SENANDUNG LAGU CINTA

SENANDUNG LAGU CINTA

Part 1

Anang Yoga menarik nafasnya dalam-dalam, meyakinkan diri sebelum mulai mengeluarkan suaranya.

Gitar akustik tua di tangannya, sudah disetem senarnya dengan kencang dan pas nada.

Dengan percaya diri, Anang mulai bernyanyi di atas bus pariwisata, yang penuh sesak dengan penumpang malam.

Anang bernyanyi sepenuh hati, seakan dunia akan berakhir saat itu juga, dan dia ingin mencurahkan kesungguhan hatinya, lewat lagu indah tentang cinta, yang bertentangan dengan kenyataan hidupnya.

Sambil memejamkan mata, Anang berharap, agar di suatu saat nanti, dia bisa mendapatkan kebahagiaan seperti lirik lagu, yang dia nyanyikan.

Meski perhatian penumpang di situ tidak sesuai harapannya, Anang tetap bernyanyi dengan pasti.

Satu lagu telah usai dinyanyikan Anang. Dengan memegang sebuah kantong plastik bekas keripik, Anang berjalan sambil meminta sedikit penghargaan, bagi suara dan jarinya yang sakit, saat menekan senar gitar.

Ada yang dengan sukarela memberikannya selembar uang kertas, atau sebuah koin. Ada juga yang hanya melihatnya, tanpa memberikan apa-apa. Nasib baik, hari ini tidak ada yang membentaknya seperti di hari-hari biasanya.

Namun, hasil mengamen hari ini, benar-benar jauh dari harapan.

Uang yang Anang dapatkan hanya cukup untuk membeli separuh porsi bakso, yang dijual di pedagang, yang berjualan memakai gerobak di pinggir jalan.

Anang membatalkan niatnya untuk makan, malam ini.

Semakin hari, hasil dari bernyanyi di dalam bus, semakin tidak bisa menjadi harapan untuk membantu keuangannya. Anang harus segera mencari tempat mangkal baru.

Anang menggeser tali yang menggantung gitar di bahunya, berpindah ke belakang. Bekas beban ember adonan semen dengan pasir, masih menyisakan luka lecet di bahunya.

Gulungan rambut gondrongnya tampak semakin tidak terawat. Beberapa bagian sudah gimbal karena jarang dilewati sisir, belum lagi sisa semen yang menempel di situ.

"Bagaimana, Bro?" Udi, seorang pemuda sebaya dengan Anang, melipat tikar yang digelar di atas trotoar tempat Anang turun dari bus. Seorang pengemis yang berpura-pura lumpuh, sehari-hari duduk berdiam diri di bawah lampu rambu jalan.

"Parah! Makin parah...." Anang duduk di dekat Udi, yang baru saja selesai memasukkan tikarnya ke dalam gerobak tua.

"Kamu tidak mau mencoba mengemis sepertiku?" Udi dengan bangga menunjukkan uang, hasil kerjanya sejak sore sampai malam.

"Beberapa jam saja. Duduk tanpa perlu banyak bergerak, dan tidak perlu lelah bernyanyi. Kamu dari siang sampai ke sore." Udi memasukkan uangnya ke saku celananya.

Anang mendengus. Udi memang selalu mengajaknya untuk ikut mengemis, sejak mereka berkenalan lima bulan lalu di trotoar itu.

Akan tetapi, Anang tidak mau kalau dirinya harus menipu pengguna jalan, yang merasa iba melihatnya yang pura-pura cacat.

Anang berpikir, kalau suaranya cukup merdu untuk dipergunakan mencari uang, daripada harus jadi penipu.

Malam sudah semakin larut. Jalanan yang biasanya padat kendaraan berlalu-lalang, kini sudah sepi diterangi lampu jalan yang temaram.

Udi sudah berjalan pergi sambil mendorong gerobaknya, meninggalkan Anang yang masih memandangi kehidupannya, yang semakin tidak ada jalan.

Dengan lunglai, Anang melangkahkan kakinya menyusuri trotoar. Dia akan kembali ke tempat sewa'an, yang hanya bisa dia bayar mingguan.

Kalau sampai terlambat mendapat pembayaran gaji dari mandor lagi, Anang mungkin akan tidur di jalanan.

Bekerja serabutan sebagai pembantu tukang bangunan, tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Satu-satunya hasil dari pekerjaan itu, hanyalah tubuh kekar, padat, berotot, dengan luka lecet di mana-mana.

Hanya memiliki latar belakang pendidikan terakhir di sekolah menengah atas, sangat sulit bersaing dalam mencari pekerjaan yang layak di kota itu.

Kota pariwisata yang indah, tapi tidak ada satupun keindahan yang bisa Anang lihat.

Dengan bersandar di dinding kamarnya, Anang hanya bisa bersyukur karena dia tidak perlu menggunakan kardus bekas, untuk jadi alas tidurnya.

Kasur tua peninggalan penghuni lama, masih empuk untuk jadi tempat Anang meletakkan tubuhnya yang sakit.

Celengan ayam plastik, belum berhasil terisi meski hanya separuhnya.

Sampai kapan perjuangan ini?

Medan perang mungkin akan lebih menyenangkan daripada jalan hidup Anang.

Iya ... Kalau lelah berperang, tinggal menyerah agar ditembak mati oleh lawan. Tapi, tidak mungkin Anang harus bunuh diri, hanya karena tidak mampu berjuang.

Takdir sungguh kejam.

Atau manusia yang kejam?

Warisan mendiang orang tuanya dihabiskan oleh pamannya—kakak laki-laki dari mendiang ayah Anang, untuk berjudi.

Anang yang masih di bawah umur waktu itu, hanya bisa melihat rumah dan sepetak sawah peninggalan orang tuanya, dipasang segel dari pihak bank. Mengharuskan Anang menjalani hidup seperti pamannya, yang tidak jelas mau jadi apa.

Anang yang sejak kecil bercita-cita akan jadi penyanyi terkenal, hanya menjadi 'penyanyi' tanpa ada 'terkenal'nya.

Gitar tua yang dia beli sejak sekolah menengah pertama, untung saja masih bisa berfungsi dengan baik, meski catnya sudah pudar dan terkelupas karena usia.

Sudah hampir lima tahun setelah kelulusan Anang dengan seragam putih abu-abunya. Nekat mengadu nasib ke kota, meski hanya berbekal satu buntalan pakaian yang dibungkus kain sarung.

Nasibnya masih belum juga membaik.

Anang berbaring menatap langit-langit kamar sewaannya. Petakan sempit dari kayu triplek tipis yang didirikan sang juragan kost liar, di bawah jembatan layang.

Getaran kendaraan berat yang berlalu-lalang di atas jembatan, bisa membuat jantung Anang juga ikut bergetar, saat melihat langit-langit yang juga menjadi atapnya, seolah akan jatuh menimpanya.

Belum lagi saat menggunakan kakus umum, yang dibuat di atas air sungai yang sering tiba-tiba menjadi deras, karena luapan air banjir dari hulu sungai. Rasa tegangnya, melebihi sensasi tegang saat menaiki roller coaster.

Bukan cuma kotoran yang hanyut dibawa air, nyali pun ikut larut dan menghilang.

Tapi, di situ tempat Anang bisa merasakan kebebasan menonton wanita-wanita yang sedang mencuci dan mandi, tanpa diteriaki mesum.

Kakus itu akan selalu dia kenang, kalau sampai dia diusir lagi dari tempat sewaannya yang ini. Dinding kakus yang hanya menutup sebagian tubuhnya, meskipun dia sudah berjongkok.

Malam itu, Anang tertidur dengan perut kosong.

Dia hanya memakan semur daging beberapa potong dengan sepiring nasi, di dalam mimpinya.

Mimpi yang indah, sampai meneteskan air liur Anang, dan menenggelamkan kutu busuk yang ada di dalam kasur kapuk tua, tanpa ada alas seprai di atasnya.

Sesekali dalam tidurnya, Anang berlari secepat yang dia bisa. Kakinya menendang-nendang angin. Bayangan dikejar Satuan Polisi Pamong Praja, cukup membuat Anang kelelahan dalam mimpinya.

"Tolong, Pak! ... Ibu Satpol PP! ... Izinkan kami mencari sesuap nasi!"

Anang melipat kedua tangannya, sambil memohon ampun kepada alam, yang memberi malam yang terlalu dingin.

Andaikan bisa memilih, Anang lebih memilih mimpi terjun bebas dari pesawat. Itu mimpi ekstrem yang menarik, dan berguna. Adrenalin yang ditimbulkan, bisa membuat perut Anang yang lapar, menjadi kenyang seketika.

Anang terlalu banyak bermimpi, malam ini.

Anang mengubah posisi tidurnya, otot leher yang tegang, membuatnya hampir tidak bisa menggerakkan kepalanya lagi.

Terpopuler

Comments

Celloh Legorr

Celloh Legorr

🥰

2024-05-24

0

Marsya Chandra

Marsya Chandra

sebuah cerita bagus

2023-11-07

0

💕febhy ajah💕

💕febhy ajah💕

mampir dimari, suka cerita kek gini. seperti kisah dijah dan Tini,klau ini laki2nya penuh perjuangan.

2023-04-07

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Part 145
146 Part 146
147 Part 147
148 Part 148
149 Part 149
150 Part 150
151 Part 151
152 Part 152
153 Part 153
154 Part 154
155 Part 155
156 Part 156
157 Part 157
158 Part 158
159 Part 159
160 Part 160
161 Part 161
162 Part 162
163 Part 163
164 Part 164
165 Part 165
166 Part 166
167 Part 167
168 Part 168
169 Part 169
170 Part 170
171 Part 171
172 Part 172
173 Part 173
174 Part 174
175 Part 175
176 Part 176
177 Part 177
178 Part 178
179 Part 179
180 Part 180
181 Part 181
182 Part 182
183 Part 183
184 Part 184
185 Part 185
186 Part 186
187 Part 187
188 Part 188
189 Part 189
190 Part 190
191 Part 191
192 Part 192
193 Part 193
194 Part 194
195 Part 195
196 Novel baru
Episodes

Updated 196 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Part 145
146
Part 146
147
Part 147
148
Part 148
149
Part 149
150
Part 150
151
Part 151
152
Part 152
153
Part 153
154
Part 154
155
Part 155
156
Part 156
157
Part 157
158
Part 158
159
Part 159
160
Part 160
161
Part 161
162
Part 162
163
Part 163
164
Part 164
165
Part 165
166
Part 166
167
Part 167
168
Part 168
169
Part 169
170
Part 170
171
Part 171
172
Part 172
173
Part 173
174
Part 174
175
Part 175
176
Part 176
177
Part 177
178
Part 178
179
Part 179
180
Part 180
181
Part 181
182
Part 182
183
Part 183
184
Part 184
185
Part 185
186
Part 186
187
Part 187
188
Part 188
189
Part 189
190
Part 190
191
Part 191
192
Part 192
193
Part 193
194
Part 194
195
Part 195
196
Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!