"Sean, apa yang sebenarnya terjadi sama elu?" ucap Mika mencoba membuat bibir Sean terbuka.
"Seberapa banyak elu tahu tentang keburukan Hana, Mik?" tanya Sean dengan tatapan kosong ke langit-langit.
"Gue tahu Hana itu gadis liar, Sean. Tapi itu dulu, sebelum elu pacaran sama dia. Gue pernah lihat dia turun dari mobil mewah di depan Hotel, saat itu gue sama Papa lagi ada acara di hotel. Selain itu gue gak tau." ucap Mika jujur.
"Shitt..." Sean menginjak puntung rokoknya yang masih panjang.
"Gue tertipu muka polosnya, gue tertipu senyum lembutnya. Ternyata dia cuma wanita jal*ng." ucap Sean kasar.
"Apa yang Hana lakukan, Sean?"
Sean hanya terdiam, matanya menatap kosong ke depan.
Sesaat keadaan menjadi hening, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Sean.
"Baik, gue akan jaga Megi. Tapi dengan syarat, lu gak boleh protes dengan apapun cara yang gue pake buat jagain dia."
Mika hanya menghela nafas. Sean selalu seperti ini, pintar sekali menggantung pertanyaan. Ia selalu menghilangkan jejak untuk permasalahan pribadinya.
"Sean, apa gue bukan sobat lu lagi? lu bisa ceritain ke gue masalah lu. Lu butuh kawan buat cerita sob." ucap Mika yang mencoba membawa percakapan kembali ke pribadinya.
"Gak ada yang bisa gue ceritain, Mik. Semua cuma benang hitam yang kusut. Semakin gue carik jawabannya, semakin terbelit benangnya. Gue gak mau cerita hal yang gak penting dalam hidup gue."
"Sangking gak penting nya, itu bisa buat hidup lu kacau. Hebat... hebat Hana ya." ucap Mika sambil menepuk kedua tangan nya.
Sean hanya melihat dari sudut matanya dan acuh dengan sikap Mika.
"Lu bukan gak peduli dengan masalahnya Sean, lu gak peduli pada hidup lu sendiri." ucap Mika yang mulai kesal karena Sean benar-benar tak membuka sedikitpun mulutnya untuk bercerita padanya.
"Cukup Mika, jangan bahas ini lagi. Gak ada guna nya buat gue."
Mika melemparkan pandangannya kesal. Keras, Sean benar-benar orang yang keras saat ini.
"Satu lagi, janga protes dengan apa yang akan aku lakukan pada mirza, jika dia berani mendekat sejengkal pun ke Megi."
"Gue tau Sean, lu mantan atlet Sytema. Lu bisa bunuh Mirza dengan hanya beberapa pukulan. Tapi jangan lupa, Mirza juga masih adik lu, adik gue."
"Adik? lu sama Megi sama aja. Binat*ng begitu di anggap saudara." ucap Sean kesal.
"Lu boleh sakiti dia, tapi lu jangan sampek bunuh dia. Dia masih adik lu juga, Papa didik lu barengan sama Mirza. Gue harap lu gak lupa itu." ucap Mika tegas.
Sean tersenyum kecut mendengar ucapan Mika. Ia tidak menyangka ternyata hubungan darah sekental itu. Apakah Rena masih menganggapnya kakak jika ia seperti Mirza?
Mungkin sekarang pun ia sudah tak menganggap ia sebagai kakaknya.
"Kapan lu akan berangkat Mika?"
"Awal bulan depan."
"Lu harus kembali dan jemput adik lu lagi, jika setahun lu gak kembali, gue gak bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Megi."
"Baiklah..." Mika menepuk pundak Sean.
Mika, ia tau betul, walaupun saat ini lelaki itu seorang yang bringas, namun hatinya masih sangat lembut.
Tak mungkin ia kan membiarkan Megi sendiri, walaupun mungkin cara yang akan ia gunakan nanti akan banyak menggunanakan kekerasan.
Tapi lelaki itu bukan tipe yang akan menyakiti fisik wanita.
Sean tahu betul dari kapasitas kekeuatannya, tangan nya selama ini terlatih untuk membunuh orang. Jika ia menggunakan tangannya pada wanita, tidak tahu apa yang akan terjadi pada wanita itu.
Systema, bela diri yang lebih tepatnya tekhnik melumpuhakan lawan. Ia menekuninya dari semenjak SMA. Seni bela diri yang salah satu praktisi nya adalah Vladimir Vasiliev itu termasuk dalam kategori seni bela diri yang keras dan brutal. Tekhnik melumpuhkan lawan dengan menyerang titik tertentu yang mampu melumpuhkan dan mematikan lawan dengan cepat.
Seperti ucapan Mika, dia tidak perlu senjata ataupun pisau untuk membunuh Mirza. Ia bisa membunuh Mirza dengan menekan titik lemah Mirza, Mirza akan terbunuh hanya dengan hitungan menit.
Tapi, Sean juga bukan orang yang sebrutal itu, Sean mempelajari Systema dulu hanya untuk melindungi apapun yang menjadi miliknya. Termasuk untuk melindungi Hana, si gadis liar itu.
"Gue balik ya, udah larut." ucap Sean sambil berdiri dan merenggangkan badan tingginya itu.
"Ya... thanks ya sob. Udah anterin Megi balik."
"Lu ngejek gue?" ucap Sean spontan.
"Lu itu, gue bilang serius."
"Megi masih nangis di dalam, bilang sama dia. Sorry, gue bukan laki-laki hangat yang bisa tenang lihat cewek nangis." ucap Sean bersalah.
Mika hanya tersenyum dan mengangguk. Sean merangkul badan Mika dan memasuki mobil hitam nya.
Melajukannya kembali, melewati kesunyian tengah malam.
Mika masuk kedalam dan di lihat adiknya itu sudah tertidur sambil memeluk guling di kasur Almarhhum papanya.
Di dekati Megi yang sedang tertidur pulas, tak sengaja ia melihat lutut Megi yang masih berdarah, ia belum membersihkannya. Darahnya sudah mulai keras karena mengering.
Mika mengambil air hangat dan handuk, dengan lembut ia membasuh luka kaki adiknya itu. Megi sedikit tersentak saat air menyentuh kulitnya, namun itu tak membuat ia tersadar.
Mungkin karena lelah, berhari-hari ia tak makan dan tidur dengan tenang.
Kepergian sang Papa begitu banyak menimbulkan perubahan dalam hidup mereka.
Mika menghela nafas panjang, di raih dahi adiknya itu. Menyingkirkan sebagian rambut yang menutupi wajah sang adik.
"Apa yang di lakukan Sean padamu, kenapa kamu sampai terluka begini?" ucapnya lirih. Tapi ia yakin, luka di lutut adiknya itu bukan ulah Sean.
Mana mungkin Sean melakukan sesuatu setelah terucap janji dari bibirnya. Ia sudah berjanji pada Papanya, dan tidak mungkin Sean melukai apa yang menjadi tanggung jawabnya.
"Sean itu lelaki yang baik, dik. Jangan takut padanya, ia akan menjagamu lebih baik dari pada aku. Walaupun cara yang di gunakannya mungkin salah dan membuatmu takut. Nanti kamu akan mengetahuinya jika lebih mengenal siapa dia." Mika mengelus dahi Megi lembut.
Adiknya itu masih belia, sikapnya terkadang terlalu naif. Jika Mika tak membawanya pergi, ia akan terjebak pada ke kejaman dunia.
Mika bermaksud membawa Megi kembali ke Beijing. Jika Mika meninggalkan Megi di Beijing sendiri, pasti Megi lebih akan aman disana.
Karena Megi sanggup menjaga dirinya sendiri, saat Tante yang merawat ia meninggal. Megi tumbuh dan besar disana, pasti Megi lebih paham bagaimana kedaan dan lingkungan disana. Walaupun disana kehidupannya jauh lebih berat, tapi Megi mampu bertahan sendiri selama dua tahun, sebelum di jemput Papa pulang.
***
"Kak... apa Megi harus tinggal di rumah kak Sean? Megi tinggal disini aja ya kak." bujuk Megi sambil membereskan barang-barangnya.
"Kalok kamu tinggal disini, Sean akan susah mengawasi kamu Meg. Sean itu sibuk, dia akan susah kalau kamu tinggal disini."
"Tapi, kalok Megi pindah, Papa kak?"
Mika menghela nafas dan meraih pucuk kepala Megi. Ia memeluk Megi dengan erat.
"Sabar ya dek. Kakak minta maaf harus tinggalin kamu. Tapi semua ini kakak lakuin buat masa depan kamu juga, dek. Kamu harus bisa kembali ke universitas Tsing Hua di Beijing dek."
"Kak... kakak sehat terus ya disana, jangan pikiri Megi. Megi pasti baik-baik aja disini." ucap Megi sambil memeluk erat badan tegap kakaknya.
"Kamu jangan bangkang ya sama Sean, dia lelaki yang baik. Dia gak akan nyakiti kamu, Dek."
Mika meleraikan pelukannya dan kembali membereskan bajunya. Terdengar suara mobil Sean sudah terparkir di halanan rumah.
"Udah siap, Mik?" Tanya Sean saat ia melihat Mika di depan pintu.
"Udah... Gue bantu Megi sebentar ya."
Sean mengangguk dan kembali menunggu mereka di sebalik setirnya. Setelah beberapa saat Mika dan gadis kecil itu keluar dengan beberapa tas besar.
Di bantu Sean mereka memasukan barang-barangnya ke bagasi mobil.
Megi masih terpaku berdiri di ruangan tengah, menatap lurus ke kamar tempat Papanya terbaring.
Terbayang kembali saat-saat mereka menghabiskan waktu bersama. Malam-malam dingin yang pernah ia lewati dengan hangatnya canda tawa bareng Papanya.
Lelah yang berganti dengan tawa, penat yang di rasakan sepulang kerja selalu terbayar dengan hangatnya pelukan Papa.
"Pa... Megi rindu pa." Megi kembali menangis tergugu, sungguh pilu hati ia saat ini.
Mengapa rindu itu sangat berat?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
Mifta Siregar
ya ampunnnn mata aq bengkak kk
2024-11-01
0
Yani SNA
bnyk bawangnya
2021-01-05
0
Ana
😭😭😭
Knp sedih trs sih thor 😭😭😭😭
2020-07-10
0