa orang lain lebih penting dariku dan urusan kita berdua?

Amanda

Tidak seperti itu Matthew. Kamu tetap nomor satu dan paling utama

Matthew

Bullshits!!

Amanda

Matthew....

Pria berlesung pipi itu memutuskan sambungan telepon sebab dia merasa kecewa dengan sikap Amanda yang pergi seorang diri tanpa dirinya. Sudah jauh-jauh hari dia menyiapkan waktu agar bisa berduaan dengan kekasihnya itu. Namun, Amanda malah menyia-nyiakan kerja kerasnya.

Maaf

Amanda mengirimi Matthew chat, tidak ingin lelakinya itu murka berlarut-larut. Matanya menatap nanar layar ponsel sebab yang muncul di bawah pesan hanya tanda ceklis satu. "Dia benar-benar marah."

Tidak ingin berpikiran terlalu jauh, Amanda mencoba melupakan masalahnya dengan Matthew. Dia memasang headphone lalu mendengarkan lagu-lagu klasik untuk mengembalikan mood yang sempat turun.

Sementara di Rumah Sakit, Matthew tidak berhenti menggerutu. Dia merasa tawar hati dan kesal pada kekasihnya itu. Kedongkolannya hampir saja dilampiaskan pada semua orang. Tetapi, untung saja dia masih bisa bersikap rasional.

Meski dengan berat hati, dia pun mendengarkan permintaan Amanda untuk menjaga gadis asing itu dan membawa pulang ke rumah untuk memastikan kondisinya aman dari segala ancaman yang dia sendiri tidak tahu apa itu.

...***...

"Lapor, Bos! Saya mendengar, kemarin siang ada seorang gadis yang dibawa ke Rumah Sakit di kota P," ungkap pesuruh Lucas bernama Leo. "Dan katanya lagi, gadis itu dibawa dalam keadaan pingsan karena ditemukan terapung-apung di tengah pantai. Tapi, sayangnya sekarang dia sudah dipindahkan ke Rumah Sakit yang lain," ungkapnya lagi setelah mengorek informasi pada salah satu pekerja Rumah Sakit tersebut.

Lucas menyeringai. "Itu artinya dia terdampar sangat jauh dari posisi terakhir?"

"Sepertinya begitu, Bos! Ombak malam itu memang lumayan besar. Pantas saja kami tidak menemukannya di sekitar sini, ternyata gadis itu terseret sangat jauh," ujar Leo seolah membela diri karena tidak berhasil menemukan Ivana.

Lucas manggut-manggut lalu melemparkan sejumlah uang. "Korek informasi lagi, ke mana tawanan kita dibawa pergi. Kita harus segera mendapatkan anak perempuan itu, sebelum pihak berwajib lebih dulu menemuinya!"

"Siap, Bos!!" jawab Leo.

"Kalau orang-orang berusaha menyembunyikan keberadaan anak itu, kamu tahu bukan, apa yang seharusnya dilakukan?" imbuh Lucas bernada ancaman.

"Sangat tahu, Bos!" seru Leo. "Kalau mereka bermain-main dengan kita, dor-dor-dor!!" ucapnya dengan kedua tangan menirukan bentuk pistol.

Lucas menggerenyot sadis. "Bagus... semakin pintar saja kamu, Leo! Itulah yang harus dimiliki oleh kaki tangan seorang Lucas Denver. Berdarah dingin, tidak mempunyai belas kasih meski pada saudara sendiri!"

"Siap laksanakan, Bos! Saya siap mengabdi hingga tetesan darah penghabisan!" Leo membungkukkan badan tanda penghormatan pada pemimpinnya. Tanpa malu, dia memilih menjadi seorang penjilat demi kekuasaan dan materi yang melimpah. Padahal, sekali saja dia melakukan kelalaian, maka nasibnya akan sama seperti John. Yakni mati secara tragis.

...***...

Sudah lima jam Amanda menempuh perjalanan yang hanya dikelilingi oleh pepohonan dan melewati jembatan-jembatan tua. Waktu untuknya sampai di desa tersisa lima belas menit lagi.

Gadis itu menikmati pemandangan berbeda dengan tempat tinggalnya selama ini. Udara di desa di mana dia dilahirkan juga dibesarkan, masih sangatlah sejuk karena kondisinya yang asri. Selain itu, dekat pula dengan pegunungan dan air terjun tertinggi di negaranya.

Bayangan Matthew kembali berkelibatan di dalam pikiran. Gadis dengan manik mata biru safir, mengecek ponsel berharap kekasihnya itu membalas pesan yang ia kirim tadi. Akan tetapi, hingga kini masih saja belum dibaca.

"Dia marah besar sepertinya. Belum pernah mendiamkanku seperti ini," kata Amanda di dalam hati.

Amanda tenggelam dalam pikirannya sendiri, sampai-sampai dia tidak sadar kalau kereta api sudah berhenti di stasiun terakhir. Hingga seorang pemuda membuyarkan lamunannya dengan suara bariton dan tepukan di depan wajah.

"Nona manis, Anda kerusupan atau mati mendadak?" ledek si pemuda yang mengenakan anting-anting memenuhi hidung juga telinganya.

Amanda terkesiap dan spontan memukul wajah pemuda itu. "Kamu copet ya? Kamu mau merampokku?"

Pemuda itu mendengus kasar. "Wajah sih cantik, tapi hatinya burik! Menilai orang lain cuman dari tampilan luarnya!"

Amanda mengerjapkaan mata berulang kali sebab menyadari kalau dia telah salah berbicara. "Maaf, aku tidak bermaksud untuk—"

"Ayo cepat turun, di gerbong ini hanya tinggal kamu!" potong pemuda asing itu sembari membetot tangan Amanda.

"Hello... Barusan aku sudah meminta maaf. Bisa tidak kamu bersikap lembut, wahai pemuda berandalan?" geram Amanda karena dia merasa nyeri di tangan kirinya.

Pemuda itu melengos dan masa bodoh dengan perkataan Amanda. Dia berlalu terlebih dahulu setelah gadis itu menautkan tas ransel ke atas punggung dan beringsut dari tempat duduknya.

"Dasar laki-laki tidak jelas...!!" teriak Amanda dengan kedua tangan di samping mulut. "Mudah-mudahan aku tidak bertemu lagi dengan pria aneh sepertimu...!!" teriaknya lagi yang hanya dibalas dengan kibasan tangan.

Amanda menghentak lantai dan buru-buru turun dari kereta api. Sebelum kendaraan itu kembali melaju, menuju kota.

...*****...

Terpopuler

Comments

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

diakah sang bad boy?

2022-07-10

0

langit biru

langit biru

kira"siapakah pria gaje berpierching itu yaa????

2022-06-15

2

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

up

2022-06-07

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lucas Denver
2 Bab 2 Matthew Alonzo
3 Bab 3 Kiss me
4 Bab 4 Sadis
5 Bab 5 Anggur Merah
6 Bab 6 Mata
7 Bab 7 Melepaskan Diri
8 Bab 8 Lenyap!!
9 Bab 9 Kejutan
10 Bab 10 Siuman
11 Bab 11 Pulang
12 Bab 12 Jambret...!!!
13 Bab 13 Menikah!!!
14 Bab 14 Rindu
15 Bab 15 Bertemu Kembali
16 Bab 16 Jawab, Pa...
17 Bab 17 Meloloskan Diri
18 Bab 18 Rahasia
19 Bab 19 Klub Malam
20 Bab 20 Kabur
21 Bab 21 No, Papa...
22 Bab 22 Istana Lucas Denver
23 Bab 23 Jangan Menikah!!!
24 Bab 24 Pernikahan
25 Bab 25 Gagal MP
26 Bab 26 Bebas
27 Bab 27 Ejakulasi Dini
28 Bab 28 Berpandangan Mata
29 Bab 29 Dilema Lucas
30 Bab 30 Godaan
31 Bab 31 Pintu Rahasia
32 Bab 32 Matthew Kembali
33 Bab 33 Mati
34 Bab 34 Allina
35 Bab 35 Kubur
36 Bab 36 Pergi
37 Bab 37 Memergoki
38 Bab 38 Kerja Sama
39 Bab 39 Pingsan
40 Bab 40 Meremang
41 Bab 41 Pasung
42 Bab 42 Kebakaran
43 Bab 43 Dokumen Penting
44 Bab 44 Roti Sobek
45 Bab 45 Ambulan
46 Bab 46 Televisi
47 Bab 47 Kabur
48 Bab 48 Ciuman Kedua
49 Bab 49 Ulet Bulu
50 Bab 50 Curiga
51 Bab 51 Melepasmu
52 Bab 52 Helikopter
53 Bab 53 Tertembak
54 Bab 54 Meledak
55 Bab 55 Hilang
56 Bab 56 Makan Malam
57 Bab 57 Bathtub
58 Bab 58 Mengintip
59 Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60 Bab 60 Saksi
61 Bab 61 Menyelinap
62 Bab 62 Senapan
63 Bab 63 Menggigil
64 Bab 64 Mayat
65 Bab 65 Kedatangan Polisi
66 Bab 66 Matthew Siuman
67 Bab 67 Ditangkap
68 Bab 68 Abigail
69 Bab 69 Allison Elizabeth
70 Bab 70 Bebas
71 Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72 Bab 72
73 Bab 73 Leo...
74 Bab 74 Kerinduan
75 Bab 75 Tulus
76 Bab 76 Batu
77 Bab 77 Obat
78 Bab 78 Sidang Pertama
79 Bab 79 Gagal Lagi
80 Bab 80 Donor Darah
81 Bab 81 Kritis
82 Bab 82 Janji
83 Bab 83 Tubruk
84 Bab 84 Monitor
85 Bab 85 Hidup dan Mati
86 Bab 86 Sidang Kedua
87 Bab 87 Tunggu!!!
88 Bab 88 Siapa ya?
89 Bab 89 Hakim Memutuskan...
90 Bab 90 Cemburu
91 Bab 91 Siuman
92 Bab 92 Buket Bunga
93 Bab 93 I Love You, Mom
94 Bab 94 Ivana?
95 Bab 95 Kau?
96 Bab 96 Desa
97 Bab 97 Pergi atau Kembali
98 Bab 98 Kecupp
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 Lucas Denver
2
Bab 2 Matthew Alonzo
3
Bab 3 Kiss me
4
Bab 4 Sadis
5
Bab 5 Anggur Merah
6
Bab 6 Mata
7
Bab 7 Melepaskan Diri
8
Bab 8 Lenyap!!
9
Bab 9 Kejutan
10
Bab 10 Siuman
11
Bab 11 Pulang
12
Bab 12 Jambret...!!!
13
Bab 13 Menikah!!!
14
Bab 14 Rindu
15
Bab 15 Bertemu Kembali
16
Bab 16 Jawab, Pa...
17
Bab 17 Meloloskan Diri
18
Bab 18 Rahasia
19
Bab 19 Klub Malam
20
Bab 20 Kabur
21
Bab 21 No, Papa...
22
Bab 22 Istana Lucas Denver
23
Bab 23 Jangan Menikah!!!
24
Bab 24 Pernikahan
25
Bab 25 Gagal MP
26
Bab 26 Bebas
27
Bab 27 Ejakulasi Dini
28
Bab 28 Berpandangan Mata
29
Bab 29 Dilema Lucas
30
Bab 30 Godaan
31
Bab 31 Pintu Rahasia
32
Bab 32 Matthew Kembali
33
Bab 33 Mati
34
Bab 34 Allina
35
Bab 35 Kubur
36
Bab 36 Pergi
37
Bab 37 Memergoki
38
Bab 38 Kerja Sama
39
Bab 39 Pingsan
40
Bab 40 Meremang
41
Bab 41 Pasung
42
Bab 42 Kebakaran
43
Bab 43 Dokumen Penting
44
Bab 44 Roti Sobek
45
Bab 45 Ambulan
46
Bab 46 Televisi
47
Bab 47 Kabur
48
Bab 48 Ciuman Kedua
49
Bab 49 Ulet Bulu
50
Bab 50 Curiga
51
Bab 51 Melepasmu
52
Bab 52 Helikopter
53
Bab 53 Tertembak
54
Bab 54 Meledak
55
Bab 55 Hilang
56
Bab 56 Makan Malam
57
Bab 57 Bathtub
58
Bab 58 Mengintip
59
Bab 59 Kamu Jahat, Samuel
60
Bab 60 Saksi
61
Bab 61 Menyelinap
62
Bab 62 Senapan
63
Bab 63 Menggigil
64
Bab 64 Mayat
65
Bab 65 Kedatangan Polisi
66
Bab 66 Matthew Siuman
67
Bab 67 Ditangkap
68
Bab 68 Abigail
69
Bab 69 Allison Elizabeth
70
Bab 70 Bebas
71
Bab 71 Aku Kembali, Ivana!
72
Bab 72
73
Bab 73 Leo...
74
Bab 74 Kerinduan
75
Bab 75 Tulus
76
Bab 76 Batu
77
Bab 77 Obat
78
Bab 78 Sidang Pertama
79
Bab 79 Gagal Lagi
80
Bab 80 Donor Darah
81
Bab 81 Kritis
82
Bab 82 Janji
83
Bab 83 Tubruk
84
Bab 84 Monitor
85
Bab 85 Hidup dan Mati
86
Bab 86 Sidang Kedua
87
Bab 87 Tunggu!!!
88
Bab 88 Siapa ya?
89
Bab 89 Hakim Memutuskan...
90
Bab 90 Cemburu
91
Bab 91 Siuman
92
Bab 92 Buket Bunga
93
Bab 93 I Love You, Mom
94
Bab 94 Ivana?
95
Bab 95 Kau?
96
Bab 96 Desa
97
Bab 97 Pergi atau Kembali
98
Bab 98 Kecupp

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!